11| Kemauan Irene

106K 6.5K 109
                                    

-

Agatha menarik tangannya dari cekalan Xela. “Kita mau kemana, sih? Udah bel masuk kelas.”

“Udah ayo! Kita ke rooftop sekarang, gue punya berita penting buat lo,” jawab Xela.

Agatha tak mampu menolak lagi, dia mengangguk dan berjalan cepat membuntuti Xela yang sudah duluan didepannya.

Keduanya sampai diatas rooftop sekolah. Angin siang membelai rambut Agatha sehingga ikut bertebaran diudara.

Xela mengeluarkan ponsel bercase pink dari dalam saku roknya, dia menekan-nekan benda pipih itu sebentar sebelum menunjukkan pada Agatha. “Itu lo, kan?”

Mata Agatha memperinci dan dia tersentak saat mendapati foto dirinya, Bara dan juga Gevan waktu di arena balap itu sekarang ada di ponsel Xela. “Iya,” jawab Agatha matanya menatap Xela tanya. “Lo dapet fotonya darimana?”

Xela menganga tak percaya. “Lo nggak masuk grup angkatan?”

Agatha mengernyit. Jangankan, grup angkatan, grup kelas saja dia tak dimasukkan. Dia terlalu alien untuk bergabung dalam kehidupan manusia-manusia normal. Agatha terbiasa sendiri, ditemani luka, dia tak masalah selama dia masih bisa mendekati Bara.

Agatha tersentak bukan itu masalahnya sekarang. Mulutnya terbuka lebar. “Bara ... Bara udah tahu?”

Xela menghembuskan nafas panjang kemudian mengangguk. “Sekarang, lo, Bara juga Kak Gevan sedang jadi trending topik disekolah. Banyak yang bilang kalau lo keganjenan.”

Agatha tak peduli apa kata orang tentangnya. Dia sudah sering dikata-katain. Untuk apa peduli? Itu hanya akan membuatnya lebih sakit lagi.

Ponsel Agatha berdering, menyadarkan keterdiaman antara Xela dan Agatha. Agatha mengeluarkan ponselnya dari saku rok dan membaca pesan yang masuk disana.

IRENEBAD: temuin gue dibelakang sekolah sekarang. Gue tunggu. Inget, sekarang.

Agatha terkejut. Tak biasanya, Irene mau bertemu dengannya disekolah seperti ini. Selain karena citra Agatha disekolah yang sudah rusak. Perempuan itu juga paling malas berada dekat-dekat dengan Agatha, walaupun hampir seisi sekolah sudah mengetahui bahwa mereka saudara. Tapi Irene selalu membalasnya dengan 'cuma saudara tiri', 'apaan sih gue ogah saudara sama dia', 'untung bokap-nya kaya', 'tau tuh, malu-maluin aja pantas gak ada yang sayang sama dia'.

Gue duluan ya, Xel, bye!” ucap Agatha disertai senyuman lebarnya sampai membuat Xela mengernyit sekuat itukah dia?

***

Agatha sampai dibelakang sekolah dan dia sibuk mencari sosok Irene yang sama sekali tak ada.

“Sini lo!” teriak Irene dari belakang pohon. Rupanya dia sedang berteduh disana karena saat ini sinar yang disenter kan matahari begitu menyengat. Agatha bergegas mendekatinya.

Irene langsung menunjukkan layar ponselnya dihadapan Agatha. Menunjukkan foto yang sama dengan yang tadi Xela tunjukkan. Agatha tahu, walaupun Irene kelas XII, namun berita ini akan cepat sampai ditelinganya. Dia lumayan populer dan juga memiliki banyak akses dari temen-temennya yang ada di berbagai kalangan. Khususnya, temen-temen ekskul cheers nya. Walaupun dia juga tidak pintar seperti Agatha, namun dia banyak mengikuti ekskul dan juga lumayan populer dengan wajah cantiknya. Hal itu yang membuat Agatha sering kali minder jika berdiri dekat dengannya.

“Gue suka sama Gevan. Jauhin dia,” pinta Irene mendadak, menyadarkan lamunan Agatha. Agatha menatapnya tanya yang dibalas tatapan tajam Irene.

“Gue suka sama Gevan!” ulang Irene dengan nada lebih kencang. “Lo tahu? Dia bahkan selalu risih saat gue deketin dia. Tapi, kenapa dengan lo, dia justru nyaman?” Irene menunjukkan wajah binggung.

Agatha menghembuskan nafas panjang. “Gue deket sama dia cuma karena gue punya utang—”

Irene memotongnya. “Gue nggak peduli utang atau apapun itu. Gue cuma mau lo jauhin Gevan. Kalau lo nggak mau gue bakal nunjukin foto ini ke papa, papa pasti kecewa anak gadisnya main ke tempat balapan liar.”

***

Next? Vote dan coment yang banyak ya~

See you,

kharlynUlle.

22 Januari 2020.

Iridescent [SUDAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang