empatbelas

4.2K 48 0
                                    

"Apa yang mau kamu bahas?" Alex tampak penasaran.

"Jadi, di rumah sakit waktu itu, sebelum Nico sadar, Nico kaya mimpi gitu pa. Nico ketemu kedua orangtua Ocy...." Nico menceritakan semua yang dia alami sebelum sadar dari tidur panjangnya. Saat dia bertemu orang tua Ocy, ibunya, bahkan kakaknya Ocy.

"Jadi maksud kamu, kakaknya Ocy masih hidup?" Alex tampak ragu.

"Iya pa, dan yah, saat kecelakaan itu kan jasadnya gak ketemu, bisa jadi dia masih hidup." Nico terlihat meyakinkan.

"Ada benarnya juga." Alex bersidekap dada. "Tapi kalau dia masih hidup, kenapa dia gak kembali dan nemuin adiknya?" Alex berfikir.

"Mungkin ada sesuatu yang buat dia gak bisa ketemu Ocy, pa."

Percakapan mereka terus berlanjut. Yah, mereka selalu berunding ketika ada sesuatu yang tidak bisa di selesaikan sendiri. Alex tahu semua tentang Ocy.

Setelah selesai berdiskusi dengan ayahnya, Nico kembali ke kamarnya. Yah, papanya menyuruh orang untuk mencari tahu tentang leo.

Nico kembali berbaring di sebelah Ocy, menatapnya. Sungguh sangat polos istrinya ini, semenjak pernikahan mereka, Nico tidak pernah menyentuh Ocy. Mereka belum pernah melakukan kewajiban mereka.

Ocy berbalik dan memeluk Nico dalam tidurnya. Nico membalas pelukannya "I love you." Di kecupnya kening istrinya itu dan tidur.









***










Mereka bertiga sedang berada di meja makan untuk sarapan. Sebenarnya Ocy melarang Nico turun ke lantai bawa, tapi dia memaksa, katanya bosan di kamar terus.

"Nico, kalau sudah, temui papa di ruang kerja."

"Iya." Nico menjawab masih sambil memakan makanannya.

"Papa pergi dulu." Sebelum pergi Alex mengusap pucuk kepala Ocy beberapa kali.

Setelah selesai sarapan, Nico pergi ke ruang kerja papanya. Sementara Ocy, dia membersihkan meja makan dan mencucinya.

Ocy hampir lupa, bahan-bahan di dapur sudah banyak yang habis. Dia akan pergi ke pasar untuk membelinya. Ocy meminta izin kepada suaminya itu, tadinya Nico akan ikut mengantar Ocy ke pasar, tapi Ocy menolak, suaminya itu harus banyak istirahat. Akhirnya Ocy pergi ke pasar bersama bi Minah.

Ocy dan bi Minah sedang mengelilingi pasar , barang bawaan mereka sudah banyak dan merekapun memutuskan untuk pulang. Sesampainya di mobil, Ocy ingin pergi ke toilet.

"Bi, saya ke toilet dulu ya, bibi tunggu di sini aja."

"Saya temani ya non."

"Gak usah, Bi. Sebentar doang kok." Ocy pun pergi ke toilet sendiri.

Setelah selesai, Ocy keluar dari toilet dan seketika dia ketakutan. Tidak jauh dari tempatnya, berdiri Alin dan teman-temannya. Mereka menyadari keberadaan Ocy, merekapun mendatangi Ocy, Alin tersenyum sarkas.

"Hay Ocy, lama gak ketemu." Alin memegang dagu kakak tirinya itu. Ocy semakin ketakutan.

"Lo tau, gue kangen banget sama Lo. Mentang-mentang udah punya suami, gue sama mama Lo buang. Hebat banget hidup lo!" Alin mendorong tubuh Ocy Sampai tersungkur.

Alin mencengkram erat pundak Ocy.

Di sana sangat sepi.

"Ampun Lin, sakit!"Ocy menangis, dia tidak berani menatap adik tirinya itu, tubuhnya bergetar dan dia sangat ketakutan.

Alin tidak berhenti, dia menjambak rambut Ocy dan menampar pipi Ocy berkali-kali sampai hidung dan sudut bibirnya berdarah. Alin seperti kesetanan, dia menghajar Ocy tanpa ampun. Alin sangat membencinya. Sangat.

Setelah puas menghajar Ocy, Alin berdiri, dia memecahkan kaca yang ada tepat di atas kepala Ocy. Beberapa serpihan kaca itu mengenai kepala, wajah, serta tangan Ocy. Ocy menangis histeris sambil terus meminta ampun. Tapi Alin langsung pergi begitu saja.

Tak lama bi Minah dan Akmal datang ke toilet.

"Yaampun, Non. Ini Kenapa?" Bi Minah berteriak histeris dan memeluk majikannya itu. Ocy ketakutan, pandangannya kosong.

Akmal dan bi Minah pun membawa Ocy ke mobil dan pergi ke rumah.

















***

Gabut aing;v


Jangan lupa vote komennya ya ♥️

Sayang kalian 🤗

 sólo tu [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang