Chapter 19 Pemeriksaan badan
Sekarang....
Ding Jiayi menerima, dibandingkan Kakaknya, prestasi putri kecilnya lebih bagus.
Putri tertuanya tetap dapan melanjutkan pendidikannya walaupun dia bernilai jelek di ujian kelulusan SMPnya. Jika putri kecilnya bernilai lebih bagus di ujian, dia tidak akan bisa merayu Qiao Dongliang. Tapi jika putri kecilnya bernilai lebih buruk, dia punya kesempatan untuk mengubah pikiran Qiao Dongliang.
"Mama, jangan dibahas lagi."
Membahas tentang uang, Qiao Zijin lebih kecewa dari pada Ding Jiayi.
Qiao Zijin sudah lama tahu tentang uang Qiao Nan, sebelum Ding Jiayi mengetahuinya.
Qiao Zijin sangat boros, dia menghabiskan semua yang orang tuanya berikan. Dia juga tahu bahwa Qiao Nan tidak menggunakan 1 sen pun dan menyimpan semuanya.
Alasan Qiao Zijin tidak memberitahu Ding Jiayi tentang uang itu adalah jika Ibunya tahu, Ibunya pasti akan mengambil semua uang Qiao Nan dan tidak akan membiarkan Qiao Zijin menggunakannya. Qiao Zijin tidak ingin berpisah dari uang itu.
Qiao Zijin berniat untuk berkata – kata manis pada Qiao Nan.
Selama dia sedikit berkta – kata manis ke Qiao Nan, tabungannya pasti akan digunakan untuknya.
Qiao Zijin memperlakukan Qiao Nan sebagai Bank hidup.
Sekarang, uangnya tidak hanya sudah digunakan dan Qiao Nan diberikan kesempatan untuk melanjutkan pendidikannya.
Jika dia tahu akan terjadi seperti ini, dia tidak akan membiarkan Qiao Nan menyimpan uangnya sampai saat ini. Beberapa hari yang lalu dia harusnya merayu Qiao Nan untuk membelikan baju baru untuknya.
Saat ini, Qiao Zijin berfikir jika saja dia berfikir tentang ini beberapa hari yang lalu, dia pasti bisa mendapatkan uang yang ada pada Qiao Nan. Tapi sekarang sangatlah sulit.
"Baiklah, jangan bahas uang itu lagi, bagaimana dengan sikap belajarmu? Zijin apapun yang terjadi di masa lalu, Mama tidak akan membahasnya lagi. Tapi setelah kau masuk SMA, kau harus berusaha keras." Ding Jiayi berfikir tentang nilainya dan tidak bisa menahan untuk tidak mengerutkan dahinya.
"Aku mengerti." Kata Qiao Zijin, hatinya sangat panas. Dia juga ingin belajar sangat keras dan menjadi seperti Qiao Nan, yang selalu tiga besar di kelas, jadi orang tuanya akan bangga padanya kemanapun mereka pergi. Dia juga akan bangga pada dirinya sendiri.
Tapi...
"Qiao Nan sedang belajar. Kau tidak bernilai bagus di SMP, kau bisa memintanya untuk mengajarimu." Mata Ding Jiayi berbinar saat mendapat ide ini. Padahal dia selalu melakukan hal yang sama sebelumnya.
Qiao Nan kelas 1 dan Qiao Zijin kelas 2. Ketika Qiao Zijin tidak bisa mengingat apa yang dipelajari di kelas 1 ketika mengerjakan soal matematikanya, Ding Jiayi akan meminta Qiao Zijin bertanya pada Qiao Nan.
Tetapi, pada orang – orang, Ding Jiayi akan selelu memberitahu mereka Putri tertuanya lah yang mengajarkan adiknya, dan membuat adiknya mendapat nilai bagus, itu adalah hasil pengorbanan putri tertuanya untuk memenuhi keinginan adiknya.
Mata Qiao Zijin berbinar, Benar, bagaimana bisa dia tidak berfikir tentang ini? Jika dia terus menempel pada Qiao Nan, bukankah Qiao Nan jadi tidak punya waktu untuk belajar?
"Nan Nan." Saat ini Qiao Nan tidak mengetuk pintu dan langsung masuk ke dalam kamar Qiao Nan.
"Apa kau berfikir untuk merebut bukuku lagi?" Qiao Nan bahkan tidak mengangkat kepalanya, dia sedang berusaha menyelesaikan soal matematika.
Untuk Qiao Nan, menyelesaikan soal matematika, kau harus mengerti semua contoh yang aada di buku soal. Catatan yang ada dibuku yang dia beli lebih mudah di pahami, dan cara penyelesaiannya lebih mudah membuat Qiao Nan bisa mengerjakannya lebih baik.
"Tidak, aku disini untuk bertanya." Ketika mengintip dan melihat Qiao Nan membaca tentang hal yang paling sulit dia kerjakan- matematika, Qiao Zijin berkata dengan penuh percaya diri.
Qiao Nan bergerak dan menutup bukunya. Ujung bibirnya melengkung dan menatap Qiao Zijin. "Kau datang atas kemauanmu atau Mama yang memintanya?"
Di kedua hidupnya, sejak kapan Qiao Zijin suka belajar?
"Tentu saja, aku datang atas kemauanku sendiri." Qiao Zijin membantu dirinya mencari tempat, dan duduk. "Nan Nan ajari aku menyelesaikan soal ini."
Qiao Zijin dengan sewenang – wenang mengganti halaman dan menunjukan sebuah soal.
Qiao Nan mengambil buku itu kembali dan mengerluarkan sebuah buku tugas dan menyalin soal yang Qiao Zijin tanyakan.
Ketika melihat apa yang dilakukan Qiao Nan, Qiao Zijin tertawa.
Tidak lama setelah Qiao Zijin tertawa, dia mendengar Qiao Nan menyobek kertas dia menyalin soal tersebut. "Ayah!"
"Ada apa?" ketika Qiao Dongliang mendengar suara putri kecilnya, dia langsung datang.
Ketika Qiao Nan memanggil, Qiao Dongliang langsung datang tanpa ragu – ragu. Qiao Zijin mencibir tidak senang.
"Ayah, Kakak bilang dia tidak tahu bagaimana menyeselaikan soal kelas dua ni. Aku harus belajar. Ayah bisakah kau mengajari Kakak?" kemudian, Qiao Nan menyerahkan kertas dengan soal kepada Qiao Dongliang.
Dia tidak mau menyia – nyiakan perasaan ataupun uangnya pada Qiao Zijin, apalagi waktu dan energi, yang lebih penting dari pada uang.
"Akan aku lihat." Qiao Dongliang mengambil soal matematika tersebut. Kemudian melihatnya, dia tahu bagaimana cara menyelesaikannya.
Qiao Dongliang tidak memiliki pendidikan tinggi. Kedua putrinya bersekolah, sesekali Qiao Dongliang mengambil dan membaca buku – buku anaknya, berfikir bisa membantu mereka.
Sangat jarang putrinya tidak tahu apa yang dia ketahui. Qiao Dongliang merasa sangat termotivasi. "Zijin, kau ambil buku dan pulpen kemudian ke ruang belajar, aku akan mengajarimu."
Tanpa menunggu penolakan Qiao Zijin, Qiao Dongliang menarik Qiao Zijin dan keluar.
Melihat ketidak inginan Qiao Zijin di bawa pergi, Qiao Nan tertawa dan membuka kembali bukunya dan melanjutkan belajarnya.
Beristirahat dengan baik semalaman, esoknya dengan 20 yuan dari Ding Jiayi dalam kantongnya, Qiao Nan melapor ke sekolah.
Setelah membayar biaya pendidikannya tersisa 3 yuan. Qiao Nan dengan mudah menghabiskannya untuk kebutuhan sekolahnya.
Dia biasanya menggunakan barang sisa dari Qiao Zijin. Tiba – tiba dia punya barang miliknya sendiri. Qiao Nan tidak percaya.
Dengan beberapa buku baru, Qiao Nan berfikir, dan dia tidak membawa semua buku barunya pulang ke rumah. Melainkan dia menyimpan semuanya di rumah keluarga Zhai.
Dia lebih memilih untuk bangun lebih pagi untuk ke rumah keluarga Zhai untuk mengambil bukunya dari pada meninggalkannya dirumah. Jika dia tidak penuh perhatian, Ibunya akan merusak semua bukunya.
"Dimana buku – bukumu?" melihat Qiao Nan hanya membawa satu buku pulang, Ding Jiayi memberikan wajah kesal. "Dari siapa kau menjaganya?"
Mata Qiao Nan menatap langsung Qiao Zijin dan berkata sedikit kencang, "Buku – buku itu terlalu berat, aku tidak bisa membawanya pulang, aku meninggalkannya disekolah."
"Bagaimana dengan uangnya?" sakit membahas tentang buku – buku itu, Ding Jiayi hanya bisa berfikir tentang uang. "Aku ingat biaya sekolahmu Cuma 17 yuan. Berikan aku 3 yuan yang tersisa."
3 yuan bisa untuk membeli sedikit daging.
Qiao Nan menggelengkan kepalanya. "Aku sudah menghabiskan semua uangnya, Ayah berjanji untuk membiarkan aku membeli alat tulis dan buku."
"Kau boros!" Ding Jiayi marah. "Tidak mungkin menghabiskan semua 3 yuan! Berapa banyak yang kau habiskan? Cepat, ambil semuanya dan kembalikan mereka ke toko agar bisa di refund. Kakakmu punya banyak sisa, bukankah semuanya masih bagus untuk digunakan?"
Tidak menunggu Qiao Nan menjawab, Ding Jiayi mulai mencari di badan Qiao Nan dan berusaha mengambil semua uang darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rebirth To a Military Marriage : Good Morning Chief
RomanceNovel Terjemahan !! Di Terjemahkan secara Manual !! Lain dari yang lain xD Qiao Nan : Sampah ! Aku anak kandungmu, tapi aku di perlakukan seperti anak yang dipungut di jalanan. Faktanya kau memperlakukan aku lebih buruk dari pada itu. Ibu Qiao Nan...