Chapter 20 Mengambilnya Pada Orang Lain
Ding Jiayi tidak merasa malu dengan apa yang dia lakukan, tapi bukan berarti Qiao Nan akan mentoleransi apa yang dia lakukan.
Ibunya tidak berubah sama sekali di dua hidupnya.
Di kehidupan sebelumnya ketika dia sudah bekerja, Ibunya akan datang ke tempat kerjanya untuk mendapatkan gaji bulanannya. Setelah dia menerima gajinya, hal pertama yang Ibunya lakukan adalah mencari di semua kantongnya, memastikan tidak ada uang yang tersisa padanya.
Tidak menunggu Qiao Nan menderita karena dipermalukan, Qiao Dongliang yang baru saja kembali dari bekerja melihat seluruh kejadian.
Qiao Dongliang menyimpan sepedanya dan berteriak, "Apa yang kau lakukan!"
Qiao Dongliang menarik Qiao Nan ke sisinya. Melihat tangannya mera karena dicubit, dia merasa lebih marah lagi. "Apa yang kau lakukan kali ini?"
Ding Jiayi kaku ketakutan, dia menutup mulutnya dan tidak berkata sepatah kata pun.
"Apa kau keilangan lidahmu?!" Qiao Dongliang berteriak. Dia terbiasa melihat istrinya pilih kasih dan lebih sayang pada putri tertuanya. Tapi sekarang setelah melihat ini, ini tidak hanya pilih kasih. Jiayi sepertinya membenci Qiao Nan!
Nan Nan sudah berusia 15 tahun seorang gadis muda, tapi dia di perlakukan seperti seorang pencuri, di paksa untuk di periksa seluruh tubuhnya. Bukankah akan membuat Nan Nan sakit hati?
"Ayah, Mama ingin aku memberikannya sisa uang 3 yuan dari biaya sekolah hari ini. Aku bilang aku sudah menghabiskannya untuk membeli buku – buku tugas. Tapi dia bersikeras aku mengembalikan bukunya dan mendapatkan kembali uangnya. Mama bilang aku bisa menggunakan sisa dari kakak." Karena Ding Jiayi tetap diam, Qiao Nan menjelaskan kepada Ayahnya.
Ding Jiayi tidak berfikir dia telah melewati batas. Tapi ketika berhadapan dengan Qiao Dongliang, dia merasa malu dan tidak berani mengatakan apa yang sudah dia lakukan.
Qiao Dongliang merasa marah. "Karena Zijin masih punya sisa alat tulis dan masih dalam kondisi bagus, dia bisa terus menggunakannya di SMA. Kenapa kau harus bersikeras dia harus memberikannya pada Nan Nan?
Selama ini putri kecilnya menggunakan barang sisa dari kakaknya, pensilnya hanya tersisa satu genggam.
Lain halnya, untuk setiap ajaran baru, putri tertuanya akan punya satu set alat tulis baru, dari pensil dan penghapus bahkan buku tugas. Qiao Dongliang mulai merasa kesal karna hal ini.
Jika Jiayi mau Nan Nan untuk berhemat, meningkatkan pendapatan dimana mengurangi pengeluaran, Qiao Dongliang pasti setuju dan mendukungnya.
Tapi Qiao Dongliang menyadari Ding Jiayi tidak mengatur untuk menambah pendapatan dan dia hanya meminta putri kecilnya berhemat. Apa lagi, dia menghabiskan semua yang di simpan oleh putrinya paling tua. Bagaimana bisa ini di bilang menghemat?!
"Nan Nan, jangan hiraukan mamamu, ayo masuk kedalam." Qiao Dongliang membawa Qiao Nan bersamanya masuk ke dalam rumah, tidak menghirakan istrinya yang keterlaluan pilih kasihnya.
Di sisi lain dia mencoba membuat Nan Nan agar tidak menyimpan dendam, tapi di sisi lain, istrinya tidak menghilangkan keterlaluannya. Seberapapun memaafkannya Nan Nan, istrinya harus tahu batas.
Ini tidak benar. Dia harus berbicara dengan Ding Jiayi malam ini.
Kembali ke dalam rumah, Qiao Nan minum dan berkata, "Ayah, kau pasti lelah setelah seharian bekerja. Aku baik – baik saja, dan aku akan pergi untuk belajar."
Qiao Dongliang melihat dengan dekat mata Qiao Nan, dia sungguh sepertinya tidak memikirkan dengan hal yang terjadi barusan. Dia merasa buruk untuknya. "Nan Nan, Mama... mamamu itu sudah bawaan alam, dia menjadi tidak bisa berfikir benar karena semakin tua, jangan di ambil hati."
Qiao Dongliang berharap Nan Nan tidak akan menyalahkan Ibunya, bagaimanapun dia melihat tidak terpengaruhnya dia, dia merasa sangat murung dan tertekan.
"Ok." Qiao Nan yang merespon dan membawa bukunya masuk ke dalam rumah, yang dia pikirkan hanyalah pendidikannya.
Melihat putri kecilnya pergi dengan tenang, kembali ke kamarnya untuk belajar, Qiao Dongliang sama sekali tidak merasa lebih baik.
Saat makan malam, Ding Jiayi mengoreng 2 buah telur. Qiao Dongliang memberikan setengahnya untuk Qiao Nan, membuat Ding Jiayi menjadi pucat karena marah.
Segera setelah Qiao Dongliang meletakan sumpitnya, tanpa sepatah katapun Ding Jiayi meletakan setengah telur yang tersisa ke mangkuk putri teruanya dan membagi sisa telur gorengnya dengan Qiao Dongliang.
Pada malam hari, Qiao Dongliang membolak balikan badannya, merasa sudah tidur. Dia tidak bisa melupakan ekspresi tenang di mata Nan Nan
"Ada apa?" Ding Jiayi yang tidak bisa tidur juga membalikan badannya.
"Jiayi apa yang kau pikirkan tentang Nan Nan? Zijin adalah putrimu dan Nan Nan bukan? Apa kau tidak khawatir apa yang kau lakukan akan melukai Nan Nan?
"Akan lebih bagus jika dia bukan putriku. Kau akan menjadi pemimpin battalion sekarang dan aku masih mempunyai pekerjaan bagus!" Ding Jiayi yang khawatir tentang keuangan, kehilangan akalnya mendengar apa yang dia katakan.
Jika dia dan Qiao Dongliang masih punya pekerjaan, tabungan di rumah tidak akan habis setelah digunakan untuk membantu Zijin dan dia tidak akan merasa khawatir sekarang.
Tertekan Qiao Dongliang berkata, "Kita tidak menyalahkan ini pada Nan Nan. Itu adalah keputusan kita berdua untuk mempunyai anak ke dua. Kita menyerahkan segalanya dengan sukarela dan sekarang kau menyalahkan semuanya pada Nan Nan?"
Memikirkan teman seperjuangannya, masing – masing dari mereka gagah berani dan heroik, dan melihat kebelakang- melihat dirinya sendiri seorang pekerja biasa- Qiao Dongliang juga merasa tertekan.
Tapi Jiayi menginginkan anak kedua, dan dia sungguh ingin punya anak laki – laki. Mereka berdiskusi dan membuat persetujuan.
Apa yang tidak pernah mereka pikirkan adalah setelah keluar dari pekerjaan mereka dan memiliki anak ke 2, apa yang mereka tunggu bukanlah anak laki – laki yang mereka harapkan melainkan, anak perempuan lagi.
Tapi setelah itu, bagaimanapun juga anak mereka. Benar, mereka sudah menyerahkan segalanya untuk anak ini dan Qiao Dongliang tidak bisa menahan rasa kecewanya, patah hati dan sedih.
Tapi hidup terus berjalan, dan mereka punya anak lagi untuk dibersarkan. Qiao Dongliang sembuh dengan cepat dari rasa kecewanya.
Sekarang ini laki – laki dan perempuan setara dalam kehidupan sosial. perempuan juga bisa membanggakan. Jika dia berusaha membersarkan putrinya, siapa yang mengatakan bahwa mereka tidak sebaik anak laki – laki?
Qiao Dongliang setuju dengan hal itu, tapi tidak dengan Ding Jiayi.
Dia masih memimpikan menjadi istri dari pemimpin battalion, dengan seorang supir membawanya berkeliling. Dia juga ingin pekerjaan di pemerintahan, sebuah pekerjaan mudah dengan bayaran yang memuaskan.
Dan seluruh mimpinya berakhir ketika putri kecil mereka lahir!
Ding Jiayi merasa dia jatuh dari surga ke neraka. Kapanpun dia melihat Qiao Nan, dia merasa pahit dan benci di dalam hatinya.
"Siapa yang bisa kita salahkan kalau bukan dia? Keluarga ini di hancurkan olehnya. Dia membuat kita semua jatuh dengannya. Bukankah dia harus berkorban dan menebus kesalahannya?"
Melihat Ding Jiayi yang gelisah duduk di kasur, Qiao Dongliang mengecilkan suaranya dan menarik Ding Jiayi. "Jangan keras – keras, apa kau mau membangunkan anak – anak? Lihat saja dirimu sekarang, Apakah itu sesuatu yang perlu dikatakan, kenapa kau tidak tahu mana yang benar dan salah? Aku tidak tahu kau berfikir seperti itu semenjak Qiao Nan lahir. Tidak heran kau memperlakukan Qiao Nan seperti itu.
Qiao Dongliang akhirnya mengetahui bahwa istrinya memendam pikiran itu terhadap putri kecil mereka.
"Jiayi, aku beritahu padamu, kau tidak bisa menyalahkan Qiao Nan untuk apa yang terjadi. Cara berfikirmu sangat berbahaya. Jika kau tidak mengevaluasi diri suatu hari kau akan kehilangan putrimu Nan Nan."
"Aku tidak percaya padamu. Aku yang melahirkan dan membesarkannya. Tidak peduli bagaimapun buruk atau baiknya aku memperlakukannya, dia tetap anakku di kehidupan ini. Dia berhutang pada ku dan harus membayarnya!" dia menikah dengan baik dan membuat orang lain iri, tapi waktu lahirnya Qiao Nan menghancurkan seluruh hidupnya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Rebirth To a Military Marriage : Good Morning Chief
RomanceNovel Terjemahan !! Di Terjemahkan secara Manual !! Lain dari yang lain xD Qiao Nan : Sampah ! Aku anak kandungmu, tapi aku di perlakukan seperti anak yang dipungut di jalanan. Faktanya kau memperlakukan aku lebih buruk dari pada itu. Ibu Qiao Nan...