"Eh, novelku kok nggak ada, ya?"
"Novel?" Hannah menoleh dengan dahi berkerut begitu Nezuko mulai menggeledah lacinya. Sejurus kemudian, cewek itu teringat akan novel merah yang dibaca Nezuko minggu ini. Ia ingat dimana novel itu sekarang.
"Bukannya pas itu dibawa Kak Zeni?" tanya Hannah.
"Hah?" Nezuko menoleh, lalu mematung sejenah. Ia menggeram sebal, lalu langsung bangkit dan meninggalkan kelasnya. "Biasaan deh! Kalo main sukanya ngegacul barang orang!" omel cewek itu sepanjang jalan.
Hannah hanya terkekeh pelan.
Zenitsu Agatsuma memang seringh menjahili Nezuko. Yakin seratus persen, semua itu dilakukannya untuk mencari perhatian Nezuko.
Si Siluman Buaya itu memang tidak pernah ditolak oleh wanita, dan Nezuko jadi cewek pertama yang menolaknya. Karena itu, Zenitsu selalu merasa tertantang untuk menganggu Nezuko.
Grettt
"Lo udah ngerjain tugas fisika yang minggu lalu?"
Hannah menoleh. Ia mendapati Genya yang kini telah duduk di bangku Nezuko. Dengan sikap yang sedikit melunak begitu, Hannah paham Genya memang akan menyalin tugasnya.
Gadis itu pun segera mengeluarkan buku tugas fisikanya.
"Nih,"
"Makasih."
Genya langsung mengambil buku itu dan mulai menyalin tugas Hannah. Sedangkan gadis di sebelahnya itu lebih memilih menyantap bekalnya. Namun sesekali, Hannah melirik Genya diam-diam.
Kadang Hannah tidak paham akan pemuda itu.
Kerjaannya di kelas hanya marah-marah, tapi tetap ada saja yang mau berteman dengannya. Tapi Hannah paham, sepertinya Genya lebih suka sendirian.
"Apa lirik-lirik? Naksir?" ujar Genya tanpa menoleh.
"Enggak. Itu ada paku di gigi lo."
"Lo kira gue kunti?"
"Kalo kunti kan di palanya."
"Oh iya," Genya terkekeh sendiri karena kebodohannya.
Hannah tersentak kecil. Tunggu, ini bukan mimpi, kan? Genya? Tertawa? Astaga, pemuda itu saja jarang tersenyum.
"Lawak lo bad—" Genya tak melanjutkan ucapannya. Pandangannya tiba-tiba saja jatuh ke arah pintu yang berlawanan dengan tempat duduk Hannah. Jadi gadis itu pun mengikuti arah pandangan Genya.
Oh, tunggu.
Itu Inosuke.
Tatapannya tajam, tangannya mengepal.
Hannah pun segera bangkit dan menghampiri kekasihnya itu. Ia tidak paham, tapi dari tatapannya, sepertinya pemuda itu sedang marah pada Genya.
Tapi begitu Hannah tiba di dekatnya, pandangan itu langsung berganti mendelik tajam pada Hannah. Pemuda itu langsung menarik tangan Hannah. Membawanya erat dengan langkah cepat menuju ke atap sekolah.
Hannah meringis kesakitan. Tapi karena terbawa emosi itu, Inosuke jadi dingin. Pemuda itu tidak peduli dengan rasa tidak nyaman, atau pun tatapan siswa lain yang terus datang silih berganti selama mereka melewati koridor.
Setibanya di atap, Hannah pun langsung memekik.
"Lepas, Kak!"
Hannah langsung menarik tangannya dari Inosuke sekuat tenaga, dan untungnya saja berhasil. Inosuke pun terdiam cukup lama. Pemuda itu mengendalikan nafasnya, sedang menahan amarah yang rasanya begitu memuncak.
"Kamu ngapain deket-deket dia tadi?" tanya Inosuke.
"Dia?" Hannah mengerutkan dahinya. "Genya?"
"Ya terserahlah siapa itu. Genya kek, Kenya kek, Gempa kek."
Hannah mengendus sebal. "Dia minjem tugas fisika aku."
"Kenapa harus tugasmu?"
"Biasanya dia pinjem punya Nezuko. Tapi kan tadi Nezuko—"
Inosuke berdecak keras sembari memalingkan wajahnya dan membuat ucapan Hannah terhenti. Sepertinya pemuda itu masih marah.
"Jangan deket-deket dia."
Hannah menghela nafasnya. "Kenapa? Kak Inosuke cermburu?"
"Cemburu itu untuk orang yang tidak memiliki. Dalam hal ini, aku cuma ngejaga apa yang jadi milikku."
Hannah meneguk ludahnya, lalu menggigit bibir bawah. Lihatlah, tindak intimidasi Inosuke kini hanya membuat pemuda itu terlihat seperti alpha yang sedang menjaga teritorinya.
"Maaf," ujar Hannah lirih.
Inosuke diam, cukup lama.
Di saat ekspresi wajahnya mulai melunak, Inosuke pun menghela nafas panjang. Pemuda itu pun segera menarik Hannah dalam dekapannya.
"Aku yang minta maaf," ujar Inosuke. "Aku bikin kamu takut, ya?"
Hannah mengangguk dalam dekapan Inosuke.
"Maaf," ulang Inosuke lebih lembut sembari mengeus pucuk kepala Hannah. "Maaf kalo aku keliatan marah ke kamu. Tapi sebenernya nggak gitu, kok. Aku cuma bener-bener lagi ngejaga apa yang aku milikku. Itu doang."
Hannah tak menyahut.
Kali ini ia hanya merasa Inosuke sedang menumpahkan sebuah keluh kesah. Seolah pemuda itu pernah kehilangan seseorang di masa lalu. Yah, hati manusia tidak ada yang tahu. Meski ia manusia setengah babi.
"Iya," ujar Hannah singkat.
Gadis itu melingkarkan tangannya hingga ke belakang punggung Inosuke. Semoga saja itu cukup untuk menenangkan pemuda itu.
"Han,"
"Hm?"
"Besok libur loh."
"Terus?"
"Jalan, yuk?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Arogan | Inosuke Hashibira✔️
Fanfiction──ft. Hashibira, Inosuke ❝Mungkin dia udah ngawasin kamu selama ini, mungkin yang dia suka itu kamu. Dan kamu nggak pernah sadar.❞ Kehadiran Inosuke itu plot twist terbesar di hidup Hannah. Dari tiba-tiba nembak, sampai identitas sejati dari cowok...