tigabelas

4.2K 55 3
                                    

Saat Alex mengusap kasar sudut matanya, tangan Nico bergerak dan matanya perlahan terbuka.

"Nico?" Alex langsung memencet tombol yang ada di dinding dekat tempat tidur Nico untuk memanggil dokter. "Kamu bangun? Alhamdulillah."

Tak lama dokter datang memeriksa keadaan Nico. "Baguslah, keadaannya sekarang baik." Ucap dokter itu.

"Terimakasih, dok." Ucap Alex dan Nico, dokter itu tersenyum dan pergi.

Saat dokter itu pergi Nico menatap papanya. "Papa di indo? Sejak kapan?"

"Sejak kamu masuk rumah sakit."

"Ocy?" Nico mengedarkan pandangan, tapi tidak menemukan istri polosnya itu.

"Dia tadi keluar sebentar, katanya mau beli minum." Jelas papanya.

"Ohh." Nico mengangguk.

Tak lama pintu di ketuk dan muncul perempuan manis yang di tunggu Nico sedari tadi.

Ocy mematung di ambang pintu, botol minum yang di pegang terjatuh. Dia langsung lari dan memeluk suaminya. Menangkup pipinya dan air matanya kembali jatuh.

"Nico...."Ocy masih tidak menyangka.

Alex tersenyum melihat anak-anaknya bahagia, dia pun pergi keluar membiarkan mereka berdua.

"Sini, naik." Nico menepuk sisi kasurnya, menyuruh Ocy naik dan berbaring di sisinya.

"Jangan pergi lagi, Nico." Ocy menelusup ke dada bidang Nico.

Nico membelai sayang pucuk kepala istrinya, tak lama Ocy tertidur di lengan Nico sebagai bantalnya.

"Cy? Cepet banget kamu tidur, capek banget ya." Nico tersenyum dan ikut tertidur.









***












Seminggu setelah Nico sadar, Nico di perbolehkan pulang, tapi ia masih harus banyak istirahat. Sekarang Nico berada di kamarnya, sedangkan Ocy pergi ke lantai bawah untuk membantu bi Minah masak makan malam karena ada Alex.

Setelah selesai memasak, Ocy memanggil papa mertuanya itu untuk turun ke meja makan. Mereka duduk berdua di meja makan karena Nico tidak ikut.

"Ini kamu yang masak?" Alex bertanya saat menyuapkan sesendok makanan dan mengunyahnya.

Ocy tersentak. "Iya, pa. Kurang enak ya?" Ocy menunduk.

"Papa belum pernah makan makanan seenak ini." Alex tersenyum dan memakannya dengan lahap. Alex tidak berbohong, Karena kenyataannya masakan Ocy memang sangat enak.

Ocy teringat ibunya, ibunya lah yang mengajarinya memasak dulu, karena ibunya sangat ahli urusan dapur.

Setelah makan malam, Ocy membawa makanan ke kamar untuk Nico. Dilihatnya suaminya tengah bermain ponsel sambil berbaring di atas kasur.

"Nico, makan dulu." Nico tersenyum dan duduk bersender di kepala kasur. Rasanya perutnya ngilu saat bergerak.

"Suapin." Nico tersenyum jahil.

Ocy tidak protes, dia menurut begitu saja. Bukan tanpa alasan. Dia ingat perkataan Nico dahulu 'kalo kamu nurut sama aku, aku gak bakal ninggalin kamu'.

Sekarang Ocy hanya hidup untuk Nico, pelindung, tumpuan dan tujuan hidup Ocy hanya untuk suaminya. Dia tidak memiliki siapa-siapa lagi di dunia ini. Hanya Nico. Ya, hanya Nico.

Ocy tidur meringkuk di sebelah Nico, seperti istrinya itu sangat lelah, terlihat dari raut wajahnya. Nico bangun dari kasurnya sambil memegang perutnya yang ngilu. Pergi menuju ruang kerja papanya, Karena Nico yakin papanya ada di sana.

Benar saja, papanya sedang berkutat pada ponsel di hadapannya. Alex menyadari kehadiran anaknya.

"Kenapa kamu kesini, kamu harus istirahat, jangan banyak gerak dulu, lukamu belum sembuh total." Alex memperingati.

"Ada hal penting yang ingin aku bahas, pa." Nico berusaha duduk di kursi dengan susah payah, perutnya sangat ngilu.


















Duh, lagi gak mood ngetik

Ceritanya gaje?

Bodo amat

Jangan lupa vote komennya ya ♥️

Sayang kalian 🤗

 sólo tu [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang