Sib

1.4K 79 8
                                    

Bulan telah menggantikan matahari dan hari semakin gelap saat aku dan Sandra selesai dengan jadwal terakhirku. Usai kami bekerja, aku mengantar Sandra pulang. Alih-alih agar aku bertemu Sunney.

Sepanjang perjalan Sandra hanya sibuk makan ice cream. Dan ini sudah yang ketiga kalinya. Aku baru tau bahwa perempuan itu penyuka ice cream. Terlihat dari cara ia makan, terlihat begitu menikmati.

Yang membuat ku gagal fokus dan sampai menelan ludah yaitu kala Sandra menjilati ice cream mangonya. Ice cream batangan yang ada digenggamannya itu justru terkesan seperti ia sedang mengulum penis. Tapi Sandra cuek dan tetap menikmati ice creamnya. Itu membuatku merasa linu.

Aku menduga, Sandra pasti cukup lihai untuk untuk hal seperti itu. Membuatku menelan ludah.

"Kamu nggak takut sakit gigi? Udah abis 3 aja" tukasku. Sontak ia terkejut, seolah sedari tadi ia tidak sadar dengan keadaan yang sebenarnya.

"Eh.. Iya. Ini enak lho pak. Mau coba? Tuh masih ada dua" katanya.

"Susah dong kalo saya makan ice cream sambil nyetir"

"Hm kode ya minta disuapin" katanya. Aku hanya tertawa.

Hari demi hari, sejak aku mengenal Sunney. Kini hubungan kami kian semakin dekat. Aku semakin menyayangi Sunney sebagai anak perempuanku. Toh secara harfiah, tidak ada bedanya saat dengan Ell. Keduanya bukan anak biologisku. Tapi, alu betul-betul mencintai mereka.

Sementara Sandra, mungkin aku merasa ia sudah seperti adikku sendiri. Kami semakin dekat dan mulai saling tau apa yang kami suka dan tidak suka satu sama lain. Selama ini, aku hidup tanpa kakak atau adik. Dan saat mengenal Sandra tanpa sengaja aku seperti merasa memiliki seorang adik.

Meski begitu, ada beberapa saat dimana aku merasa jantungku berdegup cepat. Dan bukannya tak sadar, aku hanya menampik bahwa degupan itu memiliki arti lebih dari seorang kakak terhadap adiknya.

Sandra membuka satu bungkus ice cream coklat. Sesuai rasa yang aku gemari. Lalu menyodorkannya pada ku.

"Enak?" ia bertanya. Aku mengangguk.

Aku menikmatinya sesekali sehingga ice cream itu meleleh pada genggaman Sandra saat tangannya diatas dadanya.

"Yahhh astaga meleleh" seru Sandra saat lelehan ice cream nya jatuh ke baju dalaman yang ia kenakan tepat pada bagian dada. "Duh gimana nih. Coklat lagi" lanjutnya.

"Nih bersihin pake tisue dulu" kata ku lalu memberikan tisu. Sandra meletakkan dua ice cream tersebut ke dalam plastiknya lagi. Lalu ia membersihkan bajunya.

"Buka aja deh. Dari pada nanti blazernya yang kena" katanya. Aku terkesiap kala dia membuka blazernya dan hanya mengenakan baju dalaman tanpa lengan yang terkena noda ice cream. Baju putih tanpa lengan itu tampak sangat ketat. Bahkan samar-samar aku bisa melihat motif polkadot biru pada bra-nya. Ukuran payudara Sandra terbilang besar. Bahkan tampak menyembul pada bagian atasnya.

"Udah nanti di laundry aja" tukasku.

"Iya pak nanti di laundry tapi ini kalo nggak dilap, saya yang dingin" katanya. Aku hanya ber-oh ria.

Kami pun tiba dirumah Sandra. Sunney keluar rumah dan menyambutku dengan antusias. Aku pun memeluknya dengan erat.

"Hm Papa aja nih yang dipeluk? Ibu nggak?" kata Sandra. Sunney terkekeh lalu memeluk Sandra.

"Sunney ayo masuk. Liat nih Papa bawa apa" kataku sambil mengangkat martabak keju yang kubeli sebelum tiba dirumah.

"Wah apa itu Pa?"

"Ayo kita liat didalam aja" kataku lalu menggendong Sunney untuk masuk kedalam rumah.

Didalam rumah aku duduk bersama Sandra, Sunney dan ibu Sumi. "Semuanya mau minum apa?" tanya Sandra.

Araya 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang