-bagian 20-

489 11 0
                                    

"assalamualaikum ayah, mama"ucap sasa lembut melihat kedua makam ayah dan ibunya berdampingan

"boleh sasa panggil mama?"tanya sasa mengusap nisan yang beratas namakan Evelyn itu.

"sasa anggap mama bolehin. Ma, sasa gak punya siapa siapa lagi. Semua udah pergi ninggalin sasa. Ayah, bunda bahkan mama yang belum pernah sasa liat aja udah ninggalin sasa duluan. Tapi, aku banyak terima kasih sama mama. Mama, udah bertaruh nyawa untuk lahirin aku.
Aku, gak tau harus buat apa sama mama... Bahkan bahagia in mama aja aku belum bisa

Semenjak bunda pergi sama ayah. Ayah pernah kerumah aku ma. Terus jemput aku.. Aku bahagia sama tuhan masih di kasih kesempatan buat di sayang sama ayah. Tapi... Tuhan berkehendak lain. Rupanya tuhan lebih sayang sama ayah. Makanya tuhan ambil nyawa ayah. Aku akan terus doain mama dan ayah supaya tenang disana. Aku.. Sayang kalian"ucap sasa memeluk kedua nisan orang tuanya karena jarak makam mereka dekat

"nih, sasa bawain bunga matahari buat mama. Bunga mawar buat ayah.
Karena walaupun mama gak ada di samping aku. Mama tetap jadi penerang buat aku. Mama kayak matahari. Dan, sasa suka itu. Sedangkan, ayah sasa kasih bunga mawar buat ayah karena ayah seperti first love buat aku . Laki laki pertama yang selalu jagain aku. Laki laki pertama yang aku sayang.
Setelah itu... Atha"ucap sasa menunduk sedih air matanya mengalir deras sejak tadi. Tapi, sasa pandai menyembunyikan tangis nya. Ia tak mau ayah maupun mamanya melihat ia yang sedang bersedih. Lalu ia meletakkan bunga matahari makam ibunya dan bunga mawar di makam ayah nya.

Hujan yang awalnya rintik rintik berubah menjadi sangat deras. Sasa masih ingin bersama ayah dan mamanya, sasa tak perduli sehabis ini ia akan sakit atau berdiam diri dirumah. Ia hanya menyayangi kedua orangtua nya

Sasa mengernyit heran. Hujan yang tadinya deras kini tak terasa di kepalanya. Padahal hujan masih turun. Ia mengadah ke atas dan menemukan athala yang menatap datar wajah sasa sambil menggenggam payung berwarna biru cerah di tangannya

"athaa...?"

"pulang"ucap athala datar dan...Dingin

"tha, aku masih mau disini. Mama sama ayah butuh aku"

"gak guna lo nangis di makam kayak gini. Lo bisa sakit. Ayah sama mama lo udah denger keluh kesah lo. Pulang!"titah athala kali ini lebih tegas

Sasa masuk ke dalam payung athala setelah tersenyum lembut kemudian mengusap nisan ayah dan ibunya.

Atha berjalan bersama sasa dengan wajah yang sangat dekat. Membuat jantung kedua nya berdetak cepat

Deg deg an?

"ke halte dulu"ajak athala kemudian mereka berjalan pelan ke arah halte yang sangat sepi itu. Jalanan pun hanya sesekali mobil yang lewat beserta kereta yang dapat terhitung.

Malam ini, athala dan sasa sangat kedinginan. Tadi, athala hendak berjalan pulang kerumah nya menaiki motor sport miliknya, tapi ia melihat perempuan yang sangat ia kenali. Ia menghampirinya dan menatap nya sedih, mungkin air mata athala sudah bercampur dengan air hujan karena melihat rapuh nya sasa. Ia tak peduli, harga dirinya jatuh. Tapi, ia tak bisa melihat seseorang yang ia cintai rapuh seperti ini

Ia sempat kecewa pada sasa, yang tak bisa mempercayai dirinya. Tapi, ia tak boleh meninggalkan gadisnya ini. Ia rapuh. Butuh sandaran. Bukan, sebagai pelarian

"kenapa kamu tau aku ada disini?"tanya sasa sesekali mengusap tangannya karena efek cuaca yang dingin

"gak sengaja lewat"ucap athala singkat

"ohh"

Keadaan hening kembali. Suasana canggung menyelimuti keduanya

"aku minta maaf"kedua serempak mengucapkan kata maaf. Kemudian tertawa canggung

ALONE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang