Yi Sib Ha

1.6K 95 6
                                    

Araya berlari tergesa-gesa menuju ruangannya. Saat dirinya tiba, para karyawan yang sudah ramai berkumpul didepan ruangannya lantas menoleh menatapnya dan otomatis memberi jalan untuknya.

Ia terkejut bukan main saat mendapati Ellen yang sedang menindih Sandra sambil menghajarnya. Kirana yang berada disana untuk membantu Sandra pun dibuat kualahan oleh Ellen.

"ELLEN! STOP!"  Seru Araya. Semua orang didalam ruangannya menoleh. Tak terkecuali Ellen. Hati Araya semakin sakit melihat kelakuan Ellen yang seolah tak memiliki harga diri lagi. Dia terlihat seperti hewan buas yang tak berakal. Terlebih ia mendengar samar-samar karyawannya ricuh disekitarnya. Membuat emosinya semakin mencuat.

Araya menghampiri Ellen dan langsung menarik tangannya agar tubuhnya menyingkir dari Sandra.

"Apa-apaan ini?!" Tanya Araya. Ellen hanya menatap Araya. Hewan buas dalam diri Ellen seolah hilang. Tersirat rasa takut dan senang diwaktu yang sama pada wajah Ellen saat dirinya menatap Araya. Sesaat kemudian Ellen memalingkan pandangannya ke Sandra.

"Dia yang salah" Kata Ellen menunjuk Sandra yang diikuti pandangan Araya. "Kamu. Sama dia ada hubungan apa?" Lanjut Ellen.

Araya masih menatap Sandra yang baru bangkit sambil merapikan rambut dan bajunya yang robek. "Kamu foto sama dia sambil ciuman. Kamu selingkuh sama dia?" Timpal Ellen lagi. Araya masih tak menjawab.

Melihat Araya yang hanya diam. Ellen semakin meracau tak karuan. Dengan berbagai macam tuduhan dan makian pada keduanya.

"Kamu harus pecat pelacur ini!! Dan jauhi anak haram itu" Kata Ellen dengan mudahnya.

"TUTUP MULUT KOTOR KAMU ITU!" Seru Araya dengan lantang. Matanya merah. Tampak jelas ia sangat marah. Ellen terperangah dengan ucapan Araya. Begitu juga para karyawannya.

"Udah cukup. Saya udah nggak tahan. Ibu nggak perlu suruh Pak Araya pecat saya. Karena saya akan resign dengan sendirinya" Kata Sandra. "Saya udah bilang saya nggak punya hubungan apapun sama Pak Araya. Saya nggak masalah dihina. Tapi jangan hina anak saya. Kalau Bu Ellen bersikap kaya gini. Saya bisa tuntut Ibu atas tuduhan pencemaran nama baik dan kekerasan" Lanjutnya.

"Nggak! Saya nggak izinkan kamu resign dan saya nggak akan pecat kamu sampai kapanpun" Kata Araya. Ellen tak kalah kaget dari sebelumnya.

"Buat apa saya masih disini? Bapak nggak liat semua orang disini? Bu Ellen nggak berhenti nuduh saya sebagai selingkuhan Bapak. Udah pasti nama saya terco....."

"Siapa? Siapa yang berani berpikir Sandra selingkuhan saya?...." Tanya Araya pada semua karyawannya. Yang tentu saja hanya dibalas diam. "Tugas kalian semua disini kerja. Saya bayar kalian untuk kerja. Jadi kalian nggak berhak ikut campur urusan saya. Dan iya. Saya memang ciuman sama Sandra. Terus masalah kalian apa? Kalau ada yang keberatan silahkan angkat kaki. Tapi kalo kalian masih mau kerja disini. Maka kalian cukup tutup telinga, tutup mata dan tutup mulit kalian. Paham?!" Tutur Araya dengan tegas.

"Paham Pak"

"Semuanya. Bubar" Kata Danu. Semua orang menuruti Danu.

Saat ini diruangan Araya hanya tersisa Araya, Sandra dan Ellen. Araya duduk di sofa ruangannya sambil memijat keningnya.

"Maaf saya permisi" Kata Sandra.

"Sandra. Tunggu" Kata Araya. "Saya akan pergi sama kamu" Lanjutnya.

"Apa-apaan ini?! Kalian bener-bener ada main ya?!" Tanya Ellen. Lalu menghampiri Araya yang kini sudah berdiri disebelah Sandra.

Araya lantas membalikkan tubuhnya dan berjalan ke arah Ellen. Lalu melemparkan beberapa benda panjang yang tipis kepada Ellen. "Positif?" Kata Araya sambil menaikkan satu alisnya. Ellen langsung membatu tak bergeming sama sekali.

Araya 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang