-
Agatha melambai pada Xela kemudian masuk kedalam kelasnya lengkap dengan senyum manisnya.
"Oh, Agatha, sudah kembali? Mrs pikir kamu ke UKS ini udah hampir satu jam soalnya," ucap Mrs Wendy kala Agatha melewatinya.
"Nggak Mrs, tadi saya ada urusan, hehehe."
Mrs Wendy hanya tersenyum membalasnya. "Tadi Mrs udah bagi tugas dan dikerjakan kelompok. Kamu sekelompok sama Bara, Lino dan Nesa, ya?"
Agatha awalnya begitu senang kala nama Bara disebut namun kala nama Nesa juga disebut dunianya runtuh.
Agatha mengangguk tak banyak protes. Dia memutar pandangan dan menatap ketiga orang yang kelompok dengannya sedang duduk berdekatan. Bara dan Nesa dan Lino didepan mereka duduk sendiri. Agatha tahu, Nesa yang pasti memaksa Lino untuk bertukar tempat. Namun ... kenapa Bara seperti biasa-biasa aja.
Agatha melangkah menuju meja itu dengan senyumannya. Dia duduk disamping Lino yang terdapat bangku kosong, melihat kedatangannya Nesa mencibir kesal. Sedangkan, Bara tetap sibuk mengerjakan sesuatu dibuku.
Bel istirahat berbunyi tepat setelah Agatha baru saja duduk di bangku tersebut beberapa detik.
"Nanti kerjanya dirumah, aja, udah nggak ada waktu," ucap Bara melihat semua orang disana kecuali Agatha.
"Dirumah gue aja, gimana?" usul Nesa.
"Terserah," sahut Bara.
Lino yang melihat Agatha yang berbicara merasa tak enak. "Lo bisa nggak, Tha, kerumah Nesa?"
Agatha menatapnya dengan pandangan polosnya dan sempat membuat Lino salah tingkah. "Gue nggak tahu rumah Nesa, Lin."
"Nanti gue send alamatnya ke wa lo, okay?" Agatha membalas dengan senyumannya.
Nesa menghembuskan nafas kasar. "Terserah deh, mau dia datang apa nggak, nggak rugi juga toh? Dia nggak bisa membantu apa-apa, otaknya aja sebelas dua belas sama batu."
"Nesa!" bentak Lino. Sedangkan, Bara hanya menatap mereka dengan bosan. Agatha diam-diam merasa sakit hati lagi-lagi dengan reaksi Bara padanya.
"Apa!?" tantang Nesa. "Gue ngomong fakta, kan?"
"Lo nggak boleh judge orang kayak gitu," tegur Lino. Agatha merasa semakin tak tahan disana. Dia bangkit dari bangkunya dan berlalu begitu saja setelah melempar senyum pada semuanya.
Langkah kaki Agatha membawanya menuju kantin, dia sedang sangat lapar sekarang.
Gadis itu masuk kedalam kantin dan dengan tiba-tiba dia menabrak seseorang yang baru saja selesai memesan makanan. Napan ditangan orang tersebut meluncur bebas kelantai. Agatha shock, dia mengangkat wajahnya dan pandangannya menatap seorang lelaki dengan wajah memerah menahan marah.
"JALAN PAKAI MATA GOBLOK!"
"Bukanya jalan pakai kaki, ya?" mulut Agatha membalas refleks dengan begitu polos.
"Bacot bangsat! Lo ganti makanan gue cepetan, anjing!" pinta cowok itu semakin murka.
"Enggak!" tolak Agatha cepat. "Eh, maaf udah jatuhin makanan lo, tapi gue nggak punya uang."
Nafas cowok itu memburu kencang dia memandang Agatha semakin bengis. Kemudian dengan emosi membludak, dia menarik tangan Agatha begitu saja menarik gadis itu keluar dari kantin.
"Eh! Eh, lo mau bawa gue kemana! Sakit tahu lepas!"
***
Jangan lupa voment ya. Aku capek banget sumpah, lelah.
Salam sayang,
kharlynUlle.
09 Januari 2020
6;37 pagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iridescent [SUDAH DITERBITKAN]
Fiksi RemajaSebab, sejauh apapun Agatha berusaha mendapatkan hati Bara semuanya akan tetap sama; percuma. Untuk apa melakukan hal yang sia-sia, kan? Sama saja seperti hidupnya yang palsu. [CERITA TELAH DITERBITKAN] #04 on fiksiremaja [17 Februari 2020] #05 on...