Araya POV's
Mataku terbuka saat kurasakan sebuah sentuhan lembut yang menjalar dikening dan pada sisi kedua mataku. Kudapati Sandra sedang duduk ditepi sofa tempat ku berbaring. Hela nafas kuderu pelan sambil kembali menutup mata. Aku membiarkan dia melakukan apa yang dia mau.
"Saya udah buatin teh jahe hangat" Katanya. Aku mengangguk pelan lalu berangsur duduk disofa. Beberapa saat aku terdiam sambil menikmati pancaran indah bola mata Sandra yang sejak awal membuat ku merasa damai. Entahlah.
Ia mengambil secangkir teh jahe buatannya dan memberikannya padaku. "Terimakasih Sandra" Kataku lalu menyesap minuman itu. Rasanya hangat hingga ke hati.
"Apa ada masalah diperusahaan yang saya nggak tau?" Ia bertanya dengan nada yang terdengar sangat hati-hati. Sebenarnya dia tau segalanya tentang perusahaan, hanya saja hari ini aku terlihat berantakan. Jadi tidak heran jika ia bertanya demikian. Aku menggeleng pelan.
"Saya cuma kecapek an" Jawabku sesantai mungkin.
"Biar saya yang urus semuanya. Bapak bisa istirahat atau pulang sekarang" Katanya lalu meletakkan cangkir teh jahe itu. Aku tertawa kecil. Dia terlihat seperti atasan yang baik sekarang.
"Kerjakan pekerjaan kamu sendiri. Kita punya tugas masing-masing. Saya akan beritahu kamu kalau saya butuh bantuan lebih" Kata ku. Dia mengangguk pelan lalu tertunduk.
Mataku tak sengaja melihat kedua jemarinya. Tanpa sadar aku meraihnya dan menggenggamnya. Ia terlihat kaget meski tak melawan.
"Saya udah duga tangan kamu lebih terasa hangat dibanding cangkir teh jahe itu. Saya pinjam sebentar" Kataku lalu kembali berbaring. Masih dengan menggenggam tangannya. Aku bisa merasakan tangannya agak gemetar.
"Silahkan. Bapak kan kakak saya" Katanya agak menohok ke hatiku. Aku menatapnya lekat. Aku tau ini tidak mudah untuknya. Aku sudah egois karena memaksanya menganggap ku hanya sebagai kakaknya disaat dia mencintaiku. Matanya tampak berlinang dan seketika itu ia mengalihkan pandangannya untuk mengusap mata dengan tangan kirinya. Seolah aku tidak tau dia melakukan itu.
"Maaf. Hari ini bapak keliatan berantakan. Jadi saya pikir ada masalah kerjaan yang saya nggak tau" Katanya.
"Dengan adanya kamu, itu sangat membantu saya dalam pekerjaan. Kamu orang pertama yang saya beritahu kalau ada masalah. Sebab kita harus berjuang bersama kan?"
Dia mengangguk dan tersenyum. "Tapi saya berprasangka kalo bapak punya masalah lain. Saya nggak akan maksa bapak untuk membagi cerita. Tapi perlu bapak tau. Saya ada untuk bapak" Katanya. Aku terdiam sejenak. Kembali mengingat Ellen. Dan hatiku kembali sakit. Ingin sekali aku membagi kesedihanku. Tapi tentu saja itu sulit. Disaat dia tidak benar-benar mengetahui siapa aku. Atau bahkan dia mungkin akan merasa jijik ketika tau siapa aku sebenarnya.
"Kamu gak berniat alih profesi jadi tukang ramal kan? Saya harap nggak. Nanti saya bakal repot cari sekretaris baru" Ujar ku. Dia tertawa. Hal itu membuatnya tampak lebih manis.
Aku meraih pipinya dan mengelusnya pelan. Ia tampak terkejut. Entah bagaimana aku menjelaskannya. Tapi, saat ini hatiku berdegup kencang.
"Boleh saya minta sesuatu?" Aku bertanya. Ia mengangguk.
"Peluk saya. Tanpa tanya saya kenapa" Kataku. Wajah Sandra terlihat bingung sekarang. Dalam beberapa saat dia belum memelukku. Lalu aku menariknya langsung kedalam dekapanku. Membuatnya mau tak mau memelukku.
Aku mendekapnya erat saat hatiku benar-benar terasa perih. Bahkan sekarang aku tidak bisa menahan kesedihanku sehingga tangisku pecah. Aku bisa merasakan tubuh Sandra tidak lagi kaku. Ia merelakan kepalanya didadaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Araya 2
RandomManusia tidak akan tau filosofi cinta. Sampai ia merasakan perpisahan yang membekas, pahitnya bersabar dan rindu yang menyesakkan. Maka berdamailah dengan dirimu sendiri, hingga dirimu benar-benar kuat saat nanti kamu akan terjatuh lagi. Karna rasa...