Chapter 26: Pihak yang ingin bicara

329 59 5
                                    


"Itu kan Inosuke, Han?"

Hannah ikut menoleh ke arah pandangan Genya. Dan saat itu juga, Hannah mematung di tempatnya.

Itu Inosuke.

Bersama orang lain.

Hannah tidak tahu siapa gadis itu, meski ia pernah melihatnya melintas di sekolah beberapa kali. Tapi bukan itu yang mencengangkan. Masalahnya, di tengah malam dingin begini, Inosuke melangkah di sebelah gadis itu sembari merangkulnya.

Yakin seratus persen, Inosuke tadi sudah mendapati tatapan Genya. Dan begitu Hannah ikut menoleh, Inosuke pun melepas rangkulannya. Tapi Hannah sudah menyaksikannya lebih dulu. Jadi tidak ada yang bisa dielak lagi.

Masalahnya, Hannah sedang ada di posisi yang sama.

Berhadapan dengan pemuda lain, di tengah malam yang dingin. Bahkan sempat berpelukan sejenak. 

Kalau tidak, mungkin Hannah sudah mendatangi Inosuke sedari tadi dan langsung meminta penjelasan.

Gadis di sebelah Inosuke berbicara sedikit, dan dengan itu pun Inosuke mengalihkan pandangannya dari iris Hannah. Pemuda itu mendekekatkan telinganya pada gadis itu, lalu terkekeh pelan. Entah apa yang mereka bicarakan.

Dan Hannah masih mematung melihat itu.

"Lo kenal nggak, siapa cewek itu?" tanya Hannah akhirnya pada Genya.

"Kak Aoi anak PMR yang jadi temennya Kak Kanao itu, kan." 


Hannah terdiam.

Ia sedikit tercengang dengan jawaban Genya. Jadi, gadis itu yang bernama Aoi. Gadis itu pula yang sempat berada di layar percakapan Inosuke dan Tanjirou. Sekarang Hannah paham, dan lebih dari mengerti.

"Kenapa? Mau lo labrak?"

Hannah menggeleng. "No just asking. Lagian kalo emang dia bikin Inosuke lebih bahagia ketimbang saat sama gue, why not?

Hannah memainkan lidahnya, menahan api cemburu yang membara. Mungkin ini yang dirasakan Inosuke saat Hannah dekat dengan Genya. 

"Hal yang nyakitin gue, tapi bahagiain dia, ya udah. Biar aja terjadi. Gue nggak apa-apa, gue iklhas."

"Itu pengertian lo soal cinta?" tanya Genya.

Hannah mendongak, menatap Genya, lalu mengangguk.

"Then I'll do the same. For you."




***

Sepulang dari taman air mancur, Hannah memikirkan benar-benar ucapan Ayah tempo lalu. Pria itu tidak ada salahnya. Toh, setiap keputusan yang ia buat adalah perwujudan dari rasa sayangnya pada putri semata wayangnya itu.

Begitu pula dengan pagi ini.

Hannah akan berangkat dengan Ayah. Gadis itu sudah menunggu di depan gerbang, sedangkan Ayah sedang menyalakan mesin.

Tadinya, Genya mengirim pesan. Katanya pemuda itu mau mengantar Hannah, lagi. Tapi tidak dengan Hannah. Gadis itu menolaknya halus. Sebab mau bagaimana pun, Hannah ingin persahabatan yang suci dengan Genya tanpa melibatkan perasaan.

Gadis itu ingin memberikan waktu bagi Genya untuk melupakannya, dan menghapus rasa yang dihadiahkannya untuk Hannah. Sebab mau bagaimana pun, Hannah sayang Genya. Namun tak pernah lebih dari teman.

Tin tin!

Di luar dugaan, lamunan Hannah justru diakhiri dengan suara dari motor yang kini berada tak jauh di depan Hannah. Gadis itu tercengang, mulutnya terbuka sedikit, tidak percaya.


"Inosuke?"


Ya, Inosuke sekarang ada di depannya.

Pemuda itu menghela nafas pendek, lalu mendekatkan motornya. "Gue kan chat lo, mau nganter lo hari ini. Kenapa nggak dibaca?"

Karena udah nggak penting.

Tidak, Inosuke tidak menambahkan kata-kata itu meski sebenarnya ia ingin. Pagi ini ia mengantar Hannah dengan niatan lain. Yang jelas tidak untuk bertengkar.

"O-oh, jam berapa? Gue nggak buka HP dari semalem." jawab Hannah tergagap.

Inosuke kembali menghela nafas pendek. Pemuda itu turun dari motor, dan masuk ke gerbang dimana Ayah sudah bersiap untuk melajukan kendaraannya. Inosuke mendekati kaca mobil yang terbuka itu, lalu berucap pelan.

"Om, Hannah-nya saya aja yang nganter, gimana?"

Ayah tak langsung menjawab. Pria itu menatap dalam pada dua iris Inosuke cukup lama, mencari sesuatu yang berbeda. Namun hanya keseriusan yang Ayah dapati. Jadi pria itu pun menghela  nafasnya.

"Sure. Jangan sakiti perasaannya, bisa?"

Inosuke mengangguk. "Bisa, Om." 

Pemuda itu pun langsung beranjak dan naik kembali ke motornya. Ia segera menyerukan pada Hannah untuk naik ke jok belakang. Dan Hannah tidak mengelak. Gadis itu menurut dan naik ke jok belakang.

Namun Hannah tidak tahu, perjalanan pagi ini tidak mengarah ke sekolah.



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Arogan | Inosuke Hashibira✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang