Yi Sib Si

1.5K 99 7
                                    

Sudah hampir setengah hari Araya hanya berdiam diri diteras kamarnya. Tangannya bahkan tak kunjung berhenti melempari pakan ikan koi ke kolam yang ada didepan teras kamarnya. Sementara pikirannya masih menjungjung tinggi rasa sakit hatinya terhadap Ellen.

Terlalu sibuk dengan pikirannya, Araya sampai tak sadar dengan kedatangan Som yang kini sudah berdiri tepat disampingnya.

"Mommy mau, sore ini kamu pulang ke Indonesia" Tiba-tiba ia berkata. Araya terkejut. Tapi bukan karena kedatangan wanita lansia disisinya itu, melainkan dengan ucapannya.

"Ngusir?" Tanya Araya malas. Som terkekeh lalu berjalan masuk ke kamar anak semata wayangnya itu. Araya membuntutinya saat Som duduk diatas ranjang Araya.

"Kalau iya, kenapa?" Sahut Som dengan tertawa.

"Jangan bercanda Mom" Timpal Araya.

"Mommy serius" Kata Som. Araya hanya mendengus kesal sambil mengacak-acak rambutnya. "Sehebat apapun prajurit, kerajaan tetap tidak bisa berjaya seperti semestinya hanya dengan sekedar menjalankan perintah. Mereka butuh Raja disisi mereka secara nyata. Jika raja mereka bersikap kekanakan, maka semuanya bisa saja hancur dalam sekejap. Dan tidak ada perang yang lebih besar dari pada perang dengan keegoisan diri sendiri. Pahami itu. Dan, penerbanganmu tepat pukul 8 malam ini. Mommy sudah pesan tiket" Tutur Som dan berlalu pergi meninggalkan Araya dikamarnya. Araya mengusap-usap wajahnya dengan kasar. Ia bingung sekaligus frustasi.

📍📍📍

E

sok harinya..
Ellen berjalan menuju ruangan suaminya. Berharap ada keajaiban bahwa ia bisa menemukan Araya disana. Sebab ia mendapat kabar dari ibu mertuanya yang berkata bahwa Araya memang pulang ke Thailand dan sudah kembali ke Jakarta sejak tadi malam. Yang artinya seharunya paling tidak ia sudah tiba sejak tadi pagi di rumah.

Wanita itu tak berhenti menitikan air matanya. Pagi ini pun hatinya hancur seperti hari-hari sebelumnya. Beberapa hari belakangan ini ia mendapati dirinya sudah positif hamil. Ia belum memeriksa ke dokter kandungan. Tapi test pack-test pack itu sudah jelas menunjukkan bahwa dirinya tengah mengandung. Ia sangat membenci dirinya. Dan sama sekali tak mencari Ethan. Ia justru kembali berusaha menemui suaminya.

Ellen tau betul bahwa dirinya lah yang paling salah. Ia semakin merasa bersalah ketika mendengar suara ibu mertuanya yang tampak dingin disebrang sana. Meski begitu, ia tak ragu dan sangat percaya bahwa ibu mertuanya tidak mungkin berbohong berkata bahwa anaknya sudah kembali ke Indonesia.

Ia sudah tiba didepan sebuah ruangan yang bertuliskan nama lengkap suaminya berserta jabatan dan gelar yang dimiliki suaminya pada papan yang terdapat dipintu tersebut. Tanpa mengetuk, Ellen langsung masuk kedalam.

Sandra yang masih asik berkutat dengan berkas-berkas yang sedang ia susun dimeja bosnya langsung menoleh kaget kearah Ellen.

"Dimana suami saya?" Seru Ellen. Sandra terpaku dan lidahnya kelu.

"Saya tanya dimana suami saya? Kenapa kamu diam aja?!" Seru Ellen lagi sambil menggoyangkan pundak Sandra cukup kencang.

Sandra masih berusaha menyerap keadaannya. Ia tak pernah bertemu Ellen. Tapi ia bisa mengenalinya dalam sekali lihat. Jelas ia mengetahui Ellen. Wanita yang membuatnya diam-diam cemburu karena keberuntungannya memiliki seseorang yang Sandra cintai.

"Tenang. Tenang dulu bu" Kata Sandra saat sudah sadar.

"Saya nggak bisa tenang. Kamu nggak akan ngerti!" Kata Ellen. Sandra berusaha keras untuk sabar.

"Bu Ellen. Pak Araya nggak datang ke kantor. Udah satu minggu lebih" Kata Sandra.

"Bohong! Bohong kamu!"

Araya 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang