Neung

5.6K 144 0
                                    

Namaku Araya Pachthiraphan. Meski usia ku saat ini sudah menginjak 30 tahun, tapi hidupku baru dimulai saat usiaku 16 tahun. Dimana jatuh bangun dalam hidup mulai kurasakan. Sudahlah. Itu masa lalu. Yang pasti aku semakin tampan saat ini. Hehe.

Kini aku sudah bahagia hidup bersama keluarga kecilku. Mereka adalah sesuatu yang bernilai lebih tinggi dari tambang berlian manapun.

"Papaaaaa bangun paaaa. Anaknya mau sekolah. Hari pertama awas aja kalo telat" seru Ellen.

Perlahan aku membuka mata dan milirik jam dinding yang saat ini menunjukkan pukul 06:00.

"Pantes alarm udah bunyi" gumamku.

Dia istriku, salah satu hal yang tadi kusebut bernilai lebih dari berlian. Namanya Ellen. Dia wanita yang galak, menyebalkan, cerewet, posesif, dan cemburuan. Setiap pagi ia membangunkanku seperti alarm terompet milik Spongebob. Mungkin lebih keras dari itu. Setelah menikah cukup lama dengannya, terkadang aku bingung bagaimana bisa aku mencintainya sedalam ini.

Meski begitu, dia memang wanita yang kukenal tangguh, hangat dan bertanggung jawab pada keluarganya. Dan tentu saja selalu memuaskan ku. Hehe. Sayangnya, tidak untuk akhir-akhir ini. Karna satu dan lain hal.

Ku renggangkan otot-otot tubuh ku sejenak sebelum aku terbangun. Sejujurnya aku mendengar kasur ku berteriak. Ia berkata "Tidur saja. Aku lebih nyaman dari istrimu!" seperti itu. Hasutan yang membuatku kadang kembali memejamkan mata. Dan disaat itulah Ellen akan berteriak membangunkanku lagi. Tapi, aku lebih takut istriku ketimbang kasur. Jadi, kuputuskan untuk bangun. Maafkan aku kasur. Ini sungguh berat untukku meninggalkanmu.

Ellen masih sibuk menyiapkan pakaian kantorku saat aku masih diam-diam bermalas-malasan dan bersandar pada sandaran ranjangku. Tanpa sadar mataku terpejam lagi.

"Oh nggak mau bangun? Oke lah? Untung udah Mama siapin tuh air es se ember" tukas nya. Spontan mataku terbuka dan kakiku langsung berdiri.

"Galak banget sih. Untung sayang" ujar ku. Aku yakin sudah berbicara sangat pelan. Tapi...

"Apa? Galak? Oh emang kalo Papa nggak sayang Mama terus Papa mau ngapain?"

Nah, sudah ku katakan bahwa dia cerewet. Aku tidak berbohong, kan?

"Uluh uluh Mama sayang. Udah cantik begini kurangin dong marah nya. Nanti cepet tua lho"

"Kalo Mama cepet tua. Papa mau nyari ABG? Iya?"

"Ha? Salah lagi" gumam ku. "Nggak lah Ma. Duh ABG doang sih kalah cantik, Ma. Liat tuh  Mama udah cantik, langsing, putih, sexy. DEUH mantap lah pokoknya" lanjutku.

"Halah. Udah ah cepet mandi. Mama mau siapin sarapan" kata nya lalu beranjak pergi. Dengan sigap aku menangkap tangannya.

"Ma"

Ellen menatapku dengan wajah kaget. I love it.

"Morning kiss buat Papa mana? Udah lama lho Ma" kataku.

"Ih" pekik nya lalu mencium bibirku sekilas lalu pergi begitu saja.

Aku menggelengkan kepalaku sambil tersenyum melihat tingkahnya. Ya, dia memang kadang seperti itu. Tapi, dia tetap Ellen yang ku cintai sampai kapanpun.

***

Selesai mandi dan berpakaian, aku langsung pergi ke meja makan. Sambil menenteng tas laptopku serta dasi. Bukan tak bisa memakai sendiri. Tapi aku lebih suka dimanja istriku dan memilih meminta dipakaikan olehnya.

"Ma pakein Papa das...."

"Maaaaa sepatu ku dimanaaa"

Aku mendengus dan memutar bola mataku malas saat Ell memotong ucapan manja ku pada Ellen. Anak ini memang selaku merusak rencana ku. Bahkan tak jarang ia menggangguku saat aku dan Ellen tengah bercinta. Untung Sayang.

Araya 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang