-
Agatha memutuskan untuk pergi sendirian ke danau tempat dia selalu datang ketika sedih. Dia sudah tak peduli kemana Gevan dan Irene pergi. Gadis itu menatap air danau yang tenang, menatap pantulan dirinya yang nampak menyedihkan disana.
"Hai Agatha yang disana," racau Agatha. "Gimana caranya biar bahagia?" hanya suara percikan air oleh anak kecil dijarak beberapa meter dari Agatha yang menjawab.
"Kenapa dunia jahat banget sama gue?" lanjut Agatha, dia beralih menatap langit biru diangkasa. Agatha menghela nafas panjang dan menidurkan dirinya dirumput sore ini, berniat menunggu senja yang sebentar lagi akan tiba.
Agatha mengeluarkan ponselnya dan mengetikan sesuatu disana.
To: MyBara
Bara udah makan belum??
Lagi apa sekarang??
Udah pulang latihan basket kan? Maaf Agatha gak bisa nonton, Agatha lg ada urusan.
Bara jangan lupa istirahat ya, pasti capek kan!!
Agatha ...
Agatha memejamkan matanya tak mampu mengetikan kalimat itu. "Agatha sayang sama Bara."
***
Agatha tiba dirumah pukul tujuh malam. Dia melangkah masuk dan menemukan Alana dan Papahnya sedang menonton TV bersama.
"Tha, udah pulang?" tanya Alana pura-pura baik seolah dia begitu pengertian pada Agatha, padahal kalau saja Dion tak ada mau Agatha pulang apa tidak itu bukan urusan mereka.
Melihat keterdiaman Agatha membuat Dion angkat suara. "Mama kamu lagi nanya."
"Iya," sahut Agatha pelan dan datar.
"Irene kemana?" tanya Alana lagi.
"Jalan-jalan sama Gevan."
"Gevan siapa?!" tanya Alana sontak bertepatan dengan Irene yang muncul dengan senyuman lebar bahagia. Ditangannya terdapat sebuah paper bag berwarna pink.
"Mama!" pekik gadis itu semangat, dia mendekat dan memeluk Alana membuat Agatha sedikit merasa miris. "Irene jalan bareng sama Gevan! Gevan cowok yang sering Irene ceritain!"
"Cowok tampan itu?" tebak Alana disambut anggukan semangat Irene. Gadis itu membuka paper bag nya dan menunjukkan sebuah baju disana. "Buat Mama! Dari Gevan?" namun sudut mata Agatha menangkap namanya disana. Sudahlah, percuma.
***
Pagi ini matahari mengintip malu-malu. Sepertinya hujan lebat akan turun. Agatha sudah berjalan lesu di koridor sekolah dengan jeket hijau tosca membalut tubuh mungilnya. Gadis itu sesekali melirik kedepan dan menunduk lagi, menghindari tatapan mencemooh orang-orang yang selalu mengganggunya.
"Agatha!" Xela tiba-tiba muncul didepannya dengan nafas ngos-ngosan. "Gue panggil dari tadi nggak nyahut-nyahut!"
"Maaf, Xel." Agatha meringis tak enak.
"Yaudah deh," balas Xela. Gadis itu kemudian ikut berjalan disamping Agatha.
Kening Agatha berkerut, senyumnya meredup sejenak. "Xel, gue boleh tanya?"
Xela menatapnya. "Tanya aja kali, lo kayak sama siapa aja."
Jadi begini rasanya berteman? Agatha membatin.
"Mau nanya apa?" tanya Celetuk melihat keterdiaman Agatha.
"Eum," Agatha membasahi bibirnya gelisah. Gadis itu melarikan pandangannya. "Elo ... elo sama Gevan ada apa?" pertanyaan Agatha disambut tawa meledak Xela.
"Lo suka sama kakak gue, Tha?"
WAIT, KAKAK!?
***
Maaf kalau partnya pendek atau apapun. Aku selalu menulis antara 400-600 world aja :) paling banyak maybe 700. Mohon pengertiannya ya :)
Jangan lupa vote dan coment ya buat next chapter!
kharlynUlle
Yang hari-harinya belakangan ini salalu hampa :)
06 Februari 2020.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iridescent [SUDAH DITERBITKAN]
Ficção AdolescenteSebab, sejauh apapun Agatha berusaha mendapatkan hati Bara semuanya akan tetap sama; percuma. Untuk apa melakukan hal yang sia-sia, kan? Sama saja seperti hidupnya yang palsu. [CERITA TELAH DITERBITKAN] #04 on fiksiremaja [17 Februari 2020] #05 on...