Chapter 22: Pertengkaran kesekian kali

342 65 2
                                    


"No,"

Pemuda yang tadinya sedang tertidur diantara dua tekukkan tangan itu mendongak ke arah suara. Ia mendapati Tanjirou yang menatapnya datar. Ah, tidak. Inosuke bisa merasakan keseriusan dalam tatapan Tanjirou itu.

"Kenapa?" sahut Inosuke.

Berhubung Zenitsu tidak ada di kelas, Tanjirou pun segera duduk di sebelah Inosuke. Pemuda itu menarik nafas panjang. "Stop ya, No. Cara lo diemin Hannah mulai keterlaluan tau, nggak."

Inosuke mengerutkan dahinya. "Apaan?"

"Hannah—"

"Hannah sakit. Iya, gue tau. Dia emang gampang sakit. Tapi gampang sembuhnya juga. 5 jam lagi paling juga udah baik—"

"Nggak, bukan itu." potong Tanjirou mulai gemas. "Lo sadar nggak sih, Hannah itu dideketin sama anak kelasnya?"

Saat itu juga Inosuke terdiam. Ia berpikir sekeras mungkin mengingat teman-teman kelas Hannah. Setahunya, sejak Hannah pacaran dengannya, sudah tidak ada yang berani mendekati Hannah. Lalu siapa?

"Siapa?" tanya Inosuke.

"Yang rambutnya jabrik itu, loh. Siapa sih, namanya."


"Genya?"


Dua cowok yang sedang asik bergibah itu menoleh ke arah belakang Inosuke, tepat dimana Zenitsu tiba-tiba saja muncul. 

"Yang tadi pagi bareng Hannah," tambah Tanjirou.

Inosuke mendelik seketika. 

Seorang Zenitsu Agatsuma mungkin tidak berhasil mengompori Inosuke, tapi calon dokter seperti Tanjirou berhasil. Tangan pemuda itu langsung mengepal erat. Ia segera bangkit dan melangkah menuju ke UKS. Tatapannya tajam, sudah siap untuk menerkam orang.




***

Perlu Hannah akui, sejak sakit hari ini, Hannah benci suara gorden.

Sudah berkali-kali ia dikejutkan dengan suara itu. Tapi kali ini berbeda. Gorden yang terbuka benar-benar membuat Hannah terdiam seketika. Begitu juga dengan Genya yang masih ada di depannya. 

"Keluar lo." tegas suara itu.

Genya mengangguk pendek, kemudian bangkit dan keluar dari UKS. Inosuke masih menatap tajam pada cowok berambut jabrik itu. Tapi begitu merasa Genya sudah benar-benar pergi, Inosuke langsung duduk di tempat Genya tadi.

Hannah tahu jelas, Inosuke tidak suka Genya.

Dan dengan keadaan begini, jelas Inosuke salah paham. Hannah hanya bisa menghela nafasnya. "Kenapa?"


"Lo ada apa sama dia?"


Dahi Hannah langsung berkerut begitu ditembak dengan pertanyaan seperti itu. Maksudnya, sungguh. Pertanyaan itu sangat tajam dan keterlaluan di saat seperti ini.

"Ada apa, kamu tanya?" ulang Hannah. "Aku sakit. Dia bawain makanan. Bahkan di saat kamu milih buat nggak dateng. Puas?"

"Terus gue di sini apaan?"

"Ya kan sekarang. Tadi? Tadi pas aku panas? Kak Tanjirou yang dateng. Genya yang bawain makanan. Kamu? Kamu ngapain?"

Inosuke tersenyum menyeringai. Amarah semakin membakar hatinya. Berada di sini sama saja membuat emosi dan jalan pikirannya semakin kacau.

"Lo suka dia?" tanya Inosuke akhirnya.

Hannah terdiam sejenak. "Kalo aku suka dia, aku nggak bakal pacaran sama kamu. Dia itu cuma temen kelasku."

"Temen kelas tapi ada aja yang bikin kalian bareng, ya?"

Saat itu juga Hannah terdiam.

Gadis itu kira, tadinya ia bisa meladeni perdebatan dengan Inosuke kali ini. Namun kerasnya sifat Inosuke dan pusing hebat yang kembali menghantan kepalanya membuat Hannah menyerah.

Hannah benci ketika ia seribu kali berusaha untuk jujur, tapi masih tidak dipercaya. Apalagi lawan bicaranya adalah orang terdekat yang ia sayangi.


"Keluar."


Inosuke terdiam sejenak, menatap dua iris lelah Hannah. Pemuda itu sedikit tidak percaya. "Kenapa? Gue ganggu lo sama—"

"Gue bilang keluar." tegas Hannah sekali lagi. "Gue nggak mau liat lo."

Inosuke menggigit bibir bawahnya. Terdengar decakan kecil sebagai pelampiasan Inosuke yang sedari tadi menahan diri untuk meninju sesuatu. Pemuda itu pun segera bangkit dan berderap keluar dari UKS.

Dan dengan itu, air mata Hannah jatuh.

Pertengkaran bukan hal asing di hubungan mereka, namun kali ini, di titik ini, Hannah benar-benar merasa lelah. Usaha untuk berdamai dunia sama saja menyakiti dirinya sendiri. Dan dunianya adalah Inosuke.

Hannah terisak dengan posisi terduduk di atas kasur UKS. Gadis itu menghapus air matanya, namun semakin ia usap, semakin banyak tetes yang berjatuhan.

Di tengah isakan itu, satu tangan pun menghampiri pucuk kepala Hannah dengan lembut.

Hannah tahu jelas siapa itu, bahkan tanpa perlu menoleh.




"Genya... gue capek." lirih gadis itu.




"Nggak apa-apa. Ada gue disini."





"Inosuke arogan, nggak pernah mau ngalah, nggak pernah mau dibantah. Gue capek."




"Nggak apa-apa. Gue ada disini buat nangkap lo setiap kali lo jatuh."



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


A/n:

Double up krn gw ga yakin bisa up besok:)) muehehehehe

Arogan | Inosuke Hashibira✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang