Chapter 24: [Kemunculan Giant Golem]

90 9 4
                                    

Herobrine beserta Crimson pun memasuki hutan yang berkabut tersebut. Matahari yang telah berada di puncak langit mulai condong ke arah barat. Suasana yang serba putih, hawa dingin yang mendadak menyeruak, serta kemungkinan serangan dadakan dari Giant Golem tersebut membuat Herobrine dan Crimson merinding.

"Giant Golem hanyalah lawan yang kecil bagiku. Sekecil ini," ucap Crimson sembari menunjukkan ukuran sebutir pasir menggunakan jari telunjuk dan jempolnya. Ia berusaha tampak percaya diri dan sok, meski jauh di dalam lubuk hatinya, ketakutan yang mencekam menyelimutinya.

"Jangan sok kuat, Crimson," ujar Herobrine. "Aku tahu, kau pasti sedang takut, tapi berusaha sok berani, 'kan?"

Seketika, Crimson menjadi salah tingkah. Bulir keringat mengalir menuruni keningnya. "Ah, tidak kok," ucapnya sembari berusaha mempertahankan sikap percaya dirinya.

"Sial, dia cenayang ya?" Pemuda berzirah merah darah itu membatin.

Mendadak, sebuah pohon yang berada tepat di samping kedua pria tersebut tumbang, nyaris menimpa mereka.

"Indra!!!" Dengan cepat, Crimson memunculkan sebuah barrier merah menyala yang melindungi mereka berdua.

"Sial, nyaris saja," ucap Crimson sembari terus menahan batang pohon itu. Tombaknya mulai diselimuti oleh aura merah darah. "Akai Ryu no Kiba (Red Dragon's Fang)!!!" Dengan cepat, Crimson membelah batang pohon tersebut menggunakan tombaknya.

Herobrine pun mengeluarkan Tenebris Flash Slasher miliknya. Kedua adventurer itu mulai memasang sikap siaga. "Keluar!!! Tunjukkan dirimu!!!" bentak Crimson sembari mengacungkan tombaknya.

"Dia tidak akan keluar jika begitu caranya!!!" ujar Herobrine. "Kalau begini, aku akan menggunakan skill Clairvoyance!!!"

"Jangan, Herobrine-sama!!! Saat ini kau berada dalam tubuh mortal, bukan wujud dewa seperti ketika kita berada di Netherworld!!!" sahut Crimson sembari membelah pohon lain yang turut tumbang."Jika kau menggunakan skill itu, akan berdampak pada tubuh mortalmu!!! Kapasitas kekuatan tubuh mortal hanya sedikit, tidak akan bisa melaksanakan skill tingkat dewa seperti itu!!"

"Tidak ada jalan lain!!!" seru Herobrine sembari turut membelah pohon-pohon lain yang juga tumbang menggunakan Tenebris Flash Slasher.

Herobrine mulai berkonsentrasi. Ia menghela nafas dalam-dalam, bersiap untuk penderitaan yang akan ia rasakan. "Clair ... voyance ..!!!"

"AAAAAAAARRRRGGGHHHH!!!" Rasa sakit yang menyengat mulai meliputi kepala Herobrine, terasa seperti disetrum dengan listrik bertegangan ratusan ribu volt. Herobrine berlutut, tertunduk, memegangi kepalanya yang terasa amat menyakitkan. Darah berwarna merah pekat mulai menggenangi kedua sudut mata Herobrine, perlahan mengalir turun, membasahi wajahnya. "AAAAAAAAAAAAAAAAAAARRRRRRRRRRRRRGGGGHHHHH!!!" Jeritan memilukan terus terlontar dari mulutnya.

"Herobrine-sama!!!" Crimson mencoba menghampiri tuannya itu. Namun, sebuah batang pohon besar yang tumbang nyaris menimpanya. "Dasar Golem sialan!!! Berhenti menghalangiku, bodoh!!!" umpatnya sembari membelah batang pohon tersebut.

Namun, tak selesai sampai di situ, belasan Golem seukuran anak kecil muncul dari dalam tanah, bagaikan mayat hidup yang bangkit dari kematian. Crimson pun semakin naik pitam. Cahaya merah yang menyelimuti tombaknya semakin terang dan menyilaukan. "Jangan menghalangiku!!!" serunya sembari membantai habis anak-anak Golem tersebut.

"Tidak apa-apa, Crimson." Sebuah ucapan terdengar dari belakang Crimson seusai pria berzirah kesatria itu membantai Golem-Golem kecil. Crimson pun menoleh ke belakang dan mendapati tuannya yang muncul dari balik tebalnya kabut putih dan berjalan menghampirinya. Darah mengaliri wajahnya. Sepasang mata Herobrine yang berwarna putih bersinar telah lenyap, digantikan oleh sepasang mata berwarna hitam kelam yang dihiasi oleh bentangan awan kosmik, galaksi, serta bintang yang jumlahnya tak terhingga. Crimson tersenyum senang. Tampaknya tuannya itu sudah dapat menetralisir efek samping dari skill 'Clairvoyance' yang ia gunakan.

"Jadi kau sudah bisa melihatnya, Herobrine-sama?" ujar Crimson.

"Ya. Saat ini, kita menghadap ke arah jam 12, sedangkan dia ada di arah jam 8. Jarak antara kita dengannya sepanjang 8 meter. Tinggi sekitar 19 meter. Sinari dia dengan Alastor no Hikari!!!" perintah Herobrine.

Crimson mengangguk pelan tanda mengerti. Ia segera menghadap ke arah jam 8 dan mengacungkan tombaknya. "Alastor no Hikari!!!"

Sepasang sayap api yang membara muncul di ujung tombak dan melipat diri, memancarkan cahaya merah yang terang, menerangi radius 20 m di sekeliling.

(Readers: woy thor, kok malah itung-itungan sih?! Dah kyk MTK aja.)

Sosok raksasa itu tampak. Tinggi sekitar 19 m, persis seperti yang dikatakan oleh Herobrine. Terbuat dari bongkahan-bongkahan batu besar berwarna kelabu tikus, dengan mata merah menyala yang tampak seolah haus darah. Raksasa itu meregangkan tubuh kekarnya, seolah siap untuk menghancurkan segala yang ada di sekitarnya. Raungannya terdengar sangat nyaring, bagaikan raungan seekor Tyrannosaurus Rex. Senyum lebar terukir di wajah Herobrine dan Crimson. Kedua petualang tersebut segera bersiap untuk pertarungan yang dahsyat.






"Akhirnya ... kau menampakkan wujudmu juga, ya, Giant Golem. Benar-benar tumpukan batu yang merepotkan."






To be continued ....

RE: HerobrineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang