“The real man never wanna hurt a women.”—Iridescent.
***
“Yang menyia-nyiakan suatu saat akan disia-siakan, dan yang disia-siakan suatu saat akan merasakan apa yang namanya diperjuangkan. Hidup itu adil, Tha. Believe it.”
Agatha tetap diam, dia beralih memandang langit biru. Sekarang dia dan Xela sedang duduk menghabiskan sisa jam istirahat di taman sekolah yang sepi. Bekal dikotak biru berisi dua sandwich milik Xela sama sekali tak disentuh oleh mereka.
“Gue eum, gue nggak tahu harus terlibat situasi rumit kayak gini, Xel. Gue sayang Bara, gue juga nyaman sama Gevan. Mereka masuk ke hidup gue, tapi sama-sama punya masa lalu sama Aletta. Gue jadi canggung sama Aletta sekarang, padahal dia baik, gue susah bersifat nggak kikuk sama dia sekarang.”
“Kalau emang lo masih mau berjuang, its okay itu hak lo, tapi kalau lo mau berhenti gue bisa atur lo sama cowok lain yang lebih tahu ngehargain perasaan dibanding Kakak gue sama Bara.”
Agatha diam lama. “Gue udah mutusin buat berhenti. Berhenti ganggu dunia Bara, ataupun Gevan. Gue juga nggak mau deket sama cowok untuk saat ini.” Agatha tertawa sumbang. “Emang ada cowok yang mau sama gue? Kalau Aletta mungkin.”
“Lo cantik Tha, kenapa lo nggak percaya diri?” tanya Xela tak paham.
“Kalau gue cantik kenapa Bara nggak suka sama gue, Xel?” tanya Agatha namun hanya angin yang menbawa pergi ucapannya karena tak bisa dijawab siapapun. Hati tidak ada yang tahu.
“Lo tahu Tha?” tanya Xela. “Gue dari dulu nggak pernah suka sama Aletta, dia sok sempurna, kalau emang dia merasa begitu sempurna seperti kata orang-orang padanya, kenapa dia nggak pindah dari bumi aja? Bumi terlalu sampah buat orang-orang sempurna seperti mereka. Bumi cocoknya cuma buat orang-orang kayak lo dan gue. Lo yang nggak pernah bahagia dan gue ... gue yang udah rusak.” nafas Xela tercekat, dia menangis tersedu-sedu, Agatha mendekat dan mengusap punggungnya. Ada sesuatu yang dia simpan rapat dibalik senyumnya seperti Agatha. Agatha tak paham artian rusak yang dimaksud Xela, tapi jika dia sampai seperti ini, Agatha tak akan bertanya yang membuat dia semakin hancur, Agatha hanya ingin Xela tahu kalau dia selalu ada jika Xela perlu temen curhat.
***
Agatha duduk diam. Aletta disampingnya beberapa kali mencuri pandang padanya, Agatha tak mengerti arti pandangan itu tapi pandangan Aletta menunjukkan kalau dia ingin bertanya suatu hal.
“Agatha?”
Agatha tersentak dari lamunannya, dia yang sedang memandang kearah jendela dengan kosong langsung menoleh kedepan dimana Bu Gifa memangilnya.
Agatha meringis saat tatapan tajam Bu Gifa menghunusnya. “Kamu dengar saya panggil dari tadi tidak?”
“Nggak Bu,” jawab Agatha disambut tawaan seisi kelas, samar-samar dia mendengar suara Nesa yang mengatainya 'lemot' namun itu sudah menjadi makanan sehari-hari Agatha kenapa dia harus peduli.
Bu Gifa menghela nafas berat. “Kamu jelasin ulang apa yang saya ngomong tadi.”
Shit. Kenapa semua guru tak ada yang baik padanya sih? Agatha tahu dia bodoh dan pantas mendapatkannya. Gadis itu mengigit bibirnya gugup, detik-detik berlalu seperti siksaan berat baginya sampai saat sebuah catatan rapi digeser kearahnya.
“Cepetan ngomong, tadi aku rangkum disitu.”
Dan, seharusnya Agatha tak membenci orang sebaik Aletta hanya karena mereka bagai beauty and the beast, langit dan bumi, atau Aletta jutsru menjadi kaca yang memantulkan segala kekurangan Agatha? Karena setiap kali melihat Aletta sekarang, Agatha selalu bertanya-tanya kenapa dia tak memiliki mata seindah itu, kenapa dia tak memiliki hidung setinggi itu, kenapa dia tak memiliki pipi setirus itu, kenapa dia tak memiliki rambut sehalus itu, kenapa dia tak memiliki wajah sebening itu, kenapa dia tak memiliki tubuh se-proposional itu, kenapa dia tak memiliki otak secerdas itu, atau mungkin kenapa dia tak bisa mencuri hati Bara seperti yang gadis itu lakukan?Karena setiap kali melihat Aletta yang begitu sempurna Agatha selalu sadar bahwa mereka terlalu jauh, dan seharusnya dia tak pernah bermimpi menyukai Bara kalau saja gadis yang bisa mencuri hati Bara sesempurna ini, Agatha terlalu berharap atau mungkin bermimpi.
***
Update lagi, senang nggak?
Eh btw makasih iridescent peringkat 15 fiksi remaja dari 83,4 ribu cerita yang makai hastag itu! Makasih sayang kalian uwuwuw ❤️❤️
Jangan lupa vote, coment, biar aku makin semangat updatenya ya!
kharlynUlle,
16 Februari 2020.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iridescent [SUDAH DITERBITKAN]
Teen FictionSebab, sejauh apapun Agatha berusaha mendapatkan hati Bara semuanya akan tetap sama; percuma. Untuk apa melakukan hal yang sia-sia, kan? Sama saja seperti hidupnya yang palsu. [CERITA TELAH DITERBITKAN] #04 on fiksiremaja [17 Februari 2020] #05 on...