DINGINNYA AC mobil di mobil Ayah membuat Hannah tak berkutik sama sekali.
Beberapa menit lalu AC mobil di sebelah kursi kemudi ini memang sudah dikecilkan. Tapi Hannah masih agak kedinginan. Sedangkan kalau dimatikan total, Hannah bisa kegerahan. Serba salah.
Tadinya, Genya bersikeras untuk mengantar Hannah sampai di rumah. Gadis itu belum benar-benar pulih meski kondisinya sudah cukup membaik. Karena itulah Genya khawatir. Namun Hannah sudah merasa amat sangat merepotkan. Jadi Hannah meminta Ayah menjemputnya. Dan selama menunggu Ayah, Genya lah yang menemani Hannah.
"Kamu ada masalah sama pacarmu?"
Pertanyaan Ayah berhasil memecah keheningan yang ada. Hannah menoleh, namun tak langsung menjawab. Ia bingung jawaban apa yan harus ia beri pada Ayah. "Baik-baik aja kok, Yah."
"Baik-baik aja tapi kamu lebih nempel ke cowok lain," sindir Ayah.
Hannah pun melotot. Ia kira, Ayah tidak tahu menahu soal kisah cinta Hannah. Dan kalau sudah begini, Hannah bisa tebak ibunya lah yang bercerita.
"Ayah tau dari Mama?" tebak Hannah.
"Ya iya lah, orang kamu nggak pernah cerita. Ya Ayah taunya dari Mama." sindir Ayah lagi.
Hannah menghela nafas. Oke, kalau Ayah, Hannah tidak bisa membantah meski hasrat ingin mendebatnya besar. Mau bagaimana pun, Ayah bukan lah Inosuke.
"Maaf," ucap Hannah singkat.
Ayah melirik Hannah sejenak, lalu kembali memandang ke depan, fokus berkendara. Ayah mungkin tidak tahu banyak hal yang sedang terjadi pada Hannah, namun jelas Ayah tetap selalu berusaha untuk memahami putrinya.
"Kalo Ayah jadi kamu, Ayah lebih milih Genya dari pada Inosuke."
Hannah mendelik seketika, namun tidak menoleh. Gadis itu mematung, ternyata Ayah sudah tahu sejauh itu. Hannah tidak punya banyak argumen untuk mendebat, namun ia hanya terkejut dengan jalan pikir Ayahnya.
Hannah menoleh, "Kok gitu?"
"Sekarang kamu pikir sendiri. Apa Inosuke bakal ngelakuin hal yang sama saat kamu pulang telat kayak kemarin malem?" tanya Ayah memojokkan Hannah. "Dia sopan. Bukan cuma sok akrab."
Tunggu.
Hannah masih belum paham.
"Ayah tau nggak, Inosuke siapa?"
"Atlet anggar. Anaknya Bu Inem, temen kamu pas kecil, kan?"
Hannah terdiam.
Ayah sudah tahu sejauh itu. Ayah sudah menjelaskan sepanjang itu, tapi sungguh, Hannah belum paham jalan pikiran Ayah.
"Aku nggak paham. Ayah kok bilang gitu?"
Lampu merah menyala.
Mobil Ayah berhenti tepat di belakang zebra cross. Pria itu pun menoleh dan menatap hangat pada putri semata wayangnya, lalu menarik nafas panjang.
"Status itu nggak penting, ketika seorang laki-laki nggak bisa memperlakukan wanitanya dengan baik, Watanabe."
***
"UHUK UHUK!"
Zenitsu langsung menoleh pada Inosuke yang terbatuk hebat usai mengisap dalam-dalam rokoknya. Tumben, padahal biasanya mau sebat sampai paru-paru jebol pun, Inosuke nggak selebay ini.
"Kenapa lo?" tanya Zenitsu.
Inosuke menggeleng pelan. Kedua pemuda itu sedang menunggu Tanjirou yang hari ini ada ekskul di toko jus yang berada tepat di depan sekolah mereka.
Seperti biasanya, ketiganya pulang bersama. Dengan tambahan Nezuko. Hal ini bisa terjadi sejak Inosuke sudah tidak mengantar Hannah.
"Keselek gajah." jawab Inosuke akhirnya.
Zenitsu mengendus pelan, kemudian tertawa remeh. Jawaban bodoh. Yang menjawabnya pun bodoh. Dan yang mendengarkannya lebih bodoh.
"Gue denger cewek lo sakit, loh. Yakin nggak nganter?" tanya Zenitsu kesekian kalinya. "Eh, gue liat sih tadi, mobil bokapnya keluar dari sekolah. Parah lo, pacar apaan."
"Bacot bener sih, jomblo."
"Nggak usah ngeledek. Bentar lagi gue jadian sama Nezuko, bingung lo."
"Halu, anjing."
"Ye biarin. Siapa tau Tuhan mendengar doa gue?"
Inosuke tertawa remeh. Gila aja kali, kain pel kayak Zenitsu bisa dapetin princess angkatan 24. Mau mati aja Inosuke denger bacotan Zenitsu yang ketinggian.
"Belum putus aja dia udah punya yang baru,"
Zenitsu menoleh, mengangkat satu alis. "Siapa? Hannah?"
"Ya mau siapa lagi, jing." sahut Inosuke kesal. Pemuda itu kembali menyesap rokoknya, lalu menghempaskan asap ke udara. "Nggak mungkin Aoi. Aoi setelah putus aja masih nggak ada gandengan. Dia lebih bisa jaga hati, dari pada Hannah."
Zenitsu mengerutkan dahi, merasa risih dengan ucapan Inosuke. Sebab mau sebrengsek apapun Zenitsu jadi siluman buaya di SMANSAKAI, ia tidak pernah membanding-bandingkan dua orang yang berbeda seperti itu.
"Lo masih sayang sama Aoi?"
Inosuke terdiam. Ia tak menyahut sama sekali. Namun Zenitsu bisa melihat dengan jelas rahang Inosuke yang mengeras. Dan dengan itu, Zenistu tahu jawabannya.
A/n:
Hitung mundur tamatnya arogan, ges uwuw
KAMU SEDANG MEMBACA
Arogan | Inosuke Hashibira✔️
Fanfiction──ft. Hashibira, Inosuke ❝Mungkin dia udah ngawasin kamu selama ini, mungkin yang dia suka itu kamu. Dan kamu nggak pernah sadar.❞ Kehadiran Inosuke itu plot twist terbesar di hidup Hannah. Dari tiba-tiba nembak, sampai identitas sejati dari cowok...