sembilanbelas

3.2K 63 4
                                    

Hari ini Ocy sedang memasak di dapur, entah karena apa, tapi suasana hati Ocy sangat bagus pagi ini. Ocy pun memulai masaknya dengan memotong sayuran sambil bernyanyi pelan. Setelah selesai memotong sayuran, dia mencucinya dan lanjut mengiris bawang.

Hari ini adalah hari Minggu dan suaminya itu tidak bekerja, jadi Ocy ingin menghabiskan seharian ini bersamanya. Membayangkannya saja Ocy senyum-senyum sendiri.

Saat Ocy sedang asik berkutat dengan bahan-bahan dapur sambil memikirkan suaminya, ia di kagetan dengan pukulan pelan di pundaknya. Ocy yang sedang memegang pisau itu tersentak dan langsung membalikkan badannya, dan tanpa sengaja pisau itu mengenai lengan suaminya.

"Akhh!" rintih Nico. Lukanya tidak begitu dalam tapi darah yang keluar lumayan banyak.

"Nico?!" Ocy langsung menjatuhkan pisau yang berada di genggamannya, dan menarik tangan suaminya.

Ocy menarik suaminya itu ke dalam kamar dan mendudukkannya di pinggir kasur, sedangkan Ocy langsung berlari mengambil kotak p3k.

Nico yang melihat istrinya panik pun tersenyum hangat. Ocy mendekat dengan air mata yang membanjiri pipi, cepat-cepat ia membuka kotak itu dan mengobati luka Nico.

"Pasti sakit kan?" Ucapnya di sela tangis. "Maaf Nico, maaf...." Ocy tertunduk setelah selesai memperban tangan Nico.

"Sakit banget." ucap Nico dengan ekspresi wajah yang di buat-buat, bermaksud bercanda dengan istrinya. Tapi tanpa Nico duga, malah tangisan istrinya yang semakin nyaring.

"Loh, kok tambah kencang sih nangisnya?" Nico panik.

"Maaf Nico." Ocy menatap Nico dengan pandangan penuh rasa bersalah.

"Apaan sih, ini cuma luka kecil sayang, aku gak papa." Nico menangkup pipi Ocy dan tersenyum berusaha menenangkan istrinya.

"Ocy benci Nico!" Teriaknya kesal sambil sesenggukan.

"Loh kok gitu?"

"Nico bilang tadi sakit banget, ternyata Nico bohong!" tangisannya makin nyaring membuat Nico kewalahan menghadapinya.

"Sssttt udah, kok tambah nyaring sih?" ucapnya panik.

Ocy menghentikan tangisannya saat sesuatu melintas di pikirannya. "Nico," panggilnya dengan cengiran lebar yang sangat cute di mata Nico.

'tadi dia nangis gak bisa berhenti, tapi di detik berikutnya dia senyum selebar ini? Waw!' pikirnya sambil tak melepas pandangan dari ciptaan Tuhan yang satu ini.

"Nico?" Ocy mengerucutkan bibirnya saat Nico tidak merespon panggilannya.

"Ya sayang, ada apa hmm?" Tanyanya sambil mencubit pipi kanan Ocy dengan gemas.

Ocy tersenyum lebar. "Aku mau es krim, boleh?" Tanyanya seperti anak kecil yang sangat polos.

Nico tampak berfikir yang membuat Ocy memandangnya dengan sedikit kerutan di dahi.

"Boleh?" Tanyanya lagi saat tidak ada respon.

"Boleh." jawab Nico sambil mengelus rambut panjang Ocy.

"Yeeyyy!" Teriak Ocy senang.

"Tapi ada syaratnya." Nico tersenyum jahil yang membuat Ocy langsung diam seketika.

"Apa?" Ocy memandang Nico dengan penuh tanya.

"Cium dulu." Nico mendekatkan wajahnya.

Ocy masih terdiam dengan pandangan fokus ke arah wajah Nico.

"Kok diem?" Nico berkacak pinggang saat Ocy tidak juga menciumnya. Ocy masih diam.

"Cy?" Ocy menggeleng kuat.

 sólo tu [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang