Sudah hampir 15 menit aku berada di meja makan untuk sarapan bersama Ell dan Ellen. Aku dan anakku terus melanjutkan sarapan kami sebelum akhirnya aku berhenti makan. Pasalnya, sedari tadi Ellen hanya sibuk berkutat dengan ponselnya. Acara makannya jadi tidak beraturan. Bahkan ia tidak mampu konsentrasi saat aku dan Ell sedang mengajaknya mengobrol.
"Ehm. Punya bisnis baru?" Ucap ku. Ellen masih tak menggubris. "Ma?" Ulang ku.
"Eh iya?" Sahut Ellen. Wajahnya berubah datar saat menatapku. Aku agak merasa aneh dengannya akhir-akhir ini. Saat sibuk dengan ponselnya ia bahkan mampu tersenyum bahkan tertawa. Tapi saat aku bicara dengannya. Sikapnya berubah dingin.
"Mama punya bisnis baru?" Tanya ku. Ia menggeleng. "Terus kok sibuk banget sama HP nya?"
"Biasa aja kok. Cuma lagi liat video lucu" Jawab Ellen lalu menaruh Hpnya. Mendadak perasaanku menjadi tidak nyaman. Aku merasa gusar.
Bibirku mengulas senyum terpaksa. Lihat video lucu katanya? Bukankah itu bisa dilihat nanti. Entah kenapa. Aku merasa ia berbohong. Selama menikah dengannya. Aku nyaris tidak pernah memeriksa ponselnya. Sebab aku percaya ia tidak mungkin berbuat yang macam-macam. Toh kesehariannya lebih banyak dirumah atau sesekali mengikuti acara seperti arisan.
"Yaudah nanti lagi liatnya. Quality time kita kan cuma pas sarapan aja Ma. Jadi jangan sibuk sebdiri. Apalagi hari ini agenda Papa banyak banget pasti bakal lembur lagi" Tutur ku. Ellen terdengar mengela nafas berat. Sebelum ia menyesap jus alpukat buatannya.
"Memangnya kapan Papa nggak sibuk?" Ia bertanya.
"Ma, kesibukan Papa kan..."
"Ya tau, Papa seorang CEO. Pasti sibuk banget" Katanya memotong ucapanku. Aku mencoba tersenyum lalu meraih tangannya.
"Maafin Papa ya Ma. Eum Ma, Anniversary kita mau nggak kalo rayain di Bali?" Tanya Ku.
"Nggak usah muluk-muluk deh. Paling juga nanti bakal sibuk sama kerjaan kaya tahun lalu" Katanya sarkastik.
"Papa janji nggak akan terulang lagi Ma"
"Huft.. Oke terserah"
Aku melirik jam tanganku. Jam sudah menunjukkan pukul 07:10. "Ell udah belum sarapannya? Kita berangkat sekarang ya"
"Udah kok Pa" Sahutnya. Aku lantas berdiri. Setelah Ell pamit dengan Ellen. Ia bergegas menuju mobil kami.
"Ma, Papa berangkat dulu ya" Ujar ku. Ellen mengangguk. Biasanya sebelum berangkat kami akan cium pipi atau bibir. Tapi saat Ellen seolah tau aku akan menciumnya, ia langsung menghindariku dan sibuk menata piring kotor.
"Yaudah Papa pamit Ma" Kata ku lagi dan langsung berjalan menuju mobilku. Mungkin aku terlalu sibuk dan itu sebab nya Ellen berubah dingin.
Aku sudah memikirkan rencana untuk acara hari jadi pernikahan kami. Diam-diam aku sudah memesan sebuah satu set berlian untuk aku berikan pada Ellen sebagai hadiah. Tinggal mengatur tiket ke Bali.
Saat ini aku sudah mengantar Ell dan audah tiba dikantor. Seperti biasa, Sandra sudah tiba dan duduk manis dibalik mejanya. Seketika aku jadi teringat kejadian kemarin.
Hal itu membuat suasana kami menjadi sedikit canggung. Ia bahkan seolah takut untuk menatapku. Jujur saja aku memang mengagumi sosok Sandra. Tapi sepenuhnya cintaku hanya untuk Ellen. Istriku.
Sandra menghampiriku dan membacakan agenda ku hari ini.
"Sandra, tolong pesenin saya thai tea ya. Yang hot"
"I..iya Pak"
"Oh ya, tiket ke Bali yang saya suruh kamu buat pesan, udah ada?" Tanya ku. Aku meminta Sandra memesan tiket ke Bali untukku dan Ellen. Ia pun sudah tau bahwa ini bukan untuk perjalanan bisnis.
"Udah Pak"
"Oke. Kamu bisa kerja sekarang" Ucapku. Sandra langsung pergi ke mejanya lagi. Sesaat kepalaku terasa pusing. Pikiran ku terus saja teringat oleh Ellen. Sikapnya lebih acuh dari sebelumnya.
***
Sore pun tiba, aku dan Sandra sedang berada di sebuah cafe ternama di ibu kota untuk mendatangi sebuah meeting bersama klien. Ini adalah agenda meeting terakhirku. Setelah ini aku masih harus kembali ke kantor untuk mengurus beberapa berkas.
Meeting selesai pada pukul 18:50. Aku masih berada di cafe ini untuk sekedar bersantai. Kepalaku rasanya mau meledak. Sejak tadi pagi, aku merasa gusar. Tapi, aku tidak tau apa sebabnya.
"Pak, semua file yang tadi udah saya input dan file yang bapak minta kirim lewat email udah selesai" Kata Sandra meleburkan lamunanku.
"Yaudah sekarang istirahat aja"
"Iya. Eum.. Maaf Pak. Bapak kenapa? Sakit?" Tanya Sandra.
"Ng.. Nggak kok San. Saya cuma lagi ngerasa nggak jelas aja"
"Nggak jelas gimana pak?"
"Nggak apa-apa. Yaudah kita langsung balik ke kantor aja"
"Iya Pak"
***
Aku menutup Laptopku dan menghentikan kerjaanku saat mataku mulai terasa lelah dan mengantuk. Sementara Ellen masih sibuk dengan ponselnya sambil berbaring. Aku membiarkannya, sebab aku paham ia pasti jenuh karna kesibukanku. Mungkin itu alasannya ia menyibukkan diri dengan ponselnya.
Tapi, saat aku menghampirinya, ia justru sudah terlelap dengan ponsel yang masih ia genggam. Perlahan aku mengambil ponselnya dan mematikan video yang sedang ia tonton di youtube. Lalu aku meletakkan ponselnya diatas nakas.
Setelah membersihkan tubuh dan bersiap tidur. Ponsel Ellen berbunyi. Aku mengambil pinselnya dan melihat nama Ethan yang tertera dilayar ponselnya. Dahiku mengernyit.
Siapa lelaki yang menelpon Ellen ditengah malam seperti ini. Dan lagi, Ethan? Siapa itu? Namanya cukup asing bagi ku.
"Hallo" Sapa ku saat sudah mengangkat telpon.
"Hallo?"
"Ya.. Ya Hallo"
"Siapa ini?"
"Saya Ethan"
"Ada keperluan apa telpon istri saya tengah malam?"
"Maaf. Saya teman kuliahnya saat di Australia"
Oh. Ya. Suaranya terdengar khas dengan logat orang asing.
"Lalu?"
"Maaf saya janji telpon Ellen tapi saya ketiduran. Saya pikir dia masih belum tidur"
"Ada yang bisa saya sampaikan untuk istri saya?"
"Oh sebenarnya tidak ada. Saya hanya ingin bertanya mengenai hadiah untuk pacar saya yang saya pesan dari Ellen. Apakah sudah ada atau belum"
"Oke, besok saya minta Ellen menghubungi anda lagi"
"Baik"
Telponnya mati. Ku lihat Ellen masih terlelap. Jadi ku taruh ponselnya di nakas lagi dan bergegas tidur.
Tak lama kudian ponselku yang berdering. Tertera nama Sandra disana. Aku melirik Ellen. Dan berjalan menuju balkon agar Ellen tidak terganggu.
Aku mengangkat telpon dari Sandra.
"Hallo Papa" Terdengar auara Sunney yang begitu nyaring.
"Hey sayang? Kenapa belum tidur?"
"Aku kangen Papa. Kenapa Papa nggak kesini lagi?" Aku terdiam. Sejak kejadian malam itu, aku lebih membatasi diri dengan Sandra sampai aku harus membatasi waktu juga untuk mengunjungi Sunney.
"Maaf ya nak. Papa nggak sempat. Besok Papa kesana"
"Pa? Siapa yang telpon?"
Aku terperanjat dan sontak menoleh. Ellen sudah berdiri dibelakangku. Dan langsung aku matikan telponnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/210813383-288-k310943.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Araya 2
RandomManusia tidak akan tau filosofi cinta. Sampai ia merasakan perpisahan yang membekas, pahitnya bersabar dan rindu yang menyesakkan. Maka berdamailah dengan dirimu sendiri, hingga dirimu benar-benar kuat saat nanti kamu akan terjatuh lagi. Karna rasa...