Chapter 4 : Pilih Kasih

121 7 0
                                    


Chapter 4 : Pilih Kasih

"Ayah," Qiao Nan mengejar dengan beberapa langkah dan memanggil.

Qiao Dongliang sedikit kaget. Ketika dia melihat kebelakang, dia melihat anak ke duanya. Karena flu dan demam anak keduanya terlihat sedih dan tak bernyawa. Noda darah di kerah bajunya membuat Qiao Dongliang kaget. "Bagaimana kau bisa begini?"

Sebelum Qiao Nan menjawab, Qiao Dongliang berkata "Ayo kita pulang dulu dan membersihkannya. Kita akan berbicara nanti"

Setelah mengatakan itu, Qiao Dongliang membonceng Qiao Nan pulang.

"Dongliang, kau sudah pulang. Oh Nan Nan, kenapa kamu?" di rumah kecil keluarga Qiao, wanita tua usia 40 – 50 tahun membawa keranjang berisi telur di tangannya. Matanya melebar saat melihat Qiao Nan. "Apa kamu di Bully? Mengapa kau memiliki noda darah?"

"Tante Li." Tangan dan kaki Qiao Nan goyah ketika turun dari sepeda. Untung ayahnya memeganginya sehingga ia tidak terjatuh.

Ding Jiayi yang kembali setelah mengambil uang untuk membayar telur, melihat peristiwa ini dan ekspresinya berubah gelap. "Tante Li, ini uang untuk telurnya tolong di ambil."

Tante Li mengambil uangnya, menghitungnya dan berkata "bagus, keluargamu Nan Nan sangat cantik tapi sayang dia terlalu kurus. Kau harus memberikannya lebih banyak suplement.

Qiao Dongliang menyentuh dari Qiao Nan dan sadar bahwa demamnya sudah lebih baik dari pada tadi pagi sebelum dia berkerja, tapi masih agak sedikit panas. Dia tidak seneng saat melihat Ding Jiayi. "Nan Nan masih sakit, kenapa kau membiarkannya keluar rumah?!"

Tante Li belum pergi. Wajahnya sesekali melihat Qiao Dongliang, Ding Jiayi merasa malu. "Apa yang kau maksud? Gadis sial ini. Dia bersikeras mau keluar. Bagaimana saya bisa mengendaliakan "Tuan Putri" ini?!"

Ketika Qiao Nan mendengarnya dia menangis, "Ayah aku demam tinggi dan pusing. Tapi Mama dan Kakak tidak peduli, mereka duduk di depan dan memakan buah semangkka. Aku bangun dan mau minum obat demam tapi mama bilang sudah tidak ada yang tersisa. Aku mau mencarinya tapi mama melarangku. Dia menarik rambut dan menamparku. Semua noda darah ini akibat hidungku yang berdarah karena di tampar.

Ekspresi wajah Tante Li kaget dia melihat Ding Jiayi tidak percaya. Dia tidak tahu apakah harus tetap di sini atau pergi.

Ekspresi Qiao Dongliang berubah. "Nan Nan apa kau sudah minum obat?"

"Jelas dia sudah!" Ding Jiayi menaikan suaranya.

Tanpa melihat Ding Jiayi Qiao Nan menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku tiduran di kasur selama ini, tidak ada yang mempedulikan aku. Aku tidak minum obat ataupun minum sedikit air."

Qiao Dongliang penasaran anak keduanya ini bahkan tidak minum obat. Dia ingin secepatnya pergi membawanya ke rumah sakit. "Nan Nan apa kau punya tenaga untuk naik sepeda? Aku akan membawamu ke rumah sakit."

Di pagi hari, ketika Qiao Dongliang melihat anak keduanya yang biasanya rajin belum bangun, dia pergi ke kamarnya dan mendapatkan bahwa anaknya terkena demam.

Tapi istrinya mengatakan dia akan merawat Qiao Nan, jadi Qiao Dongliang tidak khawatir. Tapi dia tidak menyangka akan mendengar ini saat pulang.

Ding Jiayi mengejar dan menahan bagian depan sepeda. "ke Rumah sakit mana kau akan pergi? Jangan buang – buang uang!"

Qiao Dongliang mencibir. "Aku tidak mempunyai banyak uang, tapi aku masih punya uang untuk membawa anakku ke dokter."

Wajah Ding Jiayi kaku. "Qiao tua, aku tidak bermaksud begitu."

Dia tidak memandang rendah pada Qiao Dongliang ataupun benci dia tidak memiliki banyak uang. Tapi karena dia tidak mau mengeluarkan uang sedikitpun untuk gadis sial itu. Apalagi Qiao Zijin membutuhkan banyak uang untuk pendidikannya.

Dengan segera, perlakukan Ding Jiayi melembut, tapi dia tetap menolak Qiao Dongliang membawa Qiao Nan ke rumah sakit.

"Maksudku, aku sungguh sudah memberikannya obat. Dia dalam ke adaan pusing jadi dia tidak bisa mengingatnya. Mungkin obatnya belum bereaksi. Dia akan lebih baik sebentar lagi. Kau tidak perlu ke rumah sakit dan mengeluarkan uang untuk hal yang tidak penting.

"Dongliang, ak pergi." Kata Tante Li. Dia buru – buru mengucapkan selamat tinggal. Tapi sebelum pergi dia berkata "Dongliang, keduanya adalah anakmu dan kau tidak boleh pilih kasih. Nan Nan mulai tumbuh besar. Kau tidak perlu memukul wajahnya. Lagi pula Nan Nan sedang sakit bagaimana bisa Jiayi melakukan itu pada Nan Nan?

Melihat noda darah bekas mimisan di kerah Qiao Nan, Tante Li memandang Ding Jiayi menyatakan ketidak sukaannya. Ding Jiayi kesal dan mau memnyuruh Tante Li untuk pergi.

"Tante Li, tenang saja, hal ini tidak akan terjadi lagi." Qiao Dongliang menyalahkan Ding Jiayi sebelum mengantar Tante Li dengan sopan.

Qiao Dongliang membawa anaknya ke kamarnya dan duduk, dia memberikan sebaskom air hangat untuknya membersihkan diri dan pakaiannya.

Ketika Qiao Zijin bersembunyi di rumah dan melihat situasi tersebut. Dia memberikan senyum manis ke Qiao Dongliang. Dia kemudian membantu Qiao Dongliang merawat Qiao Nan.

Melihat anak pertamanya sangat pengertian, kemarahan Qiao Dongliang berkurang banyak.

Ketika Qiao Nan pergi mengganti pakaian, Qiao Dongliang melihat Ding Jiayi dan berkata, "Demam Nan Nan tidak benar – benar reda. Dimana obatnya? Berikan lagi padanya."

Qiao Nan baru saja selesai mengganti pakaian, tanpa berkata apa – apa dia melihat lurus ke Ding Jiayi dan ingin tahu apa yang akan dia katakan.

Ding Jiayi merasa marah saat dia melihat Qiao Nan dan merasa dia telah melahirkan srigala berbulu domba. Ketika dia melihat oang tuanya bertengkar dia bukannya membantu, tapi malah berharap Qiao Dongliang memarahinya. "kita sudah menghabiskannya. Tidak ada lagi obat yang tersisa."

Ding Jiayi tidak lupa apa yang dia katakan pada Qiao Nan tadi siang, perkataannya harus sama dengan tadi siang.

"Apakah semua sudah habis di minum?" Qiao Dongliang berkata sambil menaikan alisnya dengan nada tidak percaya. "Aku ingat kita masih punya setengah obat tersisa. Kau bilang habis ?"

Ketika Ding Jiayi mendengarnya, Qiao Nan sangat yakin bahwa tidak benar habis. Kemana setengah obatnya pergi? Alasan kenapa demamnya membaik adalah perbuatan baik Zhai Sheng.

Tapi saat ia mencari obat dia tidak dapat menemukannya.

Qiao Nan mengerutkan bibirnya, berkedip dengan mata berbinar dan tiba – tiba dia menuju ke dapur di rumah.

"Nan Nan apa yang kau lakukan?" Qiao Zijin merasa Qiao Nan tidak bertindak seperti biasanya dan ingin menghentikannya.

Ketika Qiao Zijin melihat Qiao Nan menuju dapur dia merasa bingung. Dia merasa ada yang salah dan dengan cepat menarik tangan Qiao Nan. "Nan Nan kau sedang sakit sekarang, kau butuh istirahat dan minum obat. Tidak, tidak ada obat tersisa. Ayo tunggu ayah membeli obat. Setelah kau meminumnya kau akan lebih baik besok."

Langkah Qiao Nan tertahan dan dia melihat Qiao Zijin secara mendalam dengan mata hitamnya. Pandangannya membuat Qiao Zijin merasa bersalah, sampai membuat rambutnya berdiri.

Melihat tingkah Qiao Nan ke Qiao Zijin orang tuanya tidak bisa berbuat apa – apa kecuali mengerutkan kening.

Tanpa menunggu mulut Ding Jiayi mengomel Qiao Nan mendorong tangan Qiao Zijin dan berlari ke dapur. Dia menuang isi tempat sampah ke lantai.

Qiau Zijin ketakutan. Tidak mungkin. Qiao Nan tidak boleh tau.

Seperti memikirkan sesuatu ekspresi Ding Jiayi berubah. Dia mau menahan Qiao Nan.

Rebirth To a Military Marriage : Good Morning ChiefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang