sebelas

4.5K 59 0
                                    

Ocy terbangun karena ada yang mengusap pucuk kepalanya. ia tertidur di kursi sebelah kasur tempat Nico di rawat, sudah 24 jam Ocy menjaga Nico di rumah sakit.

"Pa, papa di sini?" Ocy kaget karena ada Alex di sebelahnya.

"Iya, Akmal mengabarin papa, jadi papa langsung pulang." Alex tersenyum hangat.

"Nico pa...." Ocy menatap Nico dan kembali menangis.

"Jangan nangis, Nico anak yang kuat, cuma kena tusuk doang mah kecil. Jadi jangan khawatir, oke?" Alex memeluk Ocy yang terlihat sangat rapuh, karena Alex telah menganggap Ocy anaknya sendiri.

"Suruh Nico buka mata pa. Ocy capek nyuruh dia bangun, tapi Nico gak bangun juga. Bangun Nico, bangun!" Tangisannya semakin menjadi dan terdengar sangat menyayat hati. Alex tidak tega, dia tidak berkata apa-apa, hanya semakin mendekap Ocy.

"Nico udah pernah janji sama Ocy, Nico gak bakal ninggalin Ocy. iya, Nico memang gak ninggalin Ocy, tapi Nico gak mau natap Ocy, Nico gak mau bangun pa, suruh Nico bangun...."

"Ocy, dengerin papa," Alex menangkup pipi Ocy. "Nanti papa suruh Nico bangun, sekarang kamu pulang dulu, oke? Kamu mandi, makan kalau sudah baru boleh balik lagi ke sini."

"Tapi pa...."Ocy cemberut, dia tidak mau pulang.

"Gak ada tapi tapian, oke." Alex mengusap sisa air mata di pipi Ocy.

Alex pun menyuruh Akmal menyiapkan mobil untuk mengantar Ocy pulang.

Setelah Ocy pulang, Alex Duduk di kursi sebelah kasur tempat Nico dirawat, Alex hanya menatap anaknya dalam diam.

"Tuan." Akmal datang dan berdiri di sebelah Alex. "Maaf, tuan. Saya gagal menjalankan perintah tuan." Akmal tertunduk tidak berani menatap tuannya.

"Sudahlah, ini sudah terjadi, kamu sudah menjalankan tugasmu sebisa mu. Ini di luar dugaan saya. Perketat pengawasan, jangan biarkan Ocy dan Nico sendiri tanpa pengawasan. Dan kirim orang untuk berjaga di setiap sudut rumah."

"Baik, tuan."

"Dan yang menembak Nico, dia adalah orang suruhan dari musuh saya. Biar saya yang mengurus, kamu fokus pada tugas yang saya perintahkan."

"Baik, tuan." Alex menepuk pundak Akmal.

"Sekarang kamu boleh pergi." Alex kembali menatap Nico.

"Saya permisi, tuan." Akmal pun melenggang pergi.













***











Ocy sudah sampai di rumah, di depan rumah sudah ada tiga orang yang berjaga. Ocy pun pergi ke kamar untuk mandi karena dari kemarin malam dia belum mandi dan sekarang sudah sore. Setelah mandi Ocy pergi ke dapur, saat Ocy turun tangga ada bi Minah yang menyapanya.

"Non, udah pulang? Mau bibi buatin makan apa?" Bi Minah tersenyum.

"Emm, di rumah sakit ada papa Alex, bantuin Ocy buat makanan untuk papa Alex ya bi." Bi Minah mengangguk lalu Ocy berlalu di ikuti bi Minah di belakangnya.








***







Sudah tiga hari Nico terbaring di rumah sakit dan belum ada tanda-tanda dia akan bangun, dan Ocy masih setia di sisinya, menunggu dengan sabar, dia tidak lagi menangis karena Alex terus memberikan pengertian.

Alex pun memutuskan untuk tetap di Indonesia sampai kondisi Nico membaik. Karena dia tidak yakin Ocy akan baik-baik saja jika tidak ada dirinya, Karena masa lalu Ocy begitu kelam, selalu di tinggalkan oleh orang-orang yang ia sayang. Ocy memiliki trauma. Ocy tidak lagi menangis, tapi Alex tau dia sangat takut dan rapuh.

"Pa, Ocy keluar sebentar ya, mau beli minum, papa mau nitip apa?" Ocy bangkit dari sofa yang ada di dalam ruangan Nico.

"Papa lagi gak mau apa-apa, kamu pergi sama Akmal ya, jangan sendiri." Alex berpesan.

Ocy pun pergi keluar di temani Akmal di belakangnya.

Tersisa anak dan ayah yang berada di ruangan itu. Alex mengusap punggung tangan anaknya yang pucat.

"Kapan kamu bangun Nic? Kamu gak kasihan sama istri mu? Dia rapuh, dia butuh kamu." Alex mengusap kasar sudut matanya, entah kenapa dia menangis.

Cengeng lu Lex, huuuuuu__









***







Jangan lupa vote komennya ya ♥️

Sayang kalian 🤗

 sólo tu [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang