Sandra POV's
Namaku Sandra Geventa. Kelahiran di kota Solo dan menetap di Bandung. Aku berasal dari keluarga yang cukup dalam hal ekonomi. Aku gadis yang manja dan kekanakan. Aku sadar itu. Namun, karena sikap ku yang kekanakan, orang tuaku justru selalu mengekang ku dalam hal apapun. Sampai aku mengenal Arman.
Seorang pemuda asal Jakarta yang bekerja di Bandung. Pada salah satu cafe ternama yang berada tepat diseberang sekolahku. Cafe yang sering kujadikan sebagai tempat nongkrong atau mengerjakan tugas sekolah bersama teman-temanku. Aku sering kesana. Saking seringnya, bahkan saat sendiri pun aku tetap pergi kesana. Dan Arman menghampiriku lalu tanpa sengaja kami sudah saling berbincang. Tak jarang ia menjadi tempat curhatku dan sering menemani ku mengerjakan tugas.
Singkat cerita, aku menjadi dekat dengannya. Hingga saat Arman menyatakan perasaannya padaku. Aku dengan gamblang berkata iya. Dan kami pun mulai menjalin hubungan. Arman adalah lelaki yang ku kenal romantis. Aku sangat menyukainya saat itu. Ia adalah lelaki kedua yang aku cintai setelah ayahku.
Arman bukan cinta pertamaku. Tapi mencintainya, adalah sebuah rasa yang utama. Rasa yang besar. Seolah ia adalah cinta pertamaku. Sebab, saat itu aku belum pernah merasa mencintai atau dicintai sedalam saat bersamanya.
Aku menjalin hubungan dengannya dengan waktu yang tidak sebentar. Yaitu sejak aku kelas 1 SMA hingga aku lulus SMA. Bagiku, Arman lelaki yang beda. Dan aku sangat mempercayainya. Hal itu membuatku gelap mata hingga memberikan sesuatu yang sangat amat berharga untukku. Aku yakin betul bahwa hubungan ku dengannya akan berujung pada pernikahan. Sebab itu aku tak khawatir untuk memberikan tubuhku saat ia menginginkan untuk bercinta dan kami melakukannya cukup sering.
Tepat satu bulan aku lulus sekolah. Sebuah fakta terkuak. Bahwa aku sedang berbadan dua. Dan usia kandunganku sudah berjalan dua bulan tanpa aku sadari. Sangat gila. Aku tidak pernah ngidam atau mual selayaknya wanita yang sedang hamil.
Aku panik bukan main. Aku ketakutan. Dan aku membicarakan hal ini pada Arman. Ia berkata akan tanggung jawab. Dan kami menghadap orang tua ku. Arman selalu menekankan bahwa semua akan baik-baik saja.
Setelah bicara terus terang pada ibu dan bapak ku. Yang kudapat adalah makian dan cacian yang penuh amarah. Bukannya segera menikahiku. Tapi ia justru memintaku untuk menggugurkan kandungannya. Alasannya hanya satu. Ia tidak suka dengan Arman. Percaya atau tidak, bapak ku bisa membaca seseorang. Dan ia berkata bahwa Arman bukan pria baik-baik. Beliau lantas khawatir aku akan di sia-sia kan oleh Arman.
Aku menampik semua perkataan itu. Aku merasa sudah mengenal Arman. Hubungan kami bahkan sudah hampir 3 tahun. Dan Arman tak pernah berubah sedikit pun. Arman ingin bertanggung jawab. Persetan dengan omong-kosong bapak ku.
Orang tua ku mengusirku. Karena ia malu memiliki anak yang dikenal pendiam justru hamil diluar nikah. Kebetulan, nilai ku saat di SMA memang tidak terlalu memuaskan seperti saat aku SMP. Dan selama itu aku tidak pernah mengenalkan Arman. Mereka baru bertemu Arman saat hari pengakuan ku. Jadilah mereka semakin berpikir buruk tentang Arman. Aku marah pada orang tua ku saat itu.
Sebab itu, aku keluar dari rumah dengan rasa kebimbangan yang luar biasa dahsyat. Aku sadar sudah mengecewakan mereka yang telah susah payah menyekolahkanku dan menaruh harapan agar aku bisa jadi anak yang sukses dan membuat mereka bangga. Dan aku pribadi pun memiliki cita-cita yang tinggi.
Arman menguatkanku yang ketakutan. Ia meyakinkanku bahwa ia akan bertanggung jawab. Lalu, tibalah saat dimana Arman membawaku ke Jakarta.
Arman berkata belum bisa menikahiku. Sebab harus menunggu sampai aku lahiran. Saat itu, Arman mencarikanku sebuah kontrakan, dan pekerjaan. Katanya aku harus bekerja demi membantu keuangan kami. Karena Arman belum memiliki pekerjaan tetap lagi. Tabungannya pun habis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Araya 2
RandomManusia tidak akan tau filosofi cinta. Sampai ia merasakan perpisahan yang membekas, pahitnya bersabar dan rindu yang menyesakkan. Maka berdamailah dengan dirimu sendiri, hingga dirimu benar-benar kuat saat nanti kamu akan terjatuh lagi. Karna rasa...