👑22

16.8K 2.2K 325
                                    

"Yang Mulia, perekonomian di daerah Rothenbelle meningkat pesat. Mereka sudah mampu menjual hasil panen ke luar kota dan baru saja menjadi pemasok utama untuk desa-desa lainnya. Sayur-mayur dan buah-buahan yang mereka jual merupakan kualitas terbaik. Aku cukup terkejut, mengingat perekonomian didaerah pelosok seperti itu bisa melonjak hanya dalam waktu empat minggu saja." Duke Raymond Callister berbicara panjang lebar sembari meneliti gulungan kertas berisi laporan ditangannya.

Raja Sebastian tersenyum tipis. Ia baru saja menggoreskan tanda tangan dengan tinta berwarna hitam diatas salah satu kertas dihadapannya. "Ya, aku tidak terlalu terkejut sebenarnya. Karena istriku memang sempat pergi ke Rothenbelle beberapa minggu yang lalu. Ia pasti telah melakukan sesuatu disana."

"Tapi, Yang Mulia. Bukankah memberikan bantuan secara cuma-cuma diluar aturan yang tertulis merupakan sebuah pelanggaran?"

Kali ini Raja Sebastian memasang senyuman yang lebih lebar lagi. Ia menumpukan kedua tangannya diatas meja dan menatap Duke Raymond disana. "Apa karena istri mudaku berasal dari Rothenbelle dan kau berpikir bahwa ia memberikan banyak bantuan secara cuma-cuma? Kalau begitu, kau sudah salah besar, tuan Raymond."

Pria itu lantas bangkit dan berjalan ke arah jendela. Dari tempatnya berpijak itu, ia dapat melihat presensi Ratu Lalisa yang tengah sibuk mengatur ulang dekorasi taman dihalaman depan, menunjuk-nunjuk dan memberi arahan kepada para pekerja istana, bahkan terkadang ikut menanam juga. "Aku percaya padanya. Ia adalah gadis yang pintar dan cepat memahami aturan-aturan yang tersedia."

Duke Raymond tertegun. Kalau dipikir-pikir lagi, mengapa juga ia harus berpikiran buruk tentang Ratu Lalisa? Toh, Raja Sebastian sudah pasti lebih banyak tahu perihal istrinya sendiri, bukan?

Tapi sebenarnya, ada satu pertanyaan yang ingin sekali ia tanyakan pada sang Raja. Barangkali ia sudah berpikir ulang dan menimbang-nimbang sebanyak puluhan kali untuk tetap menanyakannya atau tidak. Namun kali ini, agaknya ia harus benar-benar melakukannya. "Eum, Yang Mulia.. Bolehkah aku bertanya tentang persoalan lain?"

Duke Raymond bukanlah tipikal seseorang yang plin-plan dan mudah diserang keraguan seperti ini. Jadi ketika hal itu terpampang secara nyata, Raja Sebastian lantas mengangkat salah satu alis dan menatapnya dengan pandangan bertanya, "Apa yang ingin kau tanyakan?"

"Hmm, ini menyangkut tentang persoalan pribadimu. Tapi apa kau sudah mulai membuka hatimu untuk Ratu Lalisa?"

Raja Sebastian terkekeh. "Mengapa kau harus bertanya jika kau sudah tahu jawabannya?"

"Jadi?"

"Tentu saja tidak." ucap sang Raja dengan pasti. Ia kembali memandang ke arah halaman, dimana putra sematawayangnya ikut bergabung bersama Ratu Lalisa disana. "Jika kau ingin bertanya apakah aku kesepian atau tidak, tentu saja jawabannya adalah ya. Tapi hatiku memang telah terpaku mati untuk Jeanette. Dan seperti yang orang-orang bilang, bukankah Lalisa memang lebih cocok menjadi anakku daripada menjadi pendamping hidupku?"

"Tapi kenapa kau memilih gadis itu untuk menggantikan posisi Ratu Jeanette?" Duke Raymond bertanya seraya mengerutkan dahi, bingung. Ia memang termasuk dalam jajaran orang-orang pintar di negeri Almeta. Namun tetap saja ia tak bisa membaca ataupun menebak isi kepala sang pemimpin.

Raja Sebastian lagi-lagi memasang segaris senyum tipis. "Lalisa itu mirip sekali dengan Jeanette. Gadis itu seolah diciptakan menjadi jelmaan istriku, namun lahir pada masa yang berbeda. Meski terlihat kuat dan cerdas, ia memiliki hati yang begitu murni."

"Lalu kenapa kau masih mempertahankannya jika kau sama sekali tidak mencintainya?"

Raja Sebastian terkekeh. Ia berbalik, menatap seorang teman yang merangkap menjadi orang kepercayaannya sampai detik ini. "Aku memiliki sebuah perjanjian dengannya. Dan seharusnya kau paham kalau tidak mudah untuk seorang Raja yang menceraikan istrinya begitu saja. Itu adalah aib."

Queen of Almeta | lizkook [DINOVELKAN]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang