Sib Si

2.2K 88 70
                                    

Ellen POV

Perlahan aku terbangun. Dan tidak mendapati ponselku yang tadi ku gunakan untuk streaming youtube. Aku beringsut duduk diranjang saat aku juga tidak mendapati Araya dikamar. Tadi dia masih sibuk mengerjakan pekerjaannya.

Hhh- lelaki itu maaih selalu sibuk sekalipun berada dirumah. Membuat ku semakin merasa bosan. Ku lihat ponselku sudah ada diatas nakas. Aku terdiam sesaat. Pasti Araya yang sudah memindahkannya. Aku teringat Ethan. Semoga saja Araya tidak memeriksa ponselku. Bukan apa-apa. Dia pasti akan salah paham jika melihat kata-kata Ethan untukku.

Aku melihat pintu balkon yang terbuka jadi aku berjalan kesana. Dan semakin dekat aku semakin mendengar suara Araya yang sedang bicara dengan seseorang via telpon.

"Maaf ya nak. Papa nggak sempat. Besok Papa kesana" Kata Araya.

Aku terkejut mendengar Araya yang memanggil dirinya dengan sebutan 'papa'.

"Pa? Siapa yang telpon?" Ucapku. Araya menoleh cepat dan ia nampak terkejut. Ia lantas mematikan telponnya.

"Kok dimatiin?" Tanyaku.

"Eh. Ma.. Mama? Kok bangun?"

"Mama tanya siapa yang telpon? Coba sini Mama liat"

"Bu.. Bukan siapa-siapa kok Ma. Ini.. Ini anak Panti. Papa kan belum sempat kesana jadi dia telpon Papa"

Aku menaikkan satu alisku sambil menatapnya. Araya tertunduk. "Coba sini Mama liat"

"Tapi Ma"

"Coba sini"

Araya mendengus dan terlihat gusar. Ia menggapai tanganku dan membawa ku duduk diatas ranjang.

"Ma. Papa mau jujur" Kata Araya lalu menarik nafas panjang. Sesat perasaanku menjadi tidak enak. "Ya apa?" Sahutku tidak sabar.

"Jadi gini Ma. Sandra itu kan punya anak. Namanya Sunney. Papa sayang banget sama dia. Seperti anak Papa sendiri" Katanya.

"Maksudnya?"

"Iya, Sandra itu single parent. Dia cerita soal masa lalunya sama Papanya Sunney. Namnya Arman. Dia pergi ninggalin Sunney dan Sandra. Papa kan pernah ajak Sandra ke panti, nah dia bilang anak panti yang Papa sering kunjungi itu lebih beruntung dari pada anaknya. Akhirnya dia cerita dan Papa mutusin buat ketemu Sunney. Anak itu mulai ngerti sama lingkungannya. Dia liat temennya punya Papa sementara dia nggak. Jadi pas ketemu Papa. Langsung aja Papa suruh dia untuk anggap Papa sebagai ayah dia. Anak itu kasian banget Ma. Sandra juga berjuang sendiri. Ngontrak juga. Jadi Papa tugasin dia ngerawat rumah Papa yang dipecenongan. Buat sekalian dia tinggalin. Sebenernya Ppa mau kasih tau Mama. Kenalin ke anak itu. Tapi Papa belum nemu waktu yang pas. Terus pas kemarin Papa ke Semarang. Sandra ajak Sunney juga karna nggak ada yang ngurusin dirumahnya. Biasanya sih ada yang jagain namanya bu Sumi, dia itu yang punya kontrakan, tapi pas Ppa ke Semarang, dia nggak bisa jaga Sunney karna suaminya masuk rumagh sakit. Terus Papa ajak Tini juga sekalian. Maafin Papa Ma, karna baru jujur sekarang" Tutur Araya panjang lebar.

Aku masih terdiam beberapa saat. Hanya perasaan kesal yang aku rasakan.

"Papa lakuin itu untuk apa? Karna Papa ada hubungan sama Sandra? Dia itu sekretaris Papa kan? Atau jangan-jangan kalian liburan. Bukan untuk bisnis pergi ke sana"

"Ya ampun sumpah demi Tuhan Ma. Papa nggak ada hubungan apapun sama Sandra. Papa berani sumpah. Makanya Papa berani ngomong ke Mama begini" Jawabnya.

"Kalo nggak ada hubungan. Ngapain Papa sepeduli itu sama dia?"

"Ma. Mama kan tau, Papa nggak bisa buahin Mama. Papa nggak bisa bikin Mama hamil. Buat apa Papa macem-macem dibelakng Mama? Kalo buat sex doang Papa udah cukup dengan Mama. Papa peduli itu karna Sunney. Karna Papa nggak tega liatnya. Dia nggak tau apa-apa tapi ayahnya sejahat itu. Papa yang mau punya anak tapi nggak bisa sangat menyayangkan hal ini. Dia yang bisa membuahi tapi malah sia-siain anaknya. Mama tau? Sandra hamil diluar nikah bahkan sampai saat ini lelaki itu nggak nikahin Sandra Ma. Dia urus anaknya sendirian. Seandainya Mama diposisi Sandra. Gimana? Mama kan sama-sama perempuan"

Araya 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang