DINGINNYA angin malam menerpa jendela kamar.
Hannah dan Inosuke kini tengah berbaring di tempat yang sama, namum memandang atap yang berbeda.
Hannah kini tengah berpikir bahwa 'sogokan' martabak manis dari Genya kemarin sudah bekerja. Sedangkan Inosuke kini sedang merenungi kesalahannya.
Dari awal, semua kesulitan yang dialami Hannah sekarang adalah hasil perbuatan Inosuke. Saat bayang Aoi kembali muncul di kepala Inosuke sebagai memori menyakitkan, itu juga salah Inosuke sendiri.
Inosuke ingat dengan jelas, bahkan saat Inosuke hendak mengakhiri semuanya, Aoi masih bertanya.
"Kamu yakin? Apa ada yang salah? Kalo aku salah, bilang. Biar aku perbaiki."
Kini jelas, sikap Aoi justru yang lebih dewasa. Ia masih punya keinginan kuat untuk mempertahankan hubungan mereka meski gadis itu tahu yang dilakukannya hanya menyakiti dirinya sendiri.
Dan dengan brengseknya, Inosuke hanya menjawab dengan ringan.
"Gak ada yang salah. Gue cuma bosen, gue muak. I'm so done with this."
Dan besoknya, Inosuke sudah mengajak Hannah berpacaran. Maka dari itu lah, Aoi paham bahwa berakhirnya hubungan mereka bukan sekedar soal 'bosan'.
Inosuke tahu, keputusannya ini menyakiti Aoi. Karena itu, Inosuke berniat untuk menetapkan permainan ini sebagai yang terakhir. Inosuke tidak ingin lagi bermain hati. Inosuke akan mempertahankan Hannah sampai akhir, bagaimana pun caranya. Namun ternyata, tidak semudah itu.
Inosuke brengsek.
Dan ia baru menyadarinya malam ini.
Sementara Inosuke yang sedang merenungi diri, Hannah justru sedang tersenyum tipis. Entah mengapa lengkungan bibir itu selalu berhasil terbit saat sedang berbalas pesan dengan Genya.
Genya Shinazugawa: Udh sampe?
Hannah Watanabe: Udahh
Hannah Watanabe: Makasih udh nemenin tadi
Genya Shinazugawa: Sans
Genya Shinazugawa: L ad mslh ap tdi?
Genya Shinazugawa: Abs Inosuke msk
Hannah Watanabe: Bertengkar lagi wkwk
Genya Shinazugawa: Kl it tw gw
Genya Shinazugawa: Org tdi l nngis
Hannah Watanabe: H3h3h ya maap
Genya Shinazugawa: Mslh ap lgi? Mw crita g?
Hannah Watanabe: Ketemu aja lah
Hannah Watanabe: Gw ga bisa cerita disini
Genya Shinazugawa: Ok
Genya Shinazugawa: Tmn air mancur dkt yg jual batako mau?
Hannah Watanabe: Gasss
Hannah langsung bangkit dari ranjangnya. Dan di saat yang sama pula, Inosuke juga bangkit. Keduanya mengambil jaket kulit hitam yang sama, dan hendak turun. Namun mereka terhenti sejenak di pintu.
Keduanya mengecek info kontak masing-masing.
Sama-sama online, namun tidak ada yang berniat meruntuhkan ego duluan.
Dan begitu lah mereka pergi mencari pelarian.
***
"Aoi!"
Gadis bersurai hitam yang baru saja keluar dari apotek itu nyaris terlonjak begitu mendengar pekikkan namanya dari kejauhan.
Ia menoleh ke arah suara, lalu mendelik.
"Inosuke?" dahinya berkerut.
Begitu pemuda berjaket hitam itu mendekat, Aoi langsung memalingkan wajahnya. Aoi berjalan cepat untuk pergi. Namun semakin cepat Aoi melangkah, semakin cepat juga pemuda itu mengejar Aoi.
"Heh," pemuda itu menahan tangan Aoi. "Mau pulang kan, lo?"
Aoi bercedak pelan. Ia menepis tangannya, lalu menoleh. "Nggak, mau beli gayung. Ngapain lo disini!? Gue bilang nggak usah—"
"Gue ikut."
Aoi mendelik seketika. "Ngapa—"
"Gue nggak terima penolakan." potong Inosuke cepat.
Inosuke langsung merangkul bahu Aoi. Dan dengan begitu, mereka meninggalkan apotek yang tidak jauh dari rumah Aoi dengan langkah kaki. Hembusan angin malam menerpa sepanjang jalan, namun keduanya menikmatinya.
Sebenarnya mudah. Inosuke hapal Bunda sedang sakit, dan di jam ini, Aoi tidak mungkin mencari obat di tempat yang jauh.
Dengan perasaan yang campur aduk, Inosuke bersikap seolah tidak terjadi apa pun.
Di saat yang sama, Hannah sedang menanti orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arogan | Inosuke Hashibira✔️
Fanfiction──ft. Hashibira, Inosuke ❝Mungkin dia udah ngawasin kamu selama ini, mungkin yang dia suka itu kamu. Dan kamu nggak pernah sadar.❞ Kehadiran Inosuke itu plot twist terbesar di hidup Hannah. Dari tiba-tiba nembak, sampai identitas sejati dari cowok...