Jed

1.5K 73 7
                                    

Sudah pukul 20:40. Aku terkejut karena terbangun dari tidur dan mendapati Sandra terlelap didadaku dengan tanganku yang berada dibelakang tubuhnya seolah aku sedang merangkulnya.

Aku bergerak pelan berniat menggeser tubuh Sandra. Lalu tanpa sengaja aroma rambutnya menyeruak dihidungku. Wangi sekali. Dan wajahnya yang mirip dengan Nam, terlihat sangat manis dan cantik. Wajahnya mulus dan wangi aroma khas bayi. Ini membuatku merasa nyaman.

Degh!
Tiba-tiba saja jantung ku merasa berdebar saat menatap wajahnya cukup lama.

Buru-buru aku menggeser kepala Sandra dan menatap wajahnya lagi. Ia terlihat kelelahan. Aku benar-benar salut padanya. Sebab, dia sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menaikkan taraf hidupnya seorang diri selama ini. Disisi lain ia harus mengurus seorang anak tanpa seorang suami. Aku tidak habis pikir lelaki macam apa yang tega melakukan itu.

Aku melihat sekitar. Hanya tinggal kami bertiga diruangan ini, sebab bu Sumi sudah pulang sejak tadi sore.

Perlahan aku membopong tubuh Sandra dan meletakkan dia di atas ranjang penjaga. Lalu menyelimutinya.

Jam sudah menu juman pum 20:45. Aku harus segera pulang. Ini sudah malam dan aku belum mengabari Ellen sejak tadi. Sebelum keluar dari kamar. Aku menghampiri Sunney yang sedang terlelap lalu mengecup pipinya cukup lama. Gadis kecil itu begitu cantik dan lucu sangat mirip dengan ibunya. Hatiku selalu terasa nyaman jika berada didekat Sunney. Sejujurnya aku ingin ia tinggal bersama ku. Tapi itu hal yang tidak mungkin.

Ku kecup pipi gembil Sunney sekali lagi, Lalu pergi meninggalkan keduanya.

***

Aku tiba dirumah pukul 22:21, perjalanan dari rumah sakit menuju rumahku sebenarnha tidak terlalu jauh, hanya saja ini malam minggu dan jalanan cukup padat oleh pengendara. Ellen masih menonton TV diruang keluarga saat aku masuk kedalam rumah. Ku hampiri dirinya dan duduk disebelahnya lalu ku kecup pipinya sekilas. Ellen memicingkan matanya seolah ia tidak senang dengan perlakuanku. Sebenarnha terbesit rasa bersalah karna aku belum jujur mengenai Sunney.

"Duh seneng deh pulang kerja liat istri cantik kaya gini. Capeknya langsung hilang gitu" tukas ku. Maafkan aku Ellen.

"Kalo muji kaya gini biasanya ada maunya" Katanya sarkastik.

"Mama nggak boleh nuduh Papa gitu dong"

Ellen hanya mendengus lalu kembali fokus pada tayangan televisi. Ia nampak sedikit berbeda. Agak cuek. Biasanya saat aku pulang, ia akan memeluk atau menciumku. Sepertinya sudah lama ia tidak melakukan itu

"Mama nggak mau peluk dan cium Papa gitu?" tanyaku.

"Males" katanya.

"Loh kok males?"

"Papa pulang malem terus. Padahal ini hari sabtu. Ngajak Ell renang kirain lagi free"

"Maaf ya Ma. Papa sibuk terus"

"Udah biasa kok Pa". Ellen menatapku lalu tersenyum. Aku bisa melihat senyumnya berbeda dari biasanya. Ku hela nafas lalu kurangkul tubuhnya yabg mungil. Ia menoleh dan menatapku heran. Aku lebih heran melihatnya heran. Apasih?

"Pa? Papa ganti parfum?"

"Ha? Nggak Ma. Kan Mama tau sendiri parfum Papa apa"

"Tapi kok. Ini..." Ellen menjeda.

Geez. Aku lupa. Sandra sempat bersandar didadaku saat tidur tadi. Seketika aku panik. Aku berusaha mengontrol rasa gugup ku.

"Kok wanginya parfum perempuan ya Pa?" kata Ellen masih menjelajahi aroma Sandra.

Araya 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang