Sam

2.1K 110 9
                                    

Btw buat sekedar gambaran, yang di foto itu Punpun Sutata. Dia yang berperan jadi Sandra. Hihi

***

Jam sudah menunjukkan pukul 14:00. Jadwalku menjemput Ell. Sebenarnya anak semata wayangku itu selesai sekolah pada pukul 12:00. Tapi, setelah itu ia harus makan siang dan langsung lanjut Les. Hanya tambahan belajar yang diadakan oleh wali kelasnya. Dan itu sudah keharusan dari pihak sekolah.

Sekarang Ell sudah berusia 12 tahun. Perkembangan kecerdasannya lumayan cepat untuk standar anak seusianya. Rasa ingin tau nya ikut meluas. Ini mempermudah ku untuk tidak memaksanya dalam hal belajar.

Ell juga memiliki jadwalnya sendiri yang diatur oleh Ellen. Banyak hal yang dijalani dalam kesehariannya, dan itu semua atas keinginannya sendiri. Seperti kursus berenang, kursus musik dan beberapa hal lainnya. Ia masih gemar membaca komik. Bahkan ia sering menggambar manga atau animasi sesuai imajinasinya. Katanya, ia ingin menjadi komikus juga. Selain ingin menjadi pianis. Anak itu banyak yang ia minati. Tugasku dan Ellen hanya mendukung dan memantaunya saja.

Aku dan Ellen berusaha menjadi orang tua yang baik bagi Ell. Aku menaruh kepercayaan padanya alih-alih agar ia mampu belajar tentang apa itu bertanggung jawab. Sebab, mempertanggung jawabkan kepercayaan orang lain adalah hal yang cukup berat. Aku pikir begitu.

Untuk saat ini aku tidak ingin menekan soal kehidupan bisnis. Meski aku menyerahkan minat masa depannya pada dirinya sendiri. Suatu saat aku akan memperkenalkan tentang dunia bisnis padanya. Paling tidak dia memiliki pengetahuan soal bisnis. Perlahan saja. Aku tidak ingin memaksanya menjadi pembisnis. Meski aku menaruh harapan pada dirinya untuk bisa menggantikanku suatu saat nanti.

***

Aku sudah kembali ke kantor. Untuk dua jam kedepan. Aku tidak memiliki agenda apa-apa.

Diruanganku ada Sandra. Saat ku pikir dirinya sedang tertidur karena ia tak menyadari kedatanganku. Aku mendengar isak tangis. Dan kusadari suara itu adalah suara Sandra. Ia meletakkan kepalanya diatas meja dengan disangga kedua tangannya yang terlipat.

Aku hanya diam lalu duduk disofa. Membiarkan Sandra menangis.

Setelah hampir 15 menit ia tak berhenti memangis, aku menjadi merasa kasihan. Aku berjalan menghampirinya. Lalu berdiri tepat disebelahnya.

"Sandra?"

Seketika Ia mendongakkan kepalanya. Dan terkejut saat melihatku. Tangisnya mendadak  berhenti. Wajahnya tampak merah dan matanya sembab. Entah masalah apa yang sedang ia alami. Untuk ikut campur pun aku tidak berhak. Tapi jika kondisinya seperti ini, aku khawatir ada sesuatu yang berat dan akan mengganggunya. Sebab itu akan berpengaruh pada kinerja nya nanti.

Spontan jemariku bergerak mengusap air matanya. Aku tidak pernah tega melihat wanita menangis. Terlebih orang tersebut baik padaku. Dan Sandra, ia mengingatkanku pada Nam. Sejak ia bekerja denganku, aku mengenal sosoknya yang terlihat serius bekerja. Dan selalu fokus dalam pekerjaan. Melihatnya tiba-tiba menangis sampai seperti ini, rasanya agak sedikit aneh.

Sandra menatapku tak bergeming sampai aku selesai mengusap air matanya yang mengalir di pipinya.

"Udah puas belum nangisnya?" tanya ku. Sesaat ia tersadar.

"Eh.. A.. Anu.. Maaf pak" katanya. Aku tersenyum, lalu mengusap pucuk rambutnya. Tanpa sadar aku memperlakukan Sandra seperti aku memperlakukan Nam. Aku tidak yakin apa alasannya, disaat aku sudah melupakan wanita itu, tiba-tiba saja aku teringat sosoknya didalam diri Sandra. Dan membuatku bersikap seolah ia adalah Nam.

"Nggak apa-apa. Tunggu sebentar ya". Aku kembali kemeja ku dan menelpon ruangan OB. Untuk meminta dibuatkan dua es kopi.

Tidak sampai lima menit. Dua es kopi sudah berada dimeja ku. Aku memindahkannya ke meja dekat sofa. Lalu duduk di sofa.

Araya 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang