-
Agatha duduk meringkuk di halte bus seperti seekor kucing kedinginan. Dia tak punya tujuan khusus sekarang, hanya berdiam diri saja. Beberapa orang yang duduk disampingnya sambil menunggu bus sesekali memandangnya sinis sambil berbisik-bisik yang dapat didengarnya dengan jelas.
“Dia kan yang tadi fotonya kesebar sama Bara dan Kak Gevan di arena balap, kan?”
“Iya, Agatha! Yang dari dulu ngejar-ngejar Bara padahal Bara nggak sudi.”
“Dia saudaranya Kak Irene juga, kan?”
“Saudara sih tapi kayak orang asing, Kak Irene mungkin nggak sudi kali, gue juga kalau punya saudara kayak dia ogah banget.”
“Jadi selain nggak punya malu, kegenitan sama Bara dia mau sama Kak Gevan lagi? Kayaknya dia cari cowok-cowok yang tampan sama famous deh!”
“Bukan itu masalahnya doang, dari foto itu kita tahu kalau Bara nggak sebaik yang kita pikirkan, kan? Dia katanya sering ikutan balapan liar.”
“Biasa aja sih menurut gue, wajah Bara kan emang sangar-sangar gitu. Kita aja yang nggak tahu kehidupan aslinya karena dia tertutup nggak kayak Kak Gevan.”
“Iya-iya lo kan cinta mati sama Bara kayak cewek samping kita!” “Eh dia nengok ke kita!”
“Siapa?”
“Itu yang disamping kita! Si Agatha!”
Kuping Agatha memanas mendengar ucapan dari dua gadis yang diketahuinya seangkatan denganya dilihat dari lambang dilengan kiri mereka.
Kedua gadis itu kemudian pura-pura berbicara hal lain yang tak dipahami Agatha. Sebuah bus berhenti dan kedua gadis itu bergegas masuk. Kepergian mereka membuat Agatha menghembuskan nafas panjang, akhirnya bebas juga.
Ponselnya bergetar dengan gerakan lambat Agatha mencarinya dan membuka pesan yang masuk.
MyBara: lo dimana?
Agatha: gue nggak bolos, ya. Gue sakit jadi pulang pas jam istirahat
MyBara: gue g tanya lo knp, gue nanya lo dmn skrng
Agatha tersentak, mana mungkin Bara peduli padanya juga, kan? Dia terlalu berharap.
Agatha: dihalte bus
“Agatha?”
Panggilan itu membuat Agatha tersentak dan mendongak. Dihadapannya sudah ada Gevan yang sedang duduk diatas motornya dengan kaca helm yang terangkat.
“Kenapa lo belum pulang?” tanya Gevan lagi. Dia mengernyit kemudian tersenyum tipis. “Lo nggak punya ongkos lagi, apa gimana?”
Agatha berdecak. “Apaan sih! Gue masih mau disini!”
Gevan balas berdecak. “Gila lo! Mana jeket gue sama uang makanan yang lo jatuhin?”
Agatha tersentak lagi. “Gue lupa bawa!”
Gevan mendelik. “Yaudah nggak usah balikin, buat lo aja.”
“Uangnya juga nggak usah ganti?” tanya Agatha semangat.
Gevan mengangguk malas, dia mengeluarkan sebuah ponsel berwarna silver dengan logo apple dan memiliki tiga kamera, disodorkan kedepan Agatha. “Buat lo.”
Agatha tersentak. Dia tahu itu iphone 11 pro max yang sama dengan punya Bara. Harganya juga begitu mahal. Gadis itu mengeleng cepat. “Gue nggak punya uang buat lunasin!”
“Ambil aja tadi gue ngotot dikasih sama tuh cewek padahal gue nggak minat sama sekali.”
Agatha mengambilnya. “Makasih banyak, Gevan! Lo emang temen terbaik gue!”
Gevan tersenyum. “Ayo naik, gue anterin pulang.”
Senyuman di wajah Agatha kian melebar. Dia naik keboncengan Gevan dan motor lelaki itu melaju. Agatha mengeluarkan ponsel lamanya dan tersentak saat sebuah pesan masuk beberapa menit lalu.
MyBara: gue jemput lo sekarang
***
Akhirnya finish juga part 12! Jangan lupa vote dan coment, ya!
Salam sayang,
kharlynUlle.
23 Januari 2020 (Aku yang baru pulang dari sekolah karena sakit)
KAMU SEDANG MEMBACA
Iridescent [SUDAH DITERBITKAN]
Teen FictionSebab, sejauh apapun Agatha berusaha mendapatkan hati Bara semuanya akan tetap sama; percuma. Untuk apa melakukan hal yang sia-sia, kan? Sama saja seperti hidupnya yang palsu. [CERITA TELAH DITERBITKAN] #04 on fiksiremaja [17 Februari 2020] #05 on...