SHINOBU dan Hannah.
Dua orang asing yang tidak pernah akrab sebelumnya.
Fakta itu membuat Hannah mengumpati Inosuke dalam hati. Sebab nyatanya, Hannah merasakan atmosfer ini lebih berat ketimbang ujian menjadi menantu keluarga Hashibira.
"Inosuke orangnya gak bisa diem ya, Han."
Hannah menelan ludahnya, lalu mengangguk.
Shinobu yang masih menyaksikan kekakuan dalam rupa Hannah hanya tersenyum kecil. Gadis itu pun mengajak Hannah untuk duduk di sudut ruangan.
"Gak usah tegang, Han. Lo bukan satu-satunya orang asing yang pernah ke sini, kok. Anak-anak lain kadang juga bawa pacarnya. Malah kadang, ada yang bawa adek sampe emaknya. Ya mungkin emang ada urusan setelah latihan. Biasanya mereka nunggu disini, sedangkan yang lain latihan di dalem."
Hannah mengangguk paham mendengar penuturan Shinobu.
Untunglah. Gadis itu jadi sedikit lebih lega. Tadinya ia kira hanya otak pacarnya yang ditakdirkan untuk ada tapi tidak bisa di fungsikan dengan benar.
Hannah pun menatap Inosuke yang sedang bersiap untuk pemanasan bersama dengan Douma. Tapi tiba-tiba saja, Inosuke langsung membuka kausnya dan bertelanjang dada. Hannah yang melihatnya pun langsung tertunduk malu.
Suara tawa Shinobu pun terdengar.
Gadis itu menertawai sikap malu Hannah. Sedangkan Shinobu sendiri sudah terbiasa dengan pemandangan itu.
Maksudnya yah, beberapa anak laki-laki di padepokan anggar ini memang sering bertelanjang dada begitu. Dan Shinobu tidak munafik. Inosuke memang rupawan, Douma memang seksi. Keduanya punya tubuh yang sama-sama atletis.
Sayangnya, otak mereka sering konslet.
Ya, itu saja.
Sisanya, Shinobu bersikap sebagaimana para laki-laki sering menggoda perempuan yang dianggap mereka rupawan.
"Kak Shinobu, ih! Malah ketawa," Hannah mengendus sebal.
Shinobu pun kembali terkekeh. "Ya maap, Han. Anak-anak sini emang kayak gitu."
Hannah langsung duduk membelakangi Inosuke. Serius, tertawaan Shinobu hanya membuat Hannah semakin malu.
"Inosuke tuh keren ya," ujar Shinobu ringan.
Hannah menggigit bibir bawahnya. Sialan, ia benci mengakui ini, tapi kalau mau dielak pun, Inosuke tetap keren. Hannah pun mengangguk pelan dalam tunduknya.
Shinobu pun tersenyum kecil, lalu mengangguk. Ia terdiam sejenak sembari menatap Hannah sebelum mengajukan sebuah pertanyaan.
"Dalam hubungan kalian, siapa yang beruntung?"
Hannah tak langsung menjawab. Ia justru mendongak dan menatap Inosuke sejenak, lalu menghela nafas. Hannah pun kembali menatap Shinobu.
"Nggak ada yang lebih beruntung. Kita sama-sama bersyukur memiliki satu sama lain. Di luar kekurangan masing-masing."
Shinobu mengangguk puas mendengar jawaban Hannah.
"Bagus. Kalian berdua emang bukan bocah yang baru pertama kali pacaran. Dari cerita yang udah lalu, kalian harus belajar. Satu hal yang harus lo inget, Inosuke emang banyak yang naksir. Tapi dia orang yang selektif banget sama orang yang dampingi dia."
"Maksudnya, Kak?" dahi Hannah berkerut, tidak paham.
"Inosuke udah capek, Han. Dia males ngurusin soal cewek. Apalagi ketika dia inget setiap perpisahannya harus menjadikan kesibukannya di anggar sebagai alasan. Sedangkan anggar sendiri adalah jalan hidupnya."
Hannah terdiam.
Ia paham maksud Shinobu.
Dan sungguh, Shinobu adalah sebaik-baiknya senior yang peduli. Inosuke pasti beruntung sekali berada di kelompok dengan cita-cita yang sama. Apalagi mereka sudah seperti keluarga.
Tak lama kemudian, segerombolan laki-laki pun masuk dengan minuman botol dan plastik di tangan masing-masing.
Shinobu langsung bangkit dan menyambut mereka hangat. Hannah hanya bisa menatap mereka dari jauh. Ia menyingkirkan rasa terasingkan yang tiba-tiba saja menghampiri hatinya.
Begitu seorang pria datang, para anak anggar mulai masuk ke sebuah ruangan. Yang artinya, latihan mereka dimulai. Sebelummasuk pun, Inosuke berganti pakaian latihan lalu mendekati Hannah.
"Kamu tunggu di sini dulu ya, nanti aku anterin."
Hannah mengangguk singkat. Inosuke pun tersenyum kecil dan mengusap pucuk kepala Hannah. Sejurus kemudian, pemuda itu pun langsung masuk. Dan dengan itu, Hannah menunggu.
Detik tak mau berhenti, menit terus bergulir. Kerusuhan di grup chat tugas yang mulai meronta-ronta mencari Hannah terpaksa gadis itu abaikan. Hingga satu panggilan dengan nama kontak Genya Shinzugawa masuk, Hannah hanya bisa menghela nafas.
Iya, Genya yang galak itu.
Hannah harus siap diomeli sekarang.
"Halo?"
"Lo dimana?"
"Lagi.. nemenin Inosuke latihan."
"Tau kan hari ini ada kerkel?"
Tuh, kan.
Hannah menggigit bibir bawahnya. Kalau Genya tidak mengomel, ya berarti dia akan mengatakan kata-kata yang menusuk. Hannah harus kuat mental.
"Maaf,"
"Posisi lo dimana? Gue jemput sekarang."
"Gue share loc aja, ya?"
"Hm, cepet."
Pip.
Panggilan telpon pun terputus oleh Genya. Hannah menghela nafasnya panjang, lalu mengirim lokasi terkininya pada Genya. Tak lama kemudian, pemuda itu pun sudah tiba di depan.
Dan dengan rasa bersalah, Hannah pergi.
A/n:
Genya jangan nakal ya:))))
KAMU SEDANG MEMBACA
Arogan | Inosuke Hashibira✔️
Fanfiction──ft. Hashibira, Inosuke ❝Mungkin dia udah ngawasin kamu selama ini, mungkin yang dia suka itu kamu. Dan kamu nggak pernah sadar.❞ Kehadiran Inosuke itu plot twist terbesar di hidup Hannah. Dari tiba-tiba nembak, sampai identitas sejati dari cowok...