-
Gelap, pengat dan berisik, Agatha tidak suka. Agatha ingin pulang. Agatha menarik tangan Xela.
“Xela, gue mau pulang.”
Xela mengengam tangan Agatha lebih erat. “Sabar, Tha. Cepatan aja, diruang karaoke nomor tiga.”
“Emang mau ngapain kesana?” tanya Agatha kala tubuhnya bertabrakan dengan banyak orang didalam ruangan temaram ini. Bau rokok, alkohol dan bau lainya bercampur dan menguar diudara. Agatha rasanya mau muntah.
“Xel—argh!” seseorang yang sedang berjoget dibahwa lampu disko menabrak Agatha sampai terjatuh. Agatha meringis. Gadis itu bangkit dengan cepat, diantara ribuan orang dia mencari sosok Xela namun menghilang.
“Xel, Xel, lo dimana? Jangan tinggalin gue disini, gue takut!” Agatha berteriak, dia tak pernah merasa setakut ini ditempat asing sebelumnya. Namun kali ini dia begitu ketakutan, Agatha meremas cardigan coklatnya semakin erat, dengan susah payah dia menerobos lautan manusia didepannya. Namun, Agatha semakin ketakutan, dia tak menemukan jalan keluar. Dari arah sofa ditengah ruangan, sekumpulan lelaki memandangnya liar. Agatha menunduk, airmata tergenang dipelupuk matanya.
“Sendiri aja?” tiba-tiba suara seorang cowok menghampirinya. Agatha mendongak. Salah satu lelaki yang tadi duduk di sofa rupanya sudah berdiri di belakangnya.
“Mau main-main sama gue dulu, nggak?”
Agatha menatapnya sejenak. Lelaki didepannya seperti berumur kisaran dua puluh lebih. “Nggak, gue lagi cari ruang karaoke...” Agatha mencicit.
“Oh ruang karaoke? Mau gue anterin?”
Agatha merasa tak enak. Namun akhirnya, dia mengangguk. Siapa tahu lelaki ini tahu. Lelaki itu tersenyum dan mengandeng lengan Agatha, Agatha berusaha melepaskannya namun susah.
Nafas Agatha memburu. Suara music sayup-sayup menghilang. Mereka sampai disebuah pintu, Agatha mendongak dan mendapati atasnya tertulis; sex room. Agatha mengeleng, airmata sudah memenuhi kelopak matanya, dia menarik tangannya keras dan menendang tubuh lelaki itu sembarang sampai lelaki itu mengerang kesakitan, Agatha tak membuang-buang waktu, gadis itu berlari pergi dengan cepat. Menerobos ribuan orang, mencoba pergi dari sini. Lelaki itu mengejarnya dari belakang.
Tungkai Agatha melemas. Dan saat itu juga seseorang menarik bahunya kencang. Agatha terkejut dia menoleh dan mendapati wajah Bara yang sangat dirindukannya berdiri dibelakangnya. “Bar, gue takut.”
“Woy!” cowok yang tadi mengejar Agatha berteriak, dia sampai didekat Agatha, Agatha semakin ketakutan, lelaki itu berniat menariknya sebelum Bara duluan menyembunyikan Agatha dibelakang punggungnya.
“Siniin cewek itu! Dia mangsa gue, anjing!” ujar cowok itu kencang.
Bara mengernyit samar. Sebelum melayangkan satu tinjunya kearah cowok tersebut yang langsung tersungkur kelantai.
Cowok itu bangkit, dia balas menyerang Bara, keadaan kian pengat, teriakan terdengar dimana-mana, suara benda pecah, dan bunyi lainnya menjadi satu. Agatha merasa kepalanya memusing, yang terakhir kali dilihatnya adalah Bara-nya ditarik oleh seorang manajer club kedalam, sedangkan lelaki tadi diusir keluar oleh satpam. Seseorang meraih tangannya, kalut dimata Agatha semakin pekat.
“Gevan gue mau pulang.” kemudian semuanya gelap.
***
Agatha tersadar. Dia membuka matanya dan mendapati dirinya sedang berada di dalam mobil. Gadis itu mengercapkan matanya sekali dan menoleh kesampingnya. Kearah Gevan yang sedang mengemudikan mobil.
“Gevan? Bara? Bara mana?” tanya Agatha tiba-tiba membuat Gevan terkejut.
“Dia baik-baik aja.”
“Nggak! Tadi hidung Bara berdarah terus dia ditarik sama seseorang masuk kedalam club.”
“Lo nggak perlu khawatirin dia. Orang yang tadi narik dia manajer club, temennya juga sih, dia pasti baik-baik. Mending sekarang lo khawatirin diri lo sendiri. Kenapa lo ke club?”
Agatha menunduk. Dia tersadar satu hal. “Xela? Xela mana?”
Kening Gevan berkerut. “Xela? Xela ke club tad?”
Agatha mengangguk. Gevan bergegas memutar mobilnya kembali kearah club. Lelaki itu memberhentikan mobilnya diparkiran. “Lo tunggu disini!”
“Nggak!” Agatha mengeleng, dia menarik jeket hitam Gevan erat. “Gue ikut.”
Gevan menghembuskan nafas panjang. Dia akhirnya memutuskan membawa Agatha. Keduanya berjalan menuju ruang karaoke sesuai arahan Agatha, Gevan sampai pada pintu bernomor tiga, lelaki itu menurunkan kenop pintunya namun terkunci. Gevan menghembuskan nafas panjang, dia berusaha mendobrak pintu itu. Pada percobaan ketiga kalinya pintu itu terbuka dan Agatha melihat sesuatu yang tak pernah dia lihat sebelumnya. Sesuatu yang berhasil membuat jantungnya mencelos keluar.
***
Next? 900 coment. Udah pada follow Ig aku belum? Yang udah coba coment, yang belum kuy @karlynulle.
Bubayz,
kharlynUlle.
27 Februari 2020.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iridescent [SUDAH DITERBITKAN]
Teen FictionSebab, sejauh apapun Agatha berusaha mendapatkan hati Bara semuanya akan tetap sama; percuma. Untuk apa melakukan hal yang sia-sia, kan? Sama saja seperti hidupnya yang palsu. [CERITA TELAH DITERBITKAN] #04 on fiksiremaja [17 Februari 2020] #05 on...