Nico pergi ke teras rumah, dia gelisah karena istrinya itu belum juga pulang.
"Nico, ngapain kamu berdiri di sana? Dokter nyuruh kamu banyak istirahat bukan berdiri." Alex muncul dari balik pintu utama.
Nico pun memberitahu kegelisahannya tentang Ocy yang sangat lama. Tak lama mobil pun datang.
Bi Minah membantu Ocy berjalan menuju teras, Nico mengerutkan keningnya dan seketika dia langsung mendatangi Ocy.
"Cy, kamu Kenapa? Kok luka-luka gini?!" Nico menuntut jawaban. Tapi Ocy tidak menatapnya sama sekali, dia tidak menangis tapi badannya bergetar hebat, dia sangat ketakutan.
Nico membawa istrinya itu ke dalam rumah.
Bi Minah pergi ke dapur, mengambilkan air untuk membersihkan luka di badan Ocy.
"Ini, Den." Bi Minah memberikan gelas, kain dan mangkuk berisi air kepada Nico. Nico memberikan minum serta membersihkan luka di muka dan tangan istrinya dengan sangat hati-hati.
Pandangan Ocy kosong, wajahnya sangat pucat, dan dia terus menyebut nama Leo.
Di rasa Ocy tidak akan menjawab pertanyaannya, Nico akhirnya menyuruh Bi Minah menjelaskannya. tapi Nico tidak puas dengan penjelasan bi minah itu, karena bi Minah pun tidak melihat kejadiannya.
"Cy." Nico terus memanggil istrinya itu, tapi tidak di respon.
Nico geram, ia menggendong istrinya menaiki tangga menuju lantai atas, ia tidak peduli dengan sakit di perutnya. membawanya ke kamar dan menidurkannya di kasur, ia menggenggam tangan Ocy, menangkup wajahnya, membuatnya menatap Nico. Nico menatapnya dalam dan sangat lembut. Nico bisa merasakan ketakutan yang di rasakan istrinya.
"Cy, liat aku, jangan takut." Nico mengatakannya dengan sangat lembut.
"Nico...." Lirihnya.
"Iya, ini aku. Ada apa hmm?" Nico terus menatap mata istrinya dalam.
"Kenapa Nico, kenapa Alin dan mama terus nyiksa aku? Apa salah ku? Kenapa mereka terus memojokkan ku? Apa kesalahan yang pernah aku perbuat Sampai mereka semua selalu menyiksaku? Orang-orang yang melindungi ku satu persatu pergi. Leo, aku mau Leo. Kembalikan Leo. Aku mau leo!" Ocy berteriak histeris di akhir kalimatnya.
Alex mendengar teriakan Ocy, dan ia pun langsung memasuki kamar mereka.
"Kenapa, Nic?" Alex menatap Ocy yang meringkuk sambil menangis sedangkan Nico berdiri di pinggir kasur dan menggenggam tangan istrinya.
"Adik tirinya." Nico menatap papanya. "Dia yang buat Ocy jadi begini!" Nico terlihat emosi, wajahnya memerah menahan amarah yang siap meledak.
"Leo...." Ocy terus memanggil nama kakak laki-lakinya itu.
Alex keluar begitu saja dari kamar anaknya. Entah pergi kemana, sepertinya terburu-buru.
"Cy, sayang. Tolong jangan begini."Nico memeluk istrinya erat dan mengecup bibirnya untuk pertama kalinya.
"Aku capek Nico, aku capek." Ocy kembali histeris. Nico berusaha memenangkannya lagi, menggenggam tangannya, dan mengusap pucuk kepalanya. Setelah capek menangis Ocy pun terlelap.
Keesokan paginya, Ocy tidak seperti biasanya. ia pagi ini tidak beranjak dari tempat tidurnya, terus bersembunyi di balik selimut tebalnya.
"Cy, udah jam tujuh. Kamu gak mau turun ke bawah?" Nico bertanya sambil menurunkan selimut yang membungkus seluruh tubuh istrinya.
Ocy tidak menjawab, dia menarik kembali selimutnya dan menutupi seluruh tubuh dan wajahnya. Nico menghela napas.
"Ayolah cy, kemana Ocy ku pergi? Istriku tidak seperti ini. Istriku selalu membuatkan ku sarapan." Nico tertunduk. Istrinya tetap tidak merespon.
***
Gimana?
Jangan lupa vote komennya ya ♥️
Sayang kalian 🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
sólo tu [End]
RomanceKritik dan saran sangat saya butuhkan. ♥️🌷♥️ "Entahlah...kalo kamu minta, pasti aku berikan. Selama ini kamu tidak memintanya...." Ocy menjawab kesal. "Jadi, boleh?" Nico memastikan. Mau tau kelanjutannya? Di baca ya:") VOTE & KOMEN JUGA YA!!🌷♥️�...