28| Pelik

107K 7.2K 1.2K
                                    

-

Agatha pikir, Bara akan semakin mendekatinya. Namun nyatanya tidak, lelaki itu justru kian dekat dengan Aletta. Seperti saat ini, kelas mereka ada jam olahraga dan materinya tentang renang jadi Pak Raden-guru olahraga menyuruh mereka agar berganti baju dan pergi ke kolam renang di lantai dua namun sedari tadi Aletta hanya merengek, katanya perutnya sakit, dengan baik hati Agatha menawarkan untuk mengantarnya ke UKS namun gadis itu menolak dan berkata bahwa dia hanya butuh ditemani Bara.

Dan jawabannya? Bara akan selalu melakukan apapun yang dikatakan Aletta.

Agatha menghela nafas panjang dia bergegas keluar kelas meninggalkan Bara yang sedang menemani Aletta.

"Perut gue sakit, Bar," suara rengekan Aletta terdengar.

"Kenapa? Mau makan? Minum obat atau apa?" balas Bara intonasi nadanya datar namun bisa membuat hati Agatha kian patah.

"Enggak, Bar. Aku nggak mau apa-apa, aku cuma butuh kamu."

Agatha bersandar ditembok samping kelas menunggu reaksi Bara.

"Aku sayang kamu, Bar. Aku cemburu lihat kamu dekat sama Aletta."

Agatha mengeleng, jawaban Bara pasti sama, Agatha paham lelaki itu juga menyukai Aletta. Dengan cepat Agatha bergegas pergi tak ingin mendengar jawaban Bara yang pasti kian membuat hatinya patah.

Agatha sampai di tempat kolam renang dan melihat hanya ada temen-temennya disana sepertinya Pak Raden masih ada keperluan sebentar sebelum kesini. Agatha berniat berjalan menuju tempat dipaling belakang namun tiba-tiba sebuah kaki menyandung dirinya, dan dengan cepat juga tubuh Agatha oleng dan jatuh masuk kedalam kolam yang dalam.

Agatha berusaha meraih permukaan air tapi susah karena dia tak bisa berenang, gadis itu mengap-mengap sambil melayangkan tangannya, kepalanya kian memusing, hanya suara tertawa temen-temennya yang terdengar semakin jauh diatas sana, kepala Agatha semakin memberat, dia akhirnya kehilangan kesadaran dengan tubuh yang perlahan menyusut ke dasar kolam.

Bara memutuskan meninggalkan Aletta sendiri dikelas, lelaki itu memasuki kawasan kolam yang nampak riuh.

Lino buru-buru menghampirinya. "Bar! Bar! Agatha tengelam! Gue nggak diizinkan Edo buat tolongin!"

Emosi Bara mengepul, dia bahkan mendorong tubuh Lino menjauh agar memberinya celah.

"Agatha!" teriak Bara detik berikutnya dia melompat masuk kedalam kolam, berenang kedasar dan mengendong tubuh Agatha yang sudah terkulai lemas.

Bara naik kepermukaan air, dia membawa Agatha dipungungnya lelaki itu menaruh tubuh Agatha di lantai dekat kolam.

"Bangun, Agatha! Bangun!" nafas Bara memburu, dia menepuk pipi Agatha namun hasilnya nihil. Bara menghela nafas panjang, dia kemudian menaruh kedua tangannya didada Agatha dan menekannya, namun hasilnya sama saja gadis itu tak kunjung bernafas. Bara mendekatkan wajahnya pada wajah Agatha, kemudian membungkam mulutnya. Memberinya nafas buatan sambil menutup hidung gadis itu. Bara melepaskan bibirnya dan saat itu juga Agatha terbatuk kecil.

Bertepatan dengan hal itu, Aletta muncul di pintu menuju kolam renang. Gadis itu tersentak mendapati wajah Bara dan Agatha yang begitu dekat. Aletta mengeleng, dia kemudian berlalu dari sana dengan membawa hatinya yang patah. Tak ada yang boleh mengambil Bara dari sisinya. Tak boleh, dan selama masih ada dirinya, Aletta tak akan membiarkan hal itu terjadi.

***

Agatha tersentak, dia bergumam sebelum membuka matanya dan mendapati ruangan bernuansa putih didepan matanya. Gadis itu berbalik kesamping dan mendapati Xela sedang bermain ponsel.

"Xel?"

"Astaga Tha, lo udah sadar?"

Agatha mengernyit. "Emang gue kenapa?"

Xela mengeleng. "Ya ampun lo pikun juga ada batasnya kali. Tadi lo tengelam dikolam lo lupa?"

"Ah, iya!" Agatha menepuk kepalanya.

"Dan lo tahu siapa yang nyelamatin lo?"

Agatha mengeleng. "Pak Raden, kan?"

"BIG NO!" Xela berteriak. "Bara. Dan lo tahu? Dia juga kasih lo nafas buatan."

Agatha tersentak, tubuhnya seperti tersengat listrik mendengar perkataan Xela. Tangannya otomatis menyentuh bibirnya. "Bara ... cium gue?" ujarnya mendadak dengan wajah memerah.

"Kasih nafas buatan tapi emang cium sih, eh gitu pokoknya!" balas Xela karena merasa pusing sendiri dengan ucapannya.

Agatha tersenyum. Dia bangkit dari brangkar dan turun dengan cepat.

"Lo mau kemana? Jangan dulu lo baru sadar!" kata Xela namun Agatha dengan cepat memakai sepatutnya.

"Gue mau ketemu Bara! Mau bilang makasih!" Agatha membalas dengan teriakan. Xela menghembuskan nafas panjang, dia berlari mengejar Agatha. Langkah Agatha terhenti padahal dia belum sampai dikelas, Xela bergeser kesamping ingin melihat apa yang gadis itu lihat.

Bara sedang berpelukan dengan Aletta di depan kelas.

Agatha mengeleng, jantungnya seperti mengkerut mendadak, rasanya seperti diremas sesuatu tak kasat mata. Dia menyadari satu hal bahwa; Bara membuatnya terbang tinggi hanya untuk menjatuhkannya sedalam-dalam mungkin?

Agatha berbalik, dan terkejut kala melihat Gevan berdiri dibelakangnya. Xela bahkan sudah menghilang kemana. Gevan mendekat dan menarik tubuh Agatha kemudian memeluknya. "Masih ada gue." Agatha membalas pelukan Gevan dan tanpa disadarinya iris pekat milik Bara sudah menangkap sosok mereka. Semuanya sama-sama hancur dalam situasi pelik yang tak bisa dijelaskan siapapun.

***

Maaf baru update, aku belakangan ini sibuk banget. Entah itu urusan sekolah, keluarga, sosial atau apapun.

Next? 500 coment, 400 vote! Aku mau yang banyak-banyak biar gak sampai terus minggu depan baru update hehehe.

Bubay,

kharlynUlle.

19 Februari 2020.

Iridescent [SUDAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang