PAGI hari sebelum berangkat sekolah, Hannah sudah menunggu di depan teras rumahnya. Inosuke bilang, pagi ini dia akan mengantarnya. Jadi ya Hannah menurut saja.
Tidak sampai 10 menit menunggu, suara klakson motor pun sudah membuyarkan lamunan Hannah. Tentu itu suara dari Inosuke. Gadis itu pun segera bangkit dari bangkunya dan berjalan mendekati pemuda itu dengan satu helm di tangan.
"Pagi," sapa Inosuke.
Hannah menoleh dengan kerutan dahi. "Kerasukan apa lu?"
"Kuda lumping, Han."
"Oh. Udah bosen nih, ceritanya jadi babi?"
"Iya, pengennya jadi masa depan kamu."
"Cot."
Hannah segera naik ke jok belakang Inosuke usai mengaitkan kunci helmnya. Sedangkan Inosuke hanya terkekeh pelan.
Sejurus kemudian, Inosuke segera memacu motornya melintasi jalanan pagi.
"Han," panggil Inosuke pendek.
"Hm?"
"Cita-cita kamu, jadi apa?"
"Ga tau dah. Kuli bangunan, kali. Kalo kamu?"
"Menikah," Inosuk tersenyum tipis. "Sama bapakmu."
"Yee, puser beruang." Hannah mendorong pelan kepala Inosuke.
Inosuke tertawa puas usai mengerjai Hannah. Sedangkan Hannah hanya bisa terkekeh pelan. Berahap otak Inosuke sedikit waras? Haha, mimpi. Hannah tahu hal itu tidak akan pernah terjadi.
Tapi walau pun begitu, Hannah tetap bersyukur punya Inosuke.
Ketololan pemuda itu yang tak terbatas selalu berhasil membuat gigi Hannah kering. Hannah tahu pada dasarnya Inosuke itu tipikal orang humoris, jadi ia tidak pernah menuntut Inosuke jadi romantis, percuma.
Hannah merasa begitu beruntung punya Inosuke, terlebih lagi Inosuke itu termasuk golongan kakak kelas famous di sekolahnya.
Yakin 2000 persen, pasti ada sedikit penyesalan bagi para mantan Inosuke yang sudah meninggalkan pemuda itu.
"No,"
"Pake 'Kak', kek anjir. Nggak sopan banget lo."
"Bodo, jir." Hannah mengendus sebal. Mereka ini memang berjarak umur 1 tahun, tapi dulu saat kecil pun Hannah tak pernah memanggil Inosuke dengan embel-embel 'Kak'. Jadi gadis itu juga merasa tidak perlu karena tidak sepenting itu.
"No," panggil Hannah lagi. "Sebelum sama aku, mantanmu siapa?"
Inosuke terdiam seketika.
Pemuda itu tidak tahu harus menjawab seperti apa. Tapi beruntungnya, tak lama kemudian mereka sudah sampai di sekolah. Inosuke pun segera mengarah ke parkiran siswa.
"No, kamu belum jawab—"
"He, aku punya ide." potong Inosuke. "Besok kan libur, Han."
"Kenapa emang?"
Inosuke tak langsung menyahut, karena detik itu juga mereka sudah tiba di parkiran sekolah. Hannah pun segera turun, sedangkan Inosuke langsung menurunkan standarnya.
"Kenapa, No?" tanya Hannah ulang.
"Jogging mau nggak?" tawar pemuda itu.
"Loh, kamu nggak latihan?"
"Aku latihannya besok agak sore."
Hannah mengangguk paham. Gadis itu pun berpikir sejenak, ia mengingat bahwa minggu ini ia tidak punya tanggungan lebih untuk mengerjakan tugas. Yah, semoga saja hari ini gurunya tidak memberinya tugas berlebih.
"Iya deh. Besok ya," ujar Hannah.
Inosuke mengangguk. "Aku jemput besok."
Hannah menyengir lebar sembari mengangat ibu jempolnya. Inosuke hanya tersenyum tipis. Sejurus kemudian, keduanya pun segera menuju ke kelas Hannah.
Inosuke dan Hannah melakukan rutinitas pagi mereka seperti biasa. Inosuke mengantar Hannah hingga ke depan kelasnya. Usai Inosuke mulai beranjak untuk meninggalkan koridor kelas 10 pun, Hannah masih setia menatap punggung Inosuke dari kejauhan.
Sejurus kemudian, Hannah pun sadar.
Inosuke berlum menjawab pertanyaannya.
Tapi satu yang tidak Hannah ketahui, Inosuke hanya tidak ingin Hannah tahu soal mas lalunya sebelum bersama dengan Hannah.
A/n:
Peringkat 800an dalam kakel bisa jadi 200an, gila sih. Pesat banget peningkatannya. Kalian terdebes pokoknya
KAMU SEDANG MEMBACA
Arogan | Inosuke Hashibira✔️
Fanfiction──ft. Hashibira, Inosuke ❝Mungkin dia udah ngawasin kamu selama ini, mungkin yang dia suka itu kamu. Dan kamu nggak pernah sadar.❞ Kehadiran Inosuke itu plot twist terbesar di hidup Hannah. Dari tiba-tiba nembak, sampai identitas sejati dari cowok...