Chapter 23 : Pindah Kamar
Qiao Dongliang adalah seorang pria tradisional. Dia tidak pernah masuk ke kamar anaknya sebelumnya.
Terakhir kali adalah pertama kalinya dia masuk ke kamar putri pertamanya dan hari ini dia pergi ke kamar putri kecilnya.
Karena hal ini, Qiao Dongliang merasa kaget ketika melihat kamar Nan Nan hanya berukuran satu pertiga dari kamar Zijin. Faktanya ruang kerjanya dua kali lebih besar dari pada kamarnya.
"Ayah" Qiao Nan tidak menjawab hanya memperhatikan Qiao Dongliang, menebak apa yang sedang ia pikirkan.
"Nan Nan, tunggu sebentar." Putri kecilnya mungkin terbiasa dengan hal ini dan tidak ada kesedihan tapi Qiao Dongliang tidak bisa menahannya.
Tanpa bicara, Qiao Dongliang pergi ke ruang kerjanya, membungkus semuanya dan meletakannya di ruang tengah.
Dia membongkar kasur Qiao Nan dan membawanya bagian demi bagian ke ruang kerjanya.
"Dongliang apa yang kau lakukan sekarang? Ding Jiayi mendengar suara berisik dan keluar dari dapur. Dia melihat Qiao Dongliang membawa kasur Qiao Nan ke ruang kerjanya.
Qiao Dongliang tidak menghiraukan pandangan Ding Jiayi, dia berkata, "Kamar Nan Nan terlalu kecil, aku akan menukar ruang kerjaku dengan kamarnya."
"Itu tidak benar. Ruangan itu tidak cukup bersar untuk pria dewasa sepertimu. Kau akan merasa sempit di sana. Nan Nan kecil mungil tidak membutuhkan kamar yang besar."
Ding Jiayi ingin menghentikan Qiao Dongliang. Walaupun dia tidak menyukai putri kecilnya, dia tetap memperlakukan suaminya dengan sangat baik. Dia tidak tahan melihat pria setinggi 1,8 meter, kesempitan saat membaca di dalam ruangan yang kecil seperti sarang burung.
"Karena pria besar sepertiku mungkin merasa tidak nyaman, kalau begitu bagaimana jika menukar kamar Zijin dengan Nan Nan?" Qiao Dongliang merasa terganggu dan marah.
Dongliang tidak menunjukan pilih kasih, tapi Jiayi memperlakukan Nan Nan seperti orang luar.
"Tidak. Qiao Nan adalah yang paling kecil di rumah. Kenapa dia tidak bisa tinggal di ruangan sempit?"
"Satu hari 24 jam, aku hanya menggunakan ruangan itu untuk beberapa jam. Tapi Nan Nan harus tidur di ruangan itu. Dia tinggal di sana selama bertahun – tahun, jadi kenapa aku tidak bisa?"
Qiao Dongliang tidak bisa mengerti keinginan Ding Jiayi. Dia tidak menaruh harapan pada Ding Jiayi bahwa dia akan sadar dan membantunya. Dongliang memindahkan kasur ke ruang kerjanya dan merakitnya kembali.
Qiao Dongliang mengambil semua bukunya. Tapi meja dan bangkunya tidak ada tempat untuk di pindahkan kemana. "Nan Nan aku akan meninggalkannya untukmu, aku berfikir bagaimana mendapatkan kayu dan membuat meja dan kursi lagi untukku sendiri."
Dibandingkan kamar putri tertuanya yang memiliki funitur lengkap, kamar putri kecilnya tidak hanya kecil tapi juga tidak ada meja dan kursi.
Selama bertahun – tahun kedua putrinya belajar di kamar mereka, Qiao Dongliang tidak bisa membayangkan bagaimana putri kecilnya melalui masa – masa itu.
Selama itu Ding Jiayi tidak memberitahukannya dan Qiao Nan terlalu pendiam, tidak pernah mengeluh.
Qiao Dongliang adalah seorang ayah yang kurang perhatian dan lagi Qiao Nan tidak pernah sekalipun mengeluh. Jadi dia tidak pernah tahu bahwa antara putri tertua dan terkecilnya di perlakukan sangat berbeda. Jika ada, dia berfikir hanya ada sedikit perbedaan.
"Terima kasih, ayah." Qiao Nan mengangguk dan menerima saran ayahnya.
"Nan Nan, Aku akan membeli kunci untukmu nanti. Kau sudah mulai remaja, ruangan ini akan menjadi tanggung jawabmu." Qiao Dongliang berfikir sesaat dan memutuskan untuk membeli kunci dan memasangnya sendiri untuknya esok hari.
Mata Qiao Nan berubah merah dan dia merasa hangat di hatinya. Suaranya serak karena dengan air mata, "Ok"
Dia sangat mengecewakan dikehidupan sebelumnya, Ibunya membencinya dan ayahnya menyerah padanya.
Faktanya, ayahnya adalah seorang ayah yang baik. Dia tidak tahu bagaimana membahagiakan ayahnya, dia membuat sedih orang yang benar – benar peduli padanya lagi dan lagi.
"Ayah, aku ada ulangan hari ini." Qiao Nan pernah sekali menyerah dalam keterpurukan, tapi sekarang dia menyadari dia memiliki cinta keluarga. Qiao Dongliang adalah seorang ayah yang baik. Dia tidak menahan dan mulai menangis. "Aku.. aku takut aku tidak mendapat nilai bagus, Ayah apakah kau kan kecewa padaku?" dan menyerah padaku seperti dulu?
Qiao Dongliang merasa tidak bisa berbuat apa – apa melihat putri kecilnya menangis. Dia ingin menghapus air matanya. "Jangan menangis, aku sudah berjanji padamu bahwa kau punya waktu setengah tahun. Walaupun kau tidak mendapat nilai bagus sekarang, kau bisa mendapat nilai bagus lain kali. Aku percaya kau pasti bisa mengejar ketinggalanmu."
Qiao Dongliang berbicara dengan percaya diri. Dia sungguh percaya putri kecilnya bisa mengejar ketinggalan dalam pelajarannya.
Ketika putri tertuanya mendapat nilai buruk saat ujian, dia tidak pernah sekalipun menangis karena nilainya.
"Nan Nan, tidak perlu terburu – buru, masih ada setengah tahun jangan membuat dirimu tertekan." Qiao Dongliang berfikir sesaat dan menambahkan. Dia tahu beberapa anak di daerahnya selalu mendapat nilai baik, tapi karena mereka tertekan ketika ujian akhir mereka gagal.
"Ok" dengan malu, Qiao Nan menghapus air mata di wajahnya. Dia tidak lagi anak usia 15 tahun, mentalnya sudah 30 tahun sekarangny, tapi dia masih berani menangis di depan ayahnya.
"Mama." Qiao Zijin pergi ke dapur mencari Ding Jiayi. Dia mendengar Ding Jiayi mengoceh sendiri. "Mama jangan marah, Nan Nan jadi menangis."
Ding Jiayi kaget. "Kenapa dia mangis? Harusnya aku yang menangis sekarang. Sekarang ayahmu memperlakukan aku seperti ibu tiri gadis sial itu. Seluruh dunia sekarang berputar untuknya, apa yang perlu dia tangisi?"
"Aku seperti mendengar Nan Nan berkata dia tidak akan mendapatkan nilai bagus di ulangannya hari ini." Qiao Zijin tersenyum sinis. Jika Qiao Nan tidak mendapat nilai bagus, artinya dia tidak akan melanjutkan pendidikan tahun depan, dan dalam setengah tahun dia akan berhenti sekolah dan bekerja?
"Bagaimana mungkin? Ding Jiayi tidak percaya. "Dia demam ketika ujian akhir SD nya tapi dia tetap mendapat pringkat 15 di sekolahnya. Dia tidak mungkin sengaja merusaknya."
Ketika membahas tentang nilai putri kecilnya, Ding Jiayi sama sekali tidak ada keraguan. Dia percaya Qiao Nan akan mendapat nilai bagus di ulangannya.
Lain hal jika mata pelajarannya tidak pernah dipelajari Qiao Nan. Jika tidak Qiao Nan tidak akan pernah gagal pada ujiannya.
Qiao Zijin kesal. Ketika dia duduk untuk ujian, Ibunya akan bertanya tentang nilainya dengan tidak sabar. "Itu pasti benar. Nan Nan mengatakannya sendiri. Dia sampai menagis. Mama, mungkin tidak bisa karena demam kemarin dan menghanguskan otaknya."
Dia sangat ingat saat sebelum Qiao Nan membuat masalah, dia ke kamar Qiao Nan pagi itu dan menyentuh dahinya yang benar – benar panas.
"Menghanguskan otaknya? Ya benar tapi dia menghanguskan kesadarannya bukan otaknya. Tapi apa dia benar bilang kalau dia gagal?
"iya gagal."
Ding Jiayi berfikir sesaat. "Jangan terlalu senang, Ayahmu sudah berjanji memberikannya waktu selama setengah tahun. Kita akan melihatnya nanti apakah dia bisa mengejar ketinggalannya dalam pelajaran nanti. Mungkin dia sedang menipu kita. Dia mungkin sudah mengingat semua isi dari bukunya. Karena itu sekarang aku sudah menjual semua bukunya, dia tidak bisa belajar selama liburan musim panas, dan akhirnya memperlihatkan sifat aslinya.
Ding Jiayi sudah pernah merasa seperti ini sebelumnya, jadi dia bisa langsung tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rebirth To a Military Marriage : Good Morning Chief
RomansaNovel Terjemahan !! Di Terjemahkan secara Manual !! Lain dari yang lain xD Qiao Nan : Sampah ! Aku anak kandungmu, tapi aku di perlakukan seperti anak yang dipungut di jalanan. Faktanya kau memperlakukan aku lebih buruk dari pada itu. Ibu Qiao Nan...