Chapter 39 : Berani Menolak

96 11 0
                                    


Chapter 39 : Berani Menolak

Dengan kata – kata itu, Qiao Dongliang dengan tegap kembali ke kamarnya tanpa memikirkan reaksi Ding Jiayi.

Mata Ding Jiayi berair, menangis, dia berteriak pada Qiao Nan, "Ini semua salahmu, kau puas sekarang? Kau pembawa sial, tidak ada kedamaian dirumah setiap hari karena mu, apakah aku mendapatkan ini karena kehidupanku sebelumnya?"

Qiao Dongliang bersikeras melihat buku tabungan dan menemukan masalah itu karena kata – kata Qiao Nan. Memikirkan ini, Ding Jiayi meluapkan semua frustasinya ke Qiao Nan.

"Nan Nan, kali ini kau keterlaluan, ini adalah Ibu kandung kita, bagaimana kau melukainya seperti itu?" Qiao Zijin masih cemburu Qiao Nan punya kesempatan dekat dengan Zhu Baoguo dan berusaha menjelekkan Qiao Nan.

"Aku tidak yakin apa dia Ibu kandungku, tapi aku yakin dia Ibu kandungmu. Nilai mu buruk, dia menghabiskan semua tabungan dirumah untukmu melanjutkan pendidikan. Nilaiku tidak pernah buruk, namun dia bersikeras aku berhenti sekolah dan bekerja. Siapa yang berhutang pada kehidupan sebelumnya, siapa yang membayar hutang?"

Qiao Nan tidak bisa menahan perasaannya lagi. Dia mempertanyakan Ding Jiayi dan Qiao Zijin.

Walaupun dia berhutang pada Ding Jiayi, dia sudah cukup membayarnya dikehidupan sebelumnya. Dia sebenarnya di dorong ke kematian oleh Ibunya sendiri... dia bahkan memberikan nyawanya pada Ding Jiayi.

"Mama, kau sering bilang aku tidak cukup baik. Biarkan aku bertanya padamu, Kakak lebih tua dari ku, aku melakukan semua pekerjaan rumah, apa yang kakak lakukan? Lagi pula aku adalah pelayan yang menunggu perintah sedangkan kakak adalah putri dari keluarga kaya, jadi kau mengambilku dari jalanan kan? Walaupun aku tidak berkata apa – apa, bukan berarti aku tidak tahu. Kau sangat pilih kasih dengan kakak dan menghabiskan seluruh uang untuknya, tapi kau ingin aku untuk bekerja jadi aku bisa menutupi kerugiannya. Mama, dalam melakukan ini, tidakkah kau merasa bersalah?"

"kau..." Ding Jiayi merasa bersalah. "Kau, omong kosong apa yang kau katakan? Aku, aku memintamu untuk bekerja benar – benar untuk kebaikanmu. Walaupun kau lebih baik dalam pendidikan, kau mungkin tidak akan sukses dan bisa menghasilkan banyak uang di masa depan."

"baik disekolah mungkin tidak memberikan kesuksesan di masa depan, jadi kita lebih baik bekerja lebih awal. Mama kalau begitu dengan nilai kakak yang rata – rata apa kau tidak takut kakak tidak bisa mencari uang dimasa depan nanti. Apalagi, kau menghabiskan banyak uang hanya untuk dia melanjutkan sekolah yang tidak berguna. Mama aku sudah 15 tahun bukan 5 tahun, kau pikir aku percaya dengan apa yang kau katakan?"

Qiao Nan marah namun geli dengan kata – kata Ding Jiayi. Ding Jiayi sebenarnya mengatakan itu... dia mengancamnya seperti anak usia 3 tahun.

"Percaya? Apa aku harus peduli kau percaya atau tidak denganku?" dengan jawaban yang menekan dari Qiao Nan, Ding Jiayi marah dan berkata dari hatinya, "Biar aku beritahu, kau berhutang pada keluarga kita. Jika bukan karenamu, Ayahmu akan tetap berada didalam tentara, memegang posisi Battalion Commander. Aku bahkan tidak membahas tentang diriku, sebelum aku melahirkanmu. Aku punya pekerjaan yang nyaman. Semua itu.. bukankah salahmu? Tanpamu, apakah keluarga Qiao akan jadi seperti ini? Semua karenamu.. pembawa sial. Semua karena mu aku tidak bisa dengan bangga mengangkat kepalaku di depan orang lain. Beritahu aku, siapa yang membuat itu semua, kau tidak berguna hanya tahu bagaimana menyia – nyiakan uang keluarga. Jika aku tidak pilih kasih dengan kakakmu, dengan siapa lagi, pembawa sial sepertimu?"

Qiao Nan tertawa. "Jangan berkata seorang itu benar. Apa aku memintamu untuk punya anak ke 2? Apa kau dengan rela menyerah dengan pekerjaan yang tadi kau bilang demi untuk ku.. putrimu? Itu untuk anak laki – lakimu. Kau hanya bisa menyalahkan perutmu yang mengecewakan. Setelah kau menyerahkan semua yang kau banggakan akhirnya kau tetap melahirkan seorang anak perempuan yang menghabiskan uang, benar?"

Ding Jiayi tidak hanya sering memanggil Qiao Nan gadis sial, tapi juga putri yang menghabiskan uang.

"Mama, jangan pikir aku tidak tahu apapun. Ketika kau merayu Ayah untuk punya anak ke 2 dan merayunya meninggalkan tentara, kau sendiri yang bersedia melakukannya untuk anak laki – lakimu. Kau menyerahkan semuanya untuk anak laki – lakimu tapi akhirnya melahirkan aku.. kau menyalahkan aku untuk ini? Aku tidak juga tidak bisa memilih jenis kelamin ataupun Ibuku... ini alasan yang sama!"

Jika dia punya pilihan, dia tidak akan berharap menjadi putri Ding Jiayi, apalagi putri kecilnya.

"kau... bagaimana bisa kau mengatakan itu?" Ding Jiangi mengangkat tangannya dan menampar Qiao Nan dengan keras, samapi darah jatuh dari bibir Qiao Nan.

Ding Jiayi selalu berfikir bagaimana bagusnya jika dia tidak melahirkan Qiao Nan.

Tetapi, ketika mendengar putrinya yang dia tidak suka merasakan hal yang sama, Ding Jiayi merasa marah dan terhina.

"Ding Jiayi kau sudah gila?" Qiao Dongliang yang sedang merasa buruk di kamr, mendengar pertengkaran antara Ding Jiayi dan Qiao Nan semakin parah, dan dia keluar dari kamar. Hal pertama yang dia lihat adalah Ding Jiayi menampar Qiao Nan.

Qiao Dongliang menarik Qiao Nan ke sisinya. "bukankah kau yang melahirkan Qiao Nan, bagaimana bisa kau memukulnya putrimu sendiri seperti itu?"

"Kau tidak dengar apa yang dia katakan tadi, dia bilang aku tidak memperlakukannya seperti putriku, apa dia memperlakukan aku seperti ibunya? Dia tidak mau aku menjadi Ibunya!" Ding Jiayi berteriak, dengan tegas.

"Kau harusnya berkaca dengan prilakumu terlebih dahulu. Nan Nan tidaklah salah dengan apa yang barusan dia katakan. Aku keluar tentara dan kau resign... bisa kita menyalahkannya untuk itu? Salahkan dirimu sendiri! Salahkan aku! Tapi Nan Nan, apa yang barusan kau katakan sangat keterlaluan. Tidak peduli apa, dia adalah ibumu. Bagaimana kau bisa mengatakan hal seperti itu untuk melukai ibumu? Ibumu mudah emosi, kata – katanya tajam seperti pisau tapi sebenarnya dia mencintai dan menyayangimu."

Setelah Qiao Dongliang memarahi Ding Jiayi, dia juga memarahi Qiao Nan. Keduanya adalah Ibu dan Anak kandung tapi mereka bertengkar seperti musuh.

"Menyayangi aku, Ayah apakah ada Ibu yang Ibu yang akan menyayangi aku seperti itu? Qiao Nan tertawa. Sebelumnya, ayahnya marah tapi dia masih berharap memiliki kehidupan yang harmonis dan makmur keluaraganya.

Di kehidupan ini, dia tahu bagaimana berusaha untuknya sendiri dan tidak ingin menyerah. Tapi ayahnya selalu ingin menjadi orang baik dan bermain menjadi penengah di situasi ini.

Tetapi antara dia dan Ibunya, ada titik hitam di hati mereka. Sudah tidak mungkin berhubungan baik satu sama lain untuk seharipun di seluruh hidupnya.

"Ayah, aku demam sebelum sekolah dimulai, kau tahu apa yang aku dengar ketika aku tiduran di kasur? Aku mendengar Mama memberitahu Kakak aku hidupku penuh kesialan, murahan dan keras. Aku tidak akan mati karena demam. Selama aku terlambat masuk sekolah, mereka akan memintaku mencari pekerjaan. Ayah, kau sehatusnya tahu sekarang kenapa Mama bersikeras aku mencari pekerjaan. Jika aku bekerja dan mencari uang, apakah mama akan membiarkan aku untuk menyimpannya walaupun 1 sen? Ingin aku bekerja dan membantu kakakku sekolah? Kita berdua putrinya, kenapa, begini caranya menyayangiku?"

Qiao Nan menangis melampiaskan semuanya. Tangisannya lebih menyedihkan dari pada Ding Jiayi. "Hari itu, demamku sangat buruk aku bahkan tidak bisa bangun. Tapi Ibuku sangat baik, dia membeli semangka, kakak memeluk setengah buah semangka dan memakannya dengan sendok, semuanya sendiri. Tentu saja, Ibuku sangat menyayangi aku! Aku sakit dan teridur di kasu, dia membuang obat dan menolakku meminumnya. Aku sangat haus samapai aku tidak bisa berbicara tapi tidak ada seorangpun di rumah yang akan memberiku seteguk air. Ayah, bisakah kau beritahu aku kenapa Ibu sangat menyayangi aku. Ibu yang sangat menyayangi anaknya, siapa yang mau, siapa yang bisa hidup seperti itu?"

Rebirth To a Military Marriage : Good Morning ChiefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang