Hari ini aku bangun lebih pagi untuk gym. Rasanya stamina ku semakin berkurang akhir-akhir ini, terlebih saat aku harus bekerja sendirian. Pekerjaan menumpuk dan waktu istirahat ku pun semakin berkurang. Sebab aku harus lembur setiap hari, hal itu membuat ku tidur hingga jam 1 malam atau bahkan aku tidak tidur sama sekali. Aku jadi mudah lelah dan mengantuk saat bekerja.
Namun, saat ini sudah ada Sandra yang siaga membantu ku. Ia sudah bekerja dengan ku selama dua minggu terakhir. Ia sangat tanggap dan cekatan dalam bekerja. Sehingga pekerjaanku menjadi lebih mudah dan selesai lebih cepat.
Pukul 08:53 aku tiba dikantor, dan Sandra sudah duduk manis di mejanya.
"Sandra, apa agenda saya hari ini?" tanya ku sambil berjalan kearah meja kerja ku. Sandra menghampiriku dengan membawa buku keramatnya.
"Jam 10:00 meeting tentang perkembangan projek Blue Lake City. Jam 12:00 kunjungan ke pembukaan restoran Chen Xia. Jam 14:00 jemput Cello. Jam 15:30 kunjungan ke panti asuhan cinta kasih. Itu saja pak" tutur Sandra lalu menutup buku keramatnya. Panti asuhan cinta kasih. Aku selalu mengunjungi tempat itu satu atau dua kali dalam satu bulan.
"Oke. Silahkan kembali bekerja" sahutku.
"Bapak mau saya buatkan minuman apa?" tanya Sandra. Ya, aku memang lebih suka minuman ku tersedia saat aku sudah berada dikantor.
"Hm, pesan dari aplikasi aja. Saya mau minum thai tea milo. Dingin ya. Kamu mau apa terserah" ucapku.
"Baik pak" kata Sandra.
***
Aku telah sampai pada agenda terakhirku. Dimana aku mengunjungi sebuah panti asuhan bersejarah dalam hidupku. Disana lah aku mengenal Cello. Panti asuhan cinta kasih. Aku tidak pergi sendirian. Melainkan bersama Sandra. Biasanya aku pergi bersama Ellen. Tapi, hari ini ia tidak bisa ikut denganku karena harus memenuhi undangan dipesta khitanan anak teman arisannya.
Wanita itu, perlahan menjadi wanita sosialita. Sebenarnya akulah yang memaksa. Hitung-hitung membuatnya bisa berinteraksi dengan orang lain. Toh, Ellen tetap lah Ellen. Ia tidak berubah menjadi wanita yang gila harta. Dan tergiur oleh teman-teman sosialitanya. Justru aku yang lebih banyak memaksanya untuk membeli perhiasan dan berlian. Lumayan juga bukan, untuk investasi.
Mobil ku tiba di halaman panti. Semua anak panti asuhan segera menyerbuku saat aku keluar dari mobil. Disini lah aku merasa sangat bahagia. Mereka terlihat lucu dan menggemaskan saat tertawa.
"Papa aku kangen papa" seru mereka.
Begitulah mereka memanggil ku. Papa. Bagi ku yang tidak bisa memiliki anak dari keturunanku sendiri. Ini cukup memuaskan hatiku untuk berperan sebagai seorang ayah. Tentu ini anugerah Tuhan. Jumlah anak ini tak sedikit. Dan mereka tetap menganggapku salah satu dari orang tua asuh mereka.
"Papa juga kangen kalian semua. Semuanya sehat kan?"
"Sehat Pa" kata mereka dengan serentak.
"Pa. Tante itu siapa?" tanya Jeremi sambil menunjuk Sandra yang sedari tadi diam.
"Oh ya. Kenalin. Ini namanya tante Sandra. Dia sekretaris pribadi baru Papa" tuturku.
"Lho, tante Mila kemana pa?" tanya Afni.
"Tante Mila sudah nggak kerja sama Papa lagi sayang. Karena harus melahirkan dan mengurus dede bayinya"
"Wah enak ya jadi anaknya tanye Mila. Dia sampai berhenti kerja karena mau ngurus anaknya" timpal Cloe. Aku tersenyum getir. Sakit sekali mendengarnya.
"Sayang. Anak Papa. Bukannya Papa selalu bilang. Jangan pernah iri dengan kehidupan orang lain. Karna kalian juga punya Papa. Yang selalu sayang kalian"
KAMU SEDANG MEMBACA
Araya 2
RandomManusia tidak akan tau filosofi cinta. Sampai ia merasakan perpisahan yang membekas, pahitnya bersabar dan rindu yang menyesakkan. Maka berdamailah dengan dirimu sendiri, hingga dirimu benar-benar kuat saat nanti kamu akan terjatuh lagi. Karna rasa...