After Sunrise - 48. Drama (2)

36 2 0
                                    

Upacara selesai. Kembali ke jam pelajaran yang sangat membosankan tanpa Jovan dan Abraham di kelas.

"aneh ya ga ada Jovan sama Bram di kelas" kata Kevin memandangi dua bangku yang ada di depannya.

"minggu depan mereka udah balik?" tanya Tyra.

"iya udah. Tapi aneh aja rasanya"

"pasti aneh, kamu yang biasanya sama mereka terus. Harusnya kamu juga pergi ke Surabaya sama mereka"

"Yaaa aku kan udah bilang, untuk sekarang ini aku ga akan mungkin ninggalin kamu. Ditambah juga aku harus siap main di IBL belum lagi sekarang dipanggil timnas" sebenarnya Kevin greget pada Tyra. Tapi Dia masih bisa menahan rasa ingin marahnya itu pada Tyra.

"kata aku mereka juga pasti dipanggil timnas" tambah Tyra.

"memang iya mereka dipanggil timnas, tapi kalau aku harus ke Surabaya, sekarang ini berat buat aku. Selain ada kamu, ada IBL juga, Ya"  Kevin masih berusaha untuk menjelaskan.

Tyra paham kalau Kevin sudah mulai kesal. Jadi respon terakhir Tyra hanya mengangguk lalu fokus dengan buku catatannya.

"Yaaa" panggil Kevin tiba-tiba. Tyra menengkok.

"katanya, kado buat kamu bakal datang hari ini"

"clue-nya awan" tutur Kevin.

"kamu terus yang ngasih kado, akunya kapan?" kata Tyra.

"ih kan aku udah bilang kado buat aku apaa" jawab Kevin.

"sssssttt" Guru pelajaran bahasa Inggris memang tidak suka dengan kebisingan. Selain itu, terkadang Dia juga berteriak di depan kelas karena berisik. Padahal kelas lagi hening.

Jam pelajaran terus berlanjut sampai pulang sekolah. Tidak ada yang spesial hari ini dan mungkin satu minggu ke depan di sekolah. Tidak lain karena gerombolan atlet kesayangan guru BK sedang pergi.

Jam istirahat ke dua, Kevin di kantin bersama Juan dan kawan-kawan sementara Tyra di kelas ada tugas yang harus diselesaikan bersama dengan Ivanna, Bella, dan Jeane. Gerombolan adik-adik kelas perempuan memang tidak pernah tidak melihat ke arah Kevin, Juan, Jason, Jose, dan lainnya.

Ada satu perempuan yang berani menghampiri Kevin di tengah banyaknya laki-laki di meja kantin paling pojok. Tidak ada yang kenal siapa anak perempuan itu. Bukan teman Trisha juga.

"hai Ko Kevin" sapanya tiba-tiba.

Kevin mengangguk menjawab sapaan anak tersebut tanpa suara dan dengan singkat, padat, dan jelas. Kepada perempuan lain selain Mama, Kezia, saudara sepupu perempuan, Tyra, Ivanna, Bella, Jeane, Trisha, dan guru. Kevin selalu bersikap dingin. Kadang menganggap mereka tidak ada. Kecuali jika dia yang membutuhkan maka sikapnya akan berbeda.

"jutek amat" kata si perempuan itu. Kevin menggebrak meja bertepatan dengan bunyi bel masuk kelas, lalu meninggalkan kursi yang dia duduki menuju ke kantin untuk membeli makanan ringan dan juga minuman dingin untuk Tyra.

Perempuan itu berusaha untuk mengejar Kevin ke kantin. Masih berjuang. Ntah apa yang dia mau. Kevin juga tidak peduli.

"APA LAGI?" bentak Kevin setelah sadar ada yang membuntutinya.

"ngga Ko ga jadi"

"terus?" es, satu kata yang menggambarkan Kevin sekarang. Dingin. Sangat dingin.

"terus apa?" tanya adik kelas itu dengan polos

"mau dihukum Bu Sri?" tidak ada senyum di wajah Kevin. Kalau dilihat-lihat dengan wajah yang dia pasang sekarang ini, Kevin lebih cocok untuk menjadi seorang anggota tata tertib sekolah dibandingkan dengan atlet.

After Sunrise (16+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang