Sandra POV's
Aku sudah terbangun, tapi mataku enggan terbuka. Kepalu terasa sakit dan tubuhku pegal-pegal. Udara dingin menyapu setiap inci kulitku, membuatku semakin malas untuk beranjak. Terlebih aroma yang kuhirup saat ini, mengingatkanku pada Pak Araya.
Mungkin ini karena aku mabuk dengan nya semalaman. Dan pagi ini aku harus bergegas meeting bersamanya. Tunggu...
Pak Araya? Sontak aku membuka mataku. Aku membelalakan mataku saat mendapati diriku tertidur sambil memeluk dirinya dan kami terbaring diatas sofa. Aku semakin merasa kecil saat aku mengingat kejadian semalam. Meski tidak seluruhnya, tapi aku ingat bahwa aku sudah lancang menciumnya. Sebab itu saat ini aku bisa terbaring bersamanya.
"Aaaaaaaaa" Seru ku seketika. Lambat laun aku ingat segalanya. Aku, tidak kembali ke kamarku semalam dan malah mabuk bersama Pak Araya.
Pak Araya terbangun karna jeritanku barusan. Dan kami terkejut satu sama lain. Aku terjatuh ke lantai. Wajahku terasa panas karna malu bukan kepalang. Lidahku kelu dan tubuhku terasa tak berfungsi untuk beranjak.
Ini pertama kalinya aku mabuk. Beberapa hari ini, saat aku bersama pak Araya. Pikiranku selalu kacau berkecamuk hal-hal aneh. Hatiku jadi dilema dan tak menentu. Terlebih kemarin saat aku pergi ke Saloka bersamanya.
Aku tidak bisa berhenti memperhatikan setiap gerak geriknya. Sikapnya sebagai seorang pemimpin begitu mahir menuntun aku, Sunney dan Tini.
Aku tidak bisa berhenti tersenyum saat ia bersikap sebagai seorang lelaki yang baik. Seolah ia adalah suami dan ayah yang baik untukku dan Sunney.
"Udah sadar San?"
Kontan aku tercekat mendengar suara dengan nada parau tersebut. Lidah ku mendadak kelu.
"San?" panggil Pak Araya, ia beringsut duduk disofa tersebut dan menatapku dengan mata nya yang masih tampak sangat mengantuk.
"I..iya pak" sahutku. Pak Araya tersenyum lalu menghempaskan tubuhnya lagi.
"Pak? Kok saya tidur disini?" aku bertanya. Bukan karna aku tidak ingat apapun. Aku hanya butuh kepastian.
"Kamu ketiduran" katanya.
"Cuma itu?" tanya ku.
"Hm ya" sahutnya. Aneh, sikap Pak Araya seolah tidak terjadi apa-apa. Padahal sedikitnya aku masih ingat semalam ia masih sempat memberiku susu beruang.
"Ka..kalo gitu. Saya permisi ke kamar saya. Buat siap-siap meeting" kataku kikuk.
"Nanti kesini lagi ya. Takut saya ketiduran lagi" katanya. "I..iya pak" sahutku.
Aku bergegas pergi ke kamar untuk mandi dan bersiap-siap selama kurang lebih 30 menit. Jam masih menunjukkan pukul 08:40. Lalu Meeting diadakan pukul 09:30.
Aku kembali ke kamar pak Araya. Saat beberpa kali mengetuk pintu, pak Araya keluar. Ia pun sudah rapi dan...tampan.
Aku masuk kedalam kamarnya untuk mengambil beberapa berkas lain yang sudah disiapkan semalam.
Pak Araya menghampiriku, Ia terlihat seperti dewa dari surga. Hatiku serasa sejuk setiap kali menatapnya. Hingga tanpa sadar ia sudah berdiri didepanku.
"Sandra?" panggilnya. Aku pun tersadar dari lamunanku.
"Kamu masih ngantuk?" ia bertanya.
"Ng..nggak kok pak"
"Jangan lesu ya. Ayo kita sarapan dulu"
"Iya pak. Ini jas nya dipake dulu" kata ku sambil membantunya mengenakan jas lalu merapikan dasinya. Aku merasa pak Araya memperhatikanku. Hal ini membuatku merasa canggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Araya 2
RandomManusia tidak akan tau filosofi cinta. Sampai ia merasakan perpisahan yang membekas, pahitnya bersabar dan rindu yang menyesakkan. Maka berdamailah dengan dirimu sendiri, hingga dirimu benar-benar kuat saat nanti kamu akan terjatuh lagi. Karna rasa...