Tok tok tok. Suara palu yang di pukul tiga kali pada meja pengadilan membuat salah seorang anak perempuan menangis kencang.
Sungguh, ia tidak tahu apa-apa. Ia tidak tahu lebih jelas nya kenapa hidup nya harus berakhir kacau seperti ini.
"Tidakkkkk hiks hiks..."
Teriak seorang gadis menangis pilu. Perceraian ibu dan ayah nya sangat membuat nya sakit hati sekaligus pedih di hati nya. Bila ia boleh meminta, ia akan meminta bahwa ibu dan ayah nya kembali bersamanya. Kembali berada di pelukan mereka. Sungguh, Sasa sangat menginginkan itu. Tapi, apa boleh buat? Itu hanya akan menjadi angan-angan nya saja.
"Hiks bunda ayah jangan tinggalin Sasa hiks... hiks.." Sasa menutup wajahnya yang sudah di banjiri air mata itu dengan kedua telapak tangan nya.
"Sudahlah kamu bukan tanggung jawab saya lagi! Pergi kamu! Saya gak mau liat muka kamu! Dasar pembawa sial!" murka bunda Sasa -Nadia
"Ayah akan menitipkan mu di panti asuhan nak." lembut ayah sasa-raka
"Ngak! Sasa nggak mau di titipin! Sasa sayang sama kalian! Kalian egois!" Isak Sasa. Terkadang Sasa berpikir, segitu tidak pentingkah Sasa di kehidupan mereka? Hingga ingin menitipkan Sasa di panti asuhan? Bukankah ia masih memiliki kedua orangtua?
Perlahan, ayah dan ibu Sasa menjauh dari pandangan nya, hingga menyisakan Sasa seorang diri di gedung pengadilan.
"Bunda, ayah!!" teriak sasa yang bangun dari tidurnya. Nafas nya memburu, keringat dingin membanjiri pelipis nya.
Sasa menghela nafas nya pelan, "Mimpi itu lagi."
Tok tok tok.
Ketukan dari pintu rumah Sasa membuat gadis berambut panjang itu melangkahkan kaki nya ke daun pintu.
"Sasa! Sudah tidak bayar berapa bulan kamu?! Kamu pikir kamu gratis tinggal disini hah?! Enak saja kamu! Bayar uang sewa sini!" bentak ibu kontrakan Sasa.
Sasa meringis di tempat nya, "Emm.. maaf ya bu saya belum ada uang, saya janji seminggu lagi saya bakal bayar kok bu." ucap nya menundukkan kepala nya.
"Awas ya kamu Sasa! Sampe kamu langgar janji kamu, saya tidak segan-segan mengeluarkan kamu dari tempat saya!" ucap nya kemudian pergi, barulah Sasa menghela nafas nya lelah.
Gadis bernama lengkap Sasa prasiska octaviani. Sunguh, kehidupan nya tidak seindah dengan nama nya. Kejadian menyedihkan yang ia alami satu tahun silam membuat dirinya menjadi seperti sekarang. Makan saja ia harus hemat. Hidupya selalu sendiri. Siapa juga yang ingin menampung dirinya?
Sasa tertawa getir, "Pembawa sial." kata itu selalu terngiang di pikiran nya.
Semua orang berusaha mendekati dirinya. Mempunyai banyak teman, hidup yang serba bercukupan. Tapi, itu tidak berlaku untuk sekarang. Teman yang datang padanya, hanya datang saat ia serba ada. Tapi sekarang? Lihatlah dirinya, begitu menyedihkan.
Ayah nya bernama Raka delvin dirgantara. Siapa yang tidak mengenal PT Dirgantara, perusahaan tambang terbesar di kota Jakarta. Ayah nya sangat bersikap lembut sedari dulu pada Sasa. Entah dari mana, ayah nya yang sekarang sudah tidak peduli lagi padanya.
Serta ibu nya yang bernama nadia evrista Okalina. Ibunya mempunyai watak sedikit tidak peduli. Oh ralat, memang tidak peduli. Bagaimana tidak? Nadia selalu memperlakukan Sasa seperti pelayan, di perlakukan seenaknya. Selama Sasa hidup dengan Nadia, tidak pernah sedikit pun ia merasakan kasih sayang seorang ibu. Namun, sampai sekarang Sasa masih berharap bahwa Nadia akan menyesali perbuatan nya dan mendatangi Sasa, dan semua akan berjalan seperti biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALONE
Ficção Adolescenteterkadang belajar mencintai juga belajar mengikhlaskan~