Epilog: [Reunion]

213 11 13
                                    

Cahaya kemerahan matahari senja menimpa Paladin City. Pemandangannya yang indah membuat AoSuzaku, Archangel, serta seluruh floor guardians terpana.

"I-Indah ...." Arch tak dapat menyembunyikan rasa kagumnya lagi.

"Benar," ujar AoSuzaku. "Andai saja kita bisa melihat matahari terbenam seindah ini di dunia asal kita. Sayangnya, dunia itu sudah tercemar oleh polusi. Benar, 'kan, Archangel-sama?" Pemuda itu menoleh. Namun, ia tak mendapati rekannya itu dan para floor guardians yang lain. Tampaknya, mereka telah meninggalkan dirinya dan Arch sendirian. "Hah .... Mereka pasti mengerjai kita lagi. Sehabis ini, bersiaplah untuk digodai oleh mereka, Arch."

"B-Baik!!" Arch berucap sembari berusaha menyembunyikan wajah malunya. "Tapi, AoSuzaku-sama. Dengan begini ini akan terasa romantis, bukan?"

"Hah? Apa maksudmu dengan romantis?" AoSuzaku berujar sembari menoleh, menatap Arch dengan wajah bingung.

"AAAARRRGGHHH!!!" Wanita itu langsung salah tingkah akibat kelepasan. Ia mengutuki kebodohannya. 'Bodoh!! Bodoh!!! Bodoh!!! Bodoh!!! Kau bodoh, Arch!!!'

"Huh? Ada apa?"

"Lupakan!! Lupakan saja apa yang kukatakan tadi, AoSuzaku-sama!!!" Arch berseru dengan panik. Wajahnya semakin memerah.

"Haaaii .... Kami dengar, lhoo ...." Archangel beserta para floor guardians yang lain mendadak muncul. Tampaknya, tadi mereka menggunakan Invisibility Crystal.

"Archangel-sama, kau mengerjai kami, ya?" ujar AoSuzaku.

"Kalian saling menyukai, kan?" Yuu memasang wajah usil.

"Cinta lebih baik jangan disembunyikan," timpal Kira.

"Kalau kau malu-malu terus, aku akan merebutnya darimu, lho, Arch," goda Erlia.

Wajah Arch semakin memerah. Ia semakin salah tingkah. "BUKAN BEGITU MAKSUDKU!!!"







———————————————————-








Benar-benar ..., mimpi yang indah ....

Rasanya seperti kembali ke masa lalu.

"Oi!! Fuwa!!!"

Aku berdecak kesal begitu mendengar suara pemuda yang memanggilku itu. "Sial .... Siapa, sih?"

"Oi!! Fuwa!!! Fuwa!!"

Aku kembali berdecak kesal. "Siapa, sih?! Mengganggu saja."

"FUWA TADAMAKI!!!"

Suara berat dan kasar khas pria paruh baya itu memaksaku untuk membuka kedua mataku perlahan, meninggalkan alam mimpi yang indah. Aku mengerjap-ngerjapkan mataku. Tampak teman-teman sekelasku tengah menatapku dengan wajah panik. Seorang pria paruh baya yang tengah berdiri di depan papan tulis menatapku dengan tatapan geram dan garang. Kerutan tanda amarah tampak jelas di keningnya. Melihat itu, aku pun segera tertarik kembali ke alam sadarku. Kutenggak air liurku sembari bergidik ngeri begitu kulihat sosok guru pria yang terkenal killer itu tengah memelototiku. Dengan cepat, aku bangkit dari posisi rebahan ke posisi duduk. "M-Maaf!!!" ucapku dengan nada panik.

"APA YANG KAU LAKUKAN?! BERANI-BERANINYA KAU TIDUR DI TENGAH JAM PELAJARANKU!!!" seru guru pria tersebut dengan suara nyaring dan nada kasar. Mendengar itu, tak hanya diriku, bahkan seisi kelasku turut bergidik ngeri.

Aku bergegas bangkit berdiri dan membungkukkan badanku. "Ma-Maaf, Yuukura-sensei!!"

"KELUAR!!! BERDIRI DI KORIDOR SEKARANG!!!" bentak Yuukura-sensei sembari menunjuk pintu keluar dengan mata melotot.

RE: HerobrineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang