Ocy sedang tertidur pulas di kasurnya, waktu menunjukkan pukul 11.00 malam.
Sedangkan Nico lagi menelfon dengan seseorang di luar kamar.
"Semuanya sudah siap? Maaf gue gak bisa bantu." Ucap Nico.
"Semuanya sudah sempurna, siapa dulu dong yang nyiapin, raya gitu loh" ucap orang di sebrang sana.
"Yaudah kalo gitu, gue ke sana bentar lagi." Nico pun memutuskan sambungan teleponnya.
Setelah mengantongi ponselnya, Nico masuk ke kamar dan mendatangi Ocy yang tertidur pulas itu.
Nico perlahan membawa Ocy kedalam gendongannya, dan membawanya ke dalam mobil, merasa Ocy sudah nyaman dengan posisinya, Nico pun menutup pintu mobil dengan perlahan agar tidak membuat Ocy terganggu dan bangun.
Setelah itu Nico menjalankan mobilnya menuju tempat tujuan.
Sepanjang jalan Nico fokus menyetir, dan tanpa ia sadari, Ocy terbangun.
"Loh?" Ocy memandang Nico yang fokus menyetir dengan tatapan bertanya.
Nico menoleh, dan menghembuskan nafas berat, di luar rencananya. 'Kenapa Ocy harus bangun sih,' pikirnya.
"Kita mau ke mana malam-malam begini, Nico?" Nico menoleh sekilas, lalu kembali fokus menyetir.
"Kamu mau tau semuanya kan?" Ucapnya sambil tersenyum.
Ocy terdiam, lalu mengangguk samar.
"Aku tau, belakangan ini kamu selalu mikirin semua itu, dan ini waktu yang tepat untuk kamu tau semuanya."
Ocy masih diam membisu, pikiran kembali berkecamuk. Kenapa tiba-tiba ia menjadi khawatir?
Karena terlalu tenggelam dalam lamunan, Ocy tidak sadar bahwa mobil Nico telah terparkir di depan sebuah rumah.
"Cy, kita sampai." Nico membukakan pintu untuk Ocy.
Ocy keluar, memandang rumah yang ada di hadapannya. Rumah orangtuanya. Bukan takut yang ia rasakan sekarang, tapi entah kenapa hatinya merasa tenang berada di sini.
"Kenapa? Kenapa kita ke sini?" Ocy menatap Nico yang berdiri di sebelahnya. "Gimana kalo mama dan adik aku tau?"
"Mereka sudah lama pergi dari rumah ini." Ucap Nico santai.
"Apa! Terus mereka tinggal di mana?"
"Udah sih, gausah di pikirin, mereka pergi ke tempat asalnya. Yaudah yuk masuk." Ocy mengangguk.
Langkah demi langkah rasanya sangat lama bagi Ocy untuk menginjakkan kaki di rumah itu, entah kenapa jantungnya berdegup kencang.
Mereka berdua sekarang berdiri di depan pintu utama, Nico mengetuknya.
Tok..tok.. tok..
Ocy mengerutkan keningnya, bukannya ibu dan adiknya tidak ada? Kenapa harus ngetuk pintu?
Ceklek
Seseorang membukakan pintu untuk mereka berdua.
Deggg..
Apa ini? Yang membukakan pintu adalah seorang wanita? Wait, sepertinya Ocy pernah melihatnya, tapi di mana? Ocy berfikir keras untuk mengingatnya. Sampai,
Ocy ingat semuanya, bukankah dia yang di peluk oleh Nico saat di rumah sakit waktu itu? Yah, Ocy benar.
Ocy menatap wanita itu dengan tanpa ekspresi, beberapa dengan wanita itu yang menatapnya ramah.
"Hay, Ocy. Kenalin, aku Raya." ucapnya sambil mengajak bersalaman, dan bibirnya yang terus membentuk lengkungan indah.
"Emmm, Hay." Ocy membalas jabatan tangannya. Hanya satu yang Ocy pikirkan tentang wanita itu, cantik.
KAMU SEDANG MEMBACA
sólo tu [End]
RomantizmKritik dan saran sangat saya butuhkan. ♥️🌷♥️ "Entahlah...kalo kamu minta, pasti aku berikan. Selama ini kamu tidak memintanya...." Ocy menjawab kesal. "Jadi, boleh?" Nico memastikan. Mau tau kelanjutannya? Di baca ya:") VOTE & KOMEN JUGA YA!!🌷♥️�...