Chapter 20: Kebetulan yang dinanti

293 63 6
                                    


"Han, cuci muka dulu."

Genya menahan tangan Hannah begitu gadis itu sudah bersiap untuk menuju ke kelas. Hannah tak memberontak, ia pun melangkahkan kakinya ke wastafel terdekat lalu membasuh mukanya. Sedangkan Genya sendiri masih di sebelahnya, menemani gadis itu.

"Udah, ayo." 

Genya mengangguk pelan. Keduanya pun mulai melangkah menuju ke kelas mereka. Rintik gerimis pagi ini membuat Genya diam-diam meletakkan tangannya agak jauh di atas kepala Hannah. Tidak terlalu membantu sih, Genya hanya ingin kepala Hannah tidak kebasahan. Karena mama bilang, air hujan yang jatuh di kepala itu bikin pusing.

Begitu mereka dekat dengan pintu, keduanya sudah mendapati keadaan kelas yang sangat ramai. Ada sesuatu yang tertulis di papan tulis, keduanya tidak tahu itu apa. Mereka segera masuk ke kelas dan mendapati banyak yang mulai memindahkan tas mereka.

Hannah dan Genya mengerutkan dahi, heran. Namun belum sempat bertanya, satu tembakan pertanyaan langsung datang dari Nezuko. 


"Berangkat bareng, Han?"


Hannah menoleh, lalu mengangguk. 

Tak lama kemudian Nezuko pun terkekeh pelan. "Bisa pas, ya."

"Apanya yang pas?" kini Genya yang menyahut.

"Kalian duduk berdua, loh."

"Hah?"

Nezuko mengangguk ringan. Gadis itu pun menunjuk papan tulis yang kini sudah penuh dengan tulisan. Rupanya, hari ini kelas mereka dapat jatah rolling tempat duduk. Memang acak, namun kebetulan, Hannah dan Genya duduk bersebelahan.

Hannah pun menoleh dan tersenyum pada Genya. 

"Bisa kebetulan gini, yak." ucap gadis itu ringan.

Tidak, ini bukan kebetulan.

Maksudnya, memang ini kebetulan. Tapi sebuah kebetulan yang dinanti Genya sejak lama.

Genya hanya menarik segaris senyum tipis, lalu mengangguk.




***

"BABI, BABI, BABI! HOT NEWS, LURRR!!!"

Dengan seribu kehebohannya, Zenitsu langsung berlari masuk ke kelas. Hal itu mengundang atensi siswa lain, namun fokus Zenitsu saat ini hanyalah Hashibira Inosuke seorang. Ia duduk dengan nafas terngah-engah di bangkunya, tepat di sebelah Inosuke.

"Napas dulu," ucap Inosuke.

Zenitsu mengangguk pelan. Pemuda itu pun mulai menetralkan nafasnya. "Cewek lo," Zenitsu menarik nafas panjang. "Cewek lo, No."

"Kenapa cewek gue? Kenapa?" sahut Inosuke.

"Gue denger rumpian di kantin Mbak Juminten tadi, katanya Hannah berangkat bareng sama si adek kelas yang namanya siapa tadi, Genya kalo nggak salah."

Diluar dugaan, bukannya tersulut, Inosuke justru tetap menatap Zenitsu datar. Ia pun kembali menenggelamkan kepalanya dalam dua lipatan tangan. "Oh," jawabnya singkat.

"Kompor gue nggak mempan, No?" tanya Zenitsu.

"Gue udah tau." sahutnya pendek.

"Tau gimana? Lo ikut ngerumpi juga, emang?" 

Inosuke menghela nafasnya pendek. Ia pun kembali terduduk tegap dan menatap Zenitsu. "Gue tadi pagi sebenernya mau jemput Hannah. Tapi liat dia udah diboceng cowok lain, ya udah."

"Apanya yang ya udah? Gak putus?"

Ups.

Zenitsu langsung menutup mulutnya.

Sumpah, ia belum bisa melepaskan kebiasaan kompornya itu.

Inosuke tadinya yang hendak mendelik justru mengurungkan niatnya. Kalimat terakhir Zenitsu justru membuat Inosuke teringat akan seseorang. Bukan Hannah, melainkan seseorang yang kini tengah membangun tembok besar darinya. Seseorang yang sangat baik hati, namun dibuangnya begitu saja layaknya sampah.

"Nanti, gue pikir dulu." jawab Inosuke akhirnya.

Pemuda bersurai hitam kebiruan itu akhirnya menenggelamkan kembali kepalanya di atas meja. Inosuke bukan tipikal orang lemah yang akan pusing soal perasaan. Namun ia tidak bisa berbohong kalau perasaannya sendiri mulai kacau.



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Arogan | Inosuke Hashibira✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang