duapuluhenam

2.8K 59 19
                                    

"Kamu bakal nyesal kalo gak nurut sama aku," ucap Nico yang membuat Ocy penasaran dengan ruang keluarga.

Ocy pun bangkit dan berjalan di belakang Nico. Kanapa jantung nya berdetak kencang seperti ini? Kenapa seperti ada sesuatu yang membuat Ocy lemah? Kenapa tangan Ocy bergetar hebat seperti ini? Ada apa sebenarnya?

Mereka berjalan pelan menuju ruang keluarga, suasananya sangat mendukung hati Ocy yang sangat gelisah.

Ruang keluarga semakin dekat dan perasaan Ocy makin tidak karuan rasanya, ia hanya memegang tangan kiri Nico sambil meremasnya pelan.

Deggg.

Saat Ocy tepat berdiri di ruang keluarga, ia melihat seorang lelaki duduk di kursi roda yang berada tepat di tengah ruangan, posisinya tepat membelakangi Ocy dan Nico. Perasaan Ocy makin tidak karuan.

Siapa laki-laki itu?

Kenapa perasaan Ocy Sampai seperti ini?

Ocy memejamkan matanya untuk menetralkan nafas dan detak jantungnya, lalu ia mulai maju selangkah demi selangkah dengan perlahan dan entah kenapa ada air yang membasahi pipinya.

Dan kini, Ocy berada tepat di belakang lelaki itu, tapi Ocy tidak punya cukup keberanian untuk berdiri di hadapannya.

Ocy tidak punya cukup keberanian untuk menatapnya.

Ocy tidak punya cukup keberanian untuk menerima kenyataan ini.

Raya datang tanpa suara dan menatap Nico seakan bertanya ada apa, Nico menatapnya sebentar dan memgedikkan bahunya.

Raya yang mengerti situasi pun mendekati sosok laki-laki itu dan berdiri tepat didepannya. Raya tersenyum kepadanya lalu dengan perlahan ia memutar kursi roda itu menjadi menghadap tepat ke arah Ocy.

Deg

Ocy yang sedari tadi bungkam langsung memejamkan matanya rapat saat melihat siapa yang ada di hadapannya, tubuhnya seakan tak bertenaga, ia menutup mulutnya tak menyangka, lalu menangis tanpa suara, tubuhnya bergetar menahan isak tangisnya.

Ocy memberanikan diri menatap orang yang berada di hadapannya, orang itu hanya menunduk sedari tadi, Ocy berjongkok di hadapannya lalu memegang dengan ragu rahang lelaki itu, netra mereka saling beradu pandang, Ocy semakin terisak tak menyangka.

Ocy menggenggam kedua tangan lelaki itu lalu menciumnya lembut. "Kak leo? Ini beneran kakak?" Ucapnya di sela tangis. Leo hanya mampu menganggukkan kepalanya.

Yah, orang itu adalah Leo, kakak kandung Ocy yang Ocy percaya telah tiada Karena sebuah kecelakaan.

Di pangkuan Leo terdapat kue ulangtahun tanpa lilin.

"Selamat ulang tahun adikku, ini kue kesukaanmu kan, kue ulangtahun tanpa lilin, karena adikku tersayang ini tidak suka ada lilin di kue ulangtahunnya dengan alasan lilin-lilin itu akan merusak hiasan yang di buat dengan susah payah, betul kan?" Leo berucap sambil mengusap pipi Ocy yang basah oleh air matanya.

"Kakak ingat semua?" Tanya Ocy sambil berusaha tersenyum.

"Iyalah sayang." Leo mengambil sedikit kue tersebut dan menyuapkannya pada Ocy.

"Hey!" Marah Nico sambil mendekat pada mereka berdua. "Tidak ada yang boleh memanggilnya sayang, kecuali aku." Nico menatap leo sinis sambil membantu Ocy bangkit.

"Gak tau malu," sindir Raya.

"Nyambung aja Lo!"

"Jangan lupa kalo leo itu kakak ipar Lo!" Raya berhasil membuat Nico bungkam.

 sólo tu [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang