Florian Macek sebagai Ethan Matthias
***
Ellen POV's
Setelah melalui cerita panjang yang mencetak sejarah tak terduga dalam hidupku bersama suamiku, Araya. Cerita hidup ku tak usai hanya sampai saat aku menikah dengannya.
Pernikahan ku dengan Araya menjadi hitam diatas putih bahwa aku memang menerima segala baik maupun buruk resiko yang ku peroleh dimasa depan. Hal itu pula yang justru menjadi gerbang untuk menuju bagian selanjutnya didalam kisah hidupku.
Sudah enam tahun aku menjalani hidup dalam ikatan pernikahan bersamanya. Sekilas kehidupan kami memang tampak sangat sempurna. Baik hal fisik maupun materi. Alih-alih kami tidak bisa memiliki seorang anak yang kami hasilkan secara biologis. Meski begitu, kami sudah bahagia bersama Ell dan anak panti yang kami asuh.
Araya banyak mengajarkanku tentang kehidupan sosial. Dan itu sangat baik untuk diriku dan Ell yang ia pimpin. Tidak hanya pada perusahaan yang ia pimpin dengan baik, tapi ia mampu menjadi suami dan papa yang baik untuk keluarganya.
Setelah kematian neneknya Araya, Mama mertuaku memutuskan untuk kembali menetap di Thailand karena beliau adalah anak tertua dikeluarganya.
Aku juga banyak belajar kehidupan rumah tangga dari beliau. Hal itu membuat ku sadar sendiri, bahwa sebanyak apapun orang yang bekerja didalam rumah ini untuk melayani kami, aku tetap memiliki tanggung jawab penuh sebagai ibu rumah tangga pada umumnya. Mengurus dan merawat suami serta anakku.
Tapi, sifat bijaksana, baik dan dewasa yang Araya miliki justru kadang membuatku khawatir. Ia pria yang sangat tampan dan kaya raya. Wanita mana yang tidak kagum jika berhadapan dengannya. Seribu kali aku mencoba percaya padanya, dua ribu kali aku khawatir atas dirinya.
Araya cukup tegas dalam memimpin sebuah perusahaan. Sikapnya yang terlihat dingin dan terkesan galak, justru banyak dikagumi wanita lain.
Di sisi lain, ada saja hal yang membuatku merasa jenuh dengan pernikahan ini. Seperti, akhir-akhir ini. Ia selalu pulang telat. Bahkan ia baru pulang setelah aku tertidur pulas. Ketika aku bangun dipagi hari, ia sudah ada disampingku. Tapi, aku anggap kejenuhan itu hanya hal yang biasa terjadi dalam sebuah hubungan. Begitupun Araya. Ia pasti pernah merasa jenuh denganku.
Well, hari ini aku keluar rumah untuk bertemu sahabatku saat kuliah, Olive. Aku baru bertemu dengannya kembali tiga tahun setelah aku menikah dengan Araya. Sebab setelah lulus kuliah ia pergi ke Amerika untuk beberapa alasan. Bahkan ia tidak hadir saat aku dan Araya menikah.
Saat ini, Aku sudah menunggunya disebuah cafe, katanya ada berita gembira yang ingin ia sampaikan padaku. Sudah 20 menit aku menunggu, akhirnya ia muncul dihadapanku.
"Haaaaaaiiii Ellenku sayang" seru Olive langsung memelukku dan mencium kedua pipiku seperti biasa.
"Hellooo Oliveku. Duduk liv, gue udah pesenin tuh matcha kesukaan lo" sahutku.
"Waaah makasih lho" katanya.
"Lo dateng sendiri?" tanya ku.
"Iya nih. Eh tapi nanti ada yang mau gabung sama kita lho"
"Siapa?"
"Ada lah pokoknya. Tunggu aja" katanya. Aku mengernyit kebingungan tapi Olive nampak sumringah.
"Terus berita bahagia apa yang mau lo kasih tau ke gue?" tanya ku.
"Nanti dulu, tunggu satu orang lagi. Dia udah didepan kok"
"Siapa sih?". Olive tak menjawab. Lalu ia menerima telpon dari seseorang yang ia arahkan untuk ke meja kami.
Tak sampai lima menit, seorang pria berparas bule datang menghampiri meja ku dan Olive. Aku mendongak dan menatap pria tersebut. Aku terkejut saat mendapati pria itu dihadapanku saat ini. Pria yang tidak asing bagiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Araya 2
RandomManusia tidak akan tau filosofi cinta. Sampai ia merasakan perpisahan yang membekas, pahitnya bersabar dan rindu yang menyesakkan. Maka berdamailah dengan dirimu sendiri, hingga dirimu benar-benar kuat saat nanti kamu akan terjatuh lagi. Karna rasa...