"Pangeran.. Aku serius. Sebenarnya kau memiliki hubungan semacam apa dengan Ratu Lalisa?"
Kendati raut wajah James sama sekali tak menunjukkan bahwa ia sedang bermain-main, namun Pangeran Jeisson tetap menanggapi pertanyaannya seolah itu bukan merupakan sebuah perkara besar. "Apa kau benar-benar ingin tahu, James?" ujarnya seraya tersenyum konyol yang membuat James menahan napas karena kesal.
"Ya, Pangeran. Tentu saja. Ini menyangkut kelangsungan hidup kita. Kalau kau mati dipenggal, maka aku pun akan ikut dipenggal karena telah lalai dalam mengawasimu." jawab James. Nada bicaranya penuh penekanan, masih mencoba bersabar untuk menghadapi tuannya yang menyebalkan itu.
Pangeran Jeisson tergelak. Ia menepuk-nepuk bahu James, seakan pemuda itu baru saja melontarkan sebuah guyonan lucu yang mampu menggelitik pinggang. "Tidak, tidak. Kau tidak akan ikut dipenggal jika sampai itu terjadi."
"Oh, ayolah, Pangeran.." James menggaruk kepala, setengah frustasi. "Sebenarnya apa yang terjadi diantara kalian, huh?"
Menyadari bahwa James benar-benar dirundung kecemasan, membuat Pangeran Jeisson menghentikan tawanya. "Oke, baiklah, baiklah. Sebenarnya kami belum memiliki hubungan semacam itu. Kami hanya sama-sama bersedia melewati apapun yang akan menghalangi jalan kami."
"Termasuk Raja Sebastian?"
"Ya, tentu saja." Pangeran Jeisson mengangguk pasti. Ia lantas melanjutkan, "Namun tentunya itu semua tidaklah mudah. Aku bahkan tidak tahu apa saja yang berputar didalam kepala ayahku. Tapi yang pasti, aku akan memperjuangkan apapun yang aku inginkan, termasuk Ratu Lalisa."
"Apa kau yakin?"
"Apa maksudmu?"
"Maksudku, apa kau yakin kalau Ratu Lalisa akan melakukan hal yang sama denganmu? Akan berkorban sebanyak yang kau lakukan untuknya? Dan akan memperjuangkanmu seperti apa yang kau lakukan untuknya?"
Pangeran Jeisson terdiam. Pemuda itu mendadak berpikir keras tentang hal ini. Ia sendiri paham betul kalau sang Ratu memang merupakan tipikal wanita yang penuh dengan ambisi. Tapi apa benar gadis tersebut akan melakukan pengorbanan yang sama untuknya, termasuk mempertaruhkan kedudukannya sendiri hanya agar mereka dapat hidup bersama?
Yang menjadi pertanyaan terbesar didalam kepala Pangeran Jeisson adalah ; sudah sebesar apa rasa cinta Ratu Lalisa untuknya?
Melihat perubahan ekspresi sang Pangeran, membuat James menghela napas pelan. Ia menepuk-nepuk pundak si tuan seraya berujar, "Sudahlah, Pangeran. Sebaiknya kau lupakan saja semua yang pernah terjadi diantara kalian. Lagipula, kau sudah harus mulai memikirkan rencana pernikahanmu dengan Princess Roseanne Xander ditahun depan. Kalian sudah dijodohkan sejak kecil. Jadi--"
"Oh, James.." Pangeran Jeisson mendadak merotasikan bola mata dan mendengus kasar. Suasana sendu yang tadi mengudara, kini sudah lenyap entah kemana. "Aku sudah bersumpah pada bumi dan langit kalau aku takkan pernah menikahi gadis menyebalkan itu."
"Cih, apa kau pikir aku mau menikah dengan pria idiot sepertimu, hah? Jangan bermimpi!" suara tersebut mampu mengambil atensi James dan Pangeran Jeisson yang sejatinya memang baru saja selesai dalam latihan memanah.
Kedua pemuda itu menoleh, mendapati sesosok gadis muda seusia mereka tengah menyilangkan lengan didada, lengkap dengan wajah dingin yang terpampang nyata.
Pangeran Jeisson tersenyum meledek, "Kau ini sebenarnya manusia atau hantu? Sejak kapan kau berdiri disana, hah? Dasar penguntit! Tidak tahu aturan!"
Princess Roseanne menarik napas dalam dan menghembuskannya perlahan, mencoba meredam emosi didalam jiwanya yang mulai bergejolak. Gadis itu lantas tersenyum manis. Ia melangkah anggun ke arah dua pemuda itu. "Hai, James! Lama tidak bertemu, ya.." ujarnya, seolah mengabaikan ucapan Pangeran Jeisson sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen of Almeta | lizkook [DINOVELKAN]✔
Fiksi Penggemar[M] Lalisa Amora sudah hidup menderita sejak ia dilahirkan ke dunia. Terjebak dalam kemiskinan dan lilitan hutang, dikhianati oleh orang terkasih, bahkan dijual untuk dipertontonkan kepada khalayak umum. Namun kau tahu bahwa roda kehidupan akan sela...