Chapter 27: Pihak yang butuh waktu

341 64 5
                                    


AWALNYA, Hannah ingin protes.

Sudah 10 menit mereka ada di atas motor, bel masuk 15 menit lagi berbunyi. Hannah kira tadinya Inosuke akan membawanya menuju jalan pintas ke sekolah. Namun begitu memperhatikan jalan, Hannah mulai ingat akan sesuatu.

Usai beberapa saat, Inosuke pun memarkirkan motornya di sebuah pinggir lapangan. Hannah pun turun, begitu juga dengan Inosuke. Pemuda itu menggenggam tangan Hannah dan membawanya ke tengah lapangan itu.

"Ini...."

"Bangunan TK dulu, yang kebakaran." jawab Inosuke cepat. "Sekarang udah diratain."

Hannah hanya terdiam dengan mulut yang menganga kecil. Ia tercengang dengan kalimat terakhir Inosuke. Gadis itu pun mulai sadar, di sudut lapangan juga ada pohon jambu besar yang rupanya masih ada. Hannah ingat betul, dulu Inosuke suka melempar tas Hannah ke rantingnya.

Gadis itu tersenyum kecil.

Rupanya waktu berlalu begitu cepat.

"Han,"

Hannah menoleh, menatap Inosuke dengan tatapan dalamnya. Tangan pemuda itu kini telah menggenggam tangan kanan Hannah.

"Aku kangen." ucap Inosuke. "Sama 'kita'."

Hannah tersenyum miris. Hatinya menghangat, begitu juga dengan matanya. Bertemu Inosuke setelah sekian tahun adalah plot twist terbesar di hidup Hannah. Belum lagi soal fakta bahwa kakak kelas yang dikagumi Hannah itu ternyata adalah teman kecilnya sendiri.

Dan Hannah juga tidak menyangka semuanya akan jadi serumit ini.

"Han—"

"Manis ya, kata-katanya. Tapi sayang, nggak lurus sama realitas kita sekarang."

Inosuke terdiam. 

Pemuda itu menggigit bibir bawahnya.

Ia tidak mengelak lagi, sebab faktanya memang begitu. Di titik ini lah, Inosuke kehilangan keberaniannya untuk menatap dua iris Hannah yang seolah terus meminta penjelasan. Pemuda itu sudah menduga sikap sinis Hannah begini. Dan Inosuke merasa hal ini wajar.

"Maaf." ucap Inosuke lagi. "Aku ngehancurin ekspektasi kamu, ya?" 

"Sangat." 

Inosuke kembali menggigit bibir bawahnya. Ia tidak tahu. Kini rasanya bicara dengan Hannah seperti bicara dengan orang asing.


"Kamu sama Kak Aoi, ada apa?"


Kali ini Inosuke menghela nafasnya pendek. Inosuke tidak mengira Hannah akan bertanya soal gadis itu secepat ini. 

"Gimana kalo pertanyaannya kita puter?" tantang Inosuke. "Aku tanya untuk sekian kalinya. Ada apa sebenernya kamu sama Genya?"

Kini Hannah yang menghela nafasnya. Gadis itu mengalihkan pandangannya, lalu melipat kedua tangannya di depan dada. "Dia suka sama aku." jawab Hannah terang-terangan. "Dan aku nggak mengira hal itu. Tapi asal kamu tau, sekarang aku lagi ngasih waktu ke dia buat ngelupain aku— karena kamu tau, aku maunya kamu."

Inosuke menyeringai.

Ia tercengang, batinnya terkekeh.

Tadinya Inosuke hanya menduga bahwa Genya yang menempelinya seperti lintah itu punya maksud khusus. Rupanya benar, dan memang kini jadi kenyataan.


"Sekarang aku yang bakal jujur."


Inosuke menarik nafas panjang. 

"Aoi itu mantan." ucap pemuda itu. "Dia yang bantu naikin nilai ekskulku. Aoi deket sama pelatih ekskul PMR, sedangkan aku nggak pernah berangkat ekskul. Nggak tau dari mana, nyaman aja sama dia. Trus kita backstreet, cuma temen deket yang tau."

"Kenapa kamu ngelepas orang sebaik dia?"

"Karena aku ketemu kamu." jawab Inosuke spontan. "Aku baru tau Hannah Watanabe itu Nana yang aku kenal dulu. Aku bimbang. Tapi pada akhirnya, aku lebih milih masa laluku. Kamu."

"Bodoh." Hannah mendecak kecil. "Kamu tau kalo keputusan kamu nyakitin dia?"

"Tau, jelas. Karena itu sekarang aku berhenti. Aku nggak jadiin hati sebagai permainan lagi. Jadi.... Hannah," 

Inosuke meraih dua tangan Hannah, lalu menatap dalam pada dua iris gadis itu.



"Ayo berkomitmen."



"Aku bakal pertahanin kamu sampai akhir. Aku akan pertahanin hubungan ini sampai ujung. Mau bagaimana pun. Sampai di titik dimana kita emang udah nggak bisa bersama, dengan alasan apa pun. Aku mau bareng kamu, sampe akhir."



Hannah mematung.

Gadis itu tidak paham dengan jalan pikir Inosuke sekarang. Hannah memang ingin bersama Inosuke untuk waktu yang cukup lama. Seperti yang ia mau. Tapi sekarang keadaannya bebeda. Realitas seolah menampar gadis itu.

"Tapi dengan bersama, kamu nyakitin ak—"

"Han, aku nggak—"

"But you did."

Inosuke menghela nafasnya pendek. Pemuda itu hampir menyerah, namun ia tahu ini bukan saat yang tepat untuk berputus asa. "Terus, sekarang maunya gimana?"



"Break."






Inosuke terdiam.

Ia merasa seperti kambing congek sekarang. Pemuda itu berharap bahwa ia salah dengar. Namun kilat kecewa yang ada di sorot Hannah justru membeberkan sebuah keyakinan yang begitu dalam.

Inosuke masih terdiam.

Ia tidak tahu, apa yang salah sekarang.

"Aku nggak salah denger kan, Na?"

Hannah menghela nafasnya panjang. Ia tahu jelas, Inosuke kecewa sekarang. Jelas dari nada bicaranya, dari sorot matanya, dan juga caranya memanggil Hannah. Inosuke sedang kecewa sangat dalam. Sangat.


"You hurt me so well, Hashibira. Dan aku butuh waktu untuk semua ini. Untuk komitmen yang kamu mau. Dan untuk maafin semua yang udah berlalu."

"Hannah, maaf."

"Iya. Aku selalu maafin kamu. Tapi untuk sekarang, aku butuh waktu."



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


A/n:

Besok last eheq:)

Arogan | Inosuke Hashibira✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang