Chapter 26: [Janji antara Dua Pejuang]

122 12 6
                                    

Derap langkah beserta suara serangga malam mengusir suasana sunyi pada malam itu. Rembulan bersinar terang, ditemani oleh kerlap-kerlip bintang beraneka warna. Dua sosok berjubah kecoklatan yang ditimpa cahaya rembulan tampak tengah melintasi sebuah jalan setapak yang diapit oleh padang rumput. Jubah mereka melambai diterpa angin.

"Haahh ... pertarungan tadi cukup melelahkan," keluh salah seorang pria yang berbadan kekar. "Sial, tubuh mortal ini membatasi kekuatanku. Monster tingkat SS ternyata kuat juga."

"Itulah sebabnya, aku memperingatkanmu untuk selalu waspada dan jangan pernah meremehkan musuh," ucap rekannya sembari terkekeh. Senyum terukir di wajahnya, memamerkan gigi-giginya yang putih bersih, nyaris tersembunyi oleh bayangan tudung jubah. "Dasar, kau tidak pernah berubah, ya, Crimson."

"Ya, tapi kau akan selalu menyelamatkanku, Herobrine-sama," sahut pria bernama Crimson. "Seperti dulu, saat kita bertemu untuk pertama kalinya."

"Ya, aku masih ingat," sahut sang rekan yang ternyata bernama Herobrine. "Ketika itu, kau hanyalah anak kecil yang lemah. Kau sangatlah payah. Bertarung dengan dipenuhi dendam, bersama tombak yang telah berkarat. Bertarung dengan ceroboh, tanpa strategi. Kau berpikir bisa mengalahkan para bandit itu sendirian. Namun, aku tertarik dengan martial art-mu. Karena itulah, aku menyelamatkanmu, memungutmu, dan mengangkatmu menjadi prajuritku. Sebenarnya, para dewa dilarang untuk ikut campur dengan urusan manusia. Namun, aku tak bisa menahan hasratku untuk menyelamatkan orang lain. Karena itulah, aku sering diceramahi oleh kakak-kakak dan orangtuaku dulu," ucap Herobrine sembari terkekeh pelan.

"Ketika itu, desaku tengah diserang oleh bandit, dan keluargaku tewas. Hanya aku yang tersisa. Rumah-rumah telah dibakar. Saat itu, aku sangat ketakutan dan hampir pasrah kepada takdir. Namun, entah dari mana, setitik api semangat menguasai hatiku. Aku memberanikan diri untuk menghadapi bandit-bandit itu, dengan berbekal tombak antik milik ayahku yang tengah berkarat. Aku tahu bahwa aku jelas kalah jumlah dan kalah tanding. Namun, entah mengapa ketakutanku sirna dan digantikan oleh semangat juang yang luar biasa. Ketika kau menyelamatkanku dan memungutku, aku sempat meragukanmu. Namun, pada akhirnya aku memercayaimu dan menganggap bahwa diriku berhutang nyawa kepadamu. Aku menghormatimu dan terus berlatih agar aku bisa menjadi pria yang kuat dan bisa menjadi prajurit yang berguna bagimu," ujar Crimson.

Angin malam berembus, menerpa kedua pria tersebut, menyebabkan jubah coklat yang mereka kenakan melambai-lambai. Sang Rembulan semakin meninggi. Derap langkah kedua pria itu mengusir hewan-hewan kecil yang berada di sekitar jalan setapak tersebut.

"Hei, Crimson," ucap Herobrine. "Kau tidak akan menyerah, bukan?"

"Jangan bercanda, Herobrine-sama. Mana mungkin aku menyerah sebelum kita berhasil," ujar Crimson sembari terkekeh, meski gigi-giginya tersembunyi oleh helm kesatria yang ia kenakan.

"Benar? Kau tidak akan menyerah? Apapun yang terjadi? Apakah kau sanggup untuk terus berjuang sampai titik darah penghabisan, demi mewujudkan dunia yang selalu kita impikan?"

"Tentu saja tidak akan, Herobrine-sama," sahut Crimson. "Aku tidak akan menyerah sampai dunia yang selalu kita impikan terwujud, sebesar apapun rasa sakit yang menyiksa diriku, dan seberapa besarpun rintangan yang menghadang. Kau juga tidak akan menyerah, bukan, Herobrine-sama? Jangan kecewakan tangan kananmu ini."

"Tentu saja, aku juga tidak akan menyerah sampai dunia yang selalu kita impikan terwujud," sahut Herobrine. "Jika aku tiada dalam perjuangan kita, lanjutkanlah perjuanganku, ya?"

"Hal yang sama juga berlaku bagimu, Herobrine-sama," sahut Crimson.

Herobrine mengangguk sembari tersenyum. "Mari kita berjanji untuk terus berjuang hingga akhir. Ini adalah janji antara dua pejuang," ucap Herobrine sembari mengulurkan kepalan tangannya. Crimson pun menyambut kepalan tangan tersebut. Mereka saling menepukkan kepalan tangan.

"Janji, ya?"

"Ya. Jangan mengingkarinya, Herobrine-sama."

"Hal yang sama juga berlaku bagimu."



To be continued ....

Yap, IBO-style deathflag telah teracung di sini!! XD Apakah Herobrine yang akan mati? Atau Crimson?

(Readers: etdah, ni author sableng masih blom puas ngebunuhin karakter ternyata.)

Sekian untuk chapter kali ini. Maaf jika ada kesalahan, typo, maupun plot hole. Kritik dan saran selalu author tunggu (pakai bahasa yang sopan). Terima kasih telah membaca dan sampai jumpa di chapter selanjutnya!! Bye!!!

RE: HerobrineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang