Chapter 16 : Kaki Yang Terhenti

98 9 0
                                    


Chapter 16 Kaki Yang Terhenti

"20... 20 yuan. Kita tidak punya banyak uang." Ding Jiayi merasa sakit, 20 yuan- itu adalah satu bulan biaya rumah tangga mereka. "Lagi pula Zijin punya banyak alat tulis dan buku catatan, tidak bisakah kita menggunakan itu?"

Qiao Dongliang merasa kesal dan marah dengan kata – kata Ding Jiayi. "Zijin yang memiliki sikap buruk belajar, dia punya segala sesuatunya baru. Nilai Nan Nan yang sangat bagus tapi dia hanya menggunakan semua bekas dari Zijin? Biar aku ulangi. Berikan Nan Nan 20 yuan!"

"Jika kita memberikan Nan Nan 20 yuan, apa yang akan kita makan dan minum bulan ini?!" Ding Jiayi tidak senang memberikan uangnya.

"Mama." Qiao Zijin membisikan Ding Jiayi, mencoba merayunya.

Dia akhirnya tahu. Akhir – akhir ini kenapa Qiao Nan bertingkah aneh dan menyebabkan hal – hal buruk.

Melihat sikap Ayahnya sekarang, Ibunya tidak akan pernah menang, tidak peduli sekuat apapun dia. Qiao Nan pasti akan melanjutkan pendidikannya.

Karena Hal ini, Qiao Zijin berfikir mungkin ibunya harus setuju dengan segera. Mungkin akan membuat pandangan ayahnya ke Ding Jiayi lebih baik.

Ding Jiayi menyingkirkan tangan Qiao Zijin. "Zijin, aku tahu kau tidak ingin aku bertengkar dengan ayahmu, tapi tolong biarkan masalah ini aku yang atasi."

Walau dia dengar dari Ding Jiayi dia tidak punya uang di tangannya, Qiao Dongliang tidak merasa harus bertanya kemana gajinya bulan ini pergi. "Jika ini tidak cukup, kau bisa ke bank mengambil 100yuan. Itu yang perlu kau lakukan."

Nan Nan mulai masuk sekolah, begitupun Zijin.

Seperti Zijin melanjutkan sekolahnya, dia pasti membutuhkan uang. Jiayi tidak akan membiarkannya kesulitan. Dia bahkan tidak mau memberikan 1 sen apalagi 100yuan.

Saat membahas tabungan, ketiga wanita keluarga Qiao menjadi diam.

Qiao Nan tidak perlu berkata apa pun. Masalah besar yang dibuat Ibunya pasti akan ketahuan entah dalam waktu dekat atau nanti.

Ding Jiayi dan Qiao Zijin terlihat merasa bersalah. Mereka tidak berani berbicara.

"Kenapa kau berdiri di sana. Berikan aku buku tabungannya. Aku akan ke bank besok dan mengambil uang 100 yuan." Qiao Dongliang mengulurkan tangannya ke Ding Jiayi.

Ding Jiayi kaku karena ketakutan. Wajahnya berubah pucat dan tergagap saat berbicara. "Tidak. Bukankah kau hanya bilang 20 yuan? Aku akan memberikannya padamu. Kita tidak perlu pergi ke bank."

Untuk memastikan Qiao Zijin tidak membahas buku tabungan, Ding Jiayi dengan segera mengeluarkan 20 yuan dari kantongnya dan membuangnya ke lantai."

Wajah Qiao Nan kaku. Dia mengambil nafas panjang. Dan tetap diam.

Dia harus melanjutkan pendidikannya. Saat ini tidak mudah untuk mendapatkan uang dari Ibunya. Dia harus bersyukur atas kesempatan ini.

Qiao Nan terus menenangkan dirinya sendiri, tapi sebagai orang dewasa dengan harga diri, matanya memerah dan tangannya dengan enggan mengambil uang tersebut.

Qiao Dongliang menekan bibirnya. "Jiayi walau ini bukan waktu yang tepat untuk bertengkar sekarang, Jangan pikir aku tidak bisa memukulmu!"

Ding Jiayi di puncak kemarahannya, dia tidak hanya harus megeluarkan uang, tapi juga harus menunggu anak sial ini, Qiao Nan seperti dia adalah leluhur mereka. Kenapa dia harus melakukannya?!

Sebelum Qiao Dongliang mulai marah lagi, Qiao Zijin bangun tanpa berkata apa – apa dan menunduk mengambil uang tersebut. Dia membersihkannya sebelum memberikannya langsung ke Qiao Nan. "Nan Nan tolong jangan salah paham. Mama sangat menyayangimu, tapi dia kurang beristirahat akhir – akhir ini, dan membuat emosinya tidak bagus."

Tidak seperti dulu, Qiao nan tidak mudah tertipu dengan kta – kata manis. Jika sikap Ibunya berlanjut, apapun yang dia katakan pada Qiao Nan tidak akan berpengaruh.

Qiao Nan memegang erat uang tersebut tapi tidak berbicara apapun.

"Nan Nan, ayo Ayah akan membuat Mie telur untukmu." Qiao Dongliang menatap Ding Jiayi dengan menghina. Meskipun lebih tua bertahun tahun, dia tidak lebih pengertian dari anaknya.

Qiao Zijin tidak fokus dalam belajar, Qiao Dongliang tentu marah dan kecewa tapi dia tetap menyayangi anaknya sendiri. Melihat Qiao Zijin lebih pengertian dari Ding Jiayi, pandangannya melembut.

Berdiri di pinggi dan melihat itu, Qiao Nan menghela nafas. Mereka adalah satu keluarga. Kesalahan yang dilakukan Ibu adalah kesalahan "Kecil" terlepas dari betapa pun marahnya Ayahnya, paling hanya sedikit berdebat. Tidak terlihat serius.

Bisa di bilang ayahnya mudah untuk di rayu.

Dia yang mengerti tentang ini, setelah terlahir kembali, Qiao Nan hanya fokus pada melindungi apa yang dia mau. Dia tidak akan membuat masalah atau merusak hubungan mereka.

"Ayah bisakah kau memberikan aku 2 telus?" Qiao Nan menyemangati dirinya sendiri dan tersenyum ke arah Qiao Dongliang.

"Ok, selama kau menyukainya, tidak hanya dua, tiga pun bukan masalah." Qiao Dongliang menarik Qiao Nan ke arah dapur dan mulai menyiapkan Mie untuknya.

Mie buatan sendiri sangatlah enak, kenyal dan tidak lengket dengan bawang merah dan dua telur berwarna emas di atasnya, sangat menggoda.

Dengan mie yang baru dibuat, Qiao Nan tersenyum pahit. Alasan kenala ayahnya ke dapur dan membuat mie untukya adalah untuk menyemangatinya dan dan berharap dia akan melupakan hal yang terjadi hari ini serta tidak menyimpannya ke hari apa yang dilakukan Ibunya.

Dia tidak berharap Ibunya akan adil, ataupun ayahnya lebih tegas dalam menangani Ibunya.

Yang dia harapkan hanya dikehidupan ini dia akan berpendidikan dengan baik, menemukan pekerjaan untuk mendukung kehidupannya sendiri, memiliki rumah sendiri dan hidup dengan tenang.

Untuk Ibunya dan Qiao Zijin mereka bisa mencoba untuk terus membuatnya menderita selama mereka mau, tapi dia tidak akan mengikuti rencana mereka. Dia akan mencari uang sendiri dan menjaganya dengan baik.

Pada makan malam keluarga Qiao sangat tenang.

Qiao Dongliang hanya menyiapkan makanan untuk Qiao Nan dan dirinya, dan Ding Jing Jiayi harus menyiapkan makan untuk Qiao Zijin dan untuknya sendiri.

Ini pertama kalinya keluarga Qiao terbelah menjadi dua. Selain Qiao Nan, ketiga orang lainnya merasa aneh dan bingung.

Setelah makan mie, Qiao Nan mencuci piringnya sendiri dan kembali dan balik ke kamarnya mulai membaca.

Ketika Ding Jiayi melihat Qiao Nan hanya membersihkan bekasnya sendiri, dia sangat marah ingin memarahinya.

Qiao Zijin dengan segera mengucapkan dua kata- "buku tabungan".

Kedua kata itu membuat kaki Ding Jiayi terhenti. Sebelum ini Ding Jiayi seperti balon yang siap meledak setiap waktu. Sekarang, dia harus menahannya dan membiarkannya reda sendirinya.

"Mama, biar aku yang mencuci." Qiao Zijin menahan rasa jijik dan tidak nyamannya saat dia memasukan tangannya ke air.

Ding Jiayi mengambil piring – piring itu dari tangan Qiao Zijin, "Tidak, Mama yang akan membersihkannya. Anakku tidak perlu melakukan pekerjaan kasar, kau harus kembali ke kamarmu dan istrirahat... Zijin, situasi di rumah, Mama tidak bisa menyembunyikannya padamu. Jangan membuat ayahmu marah lagi dan membuat masalah untuk mama ok?"

"Ma, tenang saja, itu tidak akan terjadi lagi." Qiao Zijin juga mulai menyesali tindakan Ibunya menjual semua buku pelajarannya. Dengan tidak ada yang tersisa dia tidak bisa berpura – pura.

Apa yang Qiao Nan tidak tahu adalah Ding Jiayi hanya ingin menjual buku – buku Qiao Nan dan bukan buku Qiao Zijin.

Qiao Zijin akhirnya lulus dari SMP. Dia membenci buku pelajarannya dan tidak sabar untuk menyingkirkannya.

Dia mengatakan pada Ding Jiayi- jika dia tidak menjual bukunya juga, dan buku Qiao Nan menghilang, bagaimana jika Qiao Nan meminjam darinya?

Rebirth To a Military Marriage : Good Morning ChiefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang